Penulis : Patrisia Carolina (Member KMO Alineaku)
Bagaimana perasaan kalian jika memiliki tunangan yang sangat arogan, pemaksa, kejam dan dingin mengalahkan kutip Utara dan Selatan. Sungguh menyebalkan, kalian bayangkan aku berbicara hampir seribu paragraf dan dia hanya menjawab hmm dengan ekspresi yang sangat datar. Aku bingung pada diriku sendiri kenapa aku jatuh cinta pada orang seperti itu. Namun dibalik sifatnya yang cuek dan dingin ternyata dia sangat menyayangi aku. Dia selalu tahu apa yang aku inginkan, bahkan sebelum aku mengutarakan maksudku dia sudah melakukan terlebih dahulu. Seperti sekarang ini, tanpa mengatakan satu kalimat dia langsung menggandeng tanganku untuk segera keluar bersamanya. Aku hanya mengikutinya dari belakang. Sepanjang perjalanan ke parkiran banyak karyawan terutama kaum hawa yang menatapku dengan tatapan iri.
“Dasar tidak tahu malu. Aku yakin dia memakai pelet, sehingga presidir tergila-gila pada.”
“Aku setuju dengan ucapanmu. Lihat wajahnya saja pas-pasan, tidak ada cantik sedikitpun. Penampilannya pun seperti orang kampung. Rok sepanjang lutut dengan baju kebesaran. Cik… Menjijikkan.” Aku memulihkan pendengaran, sudah menjadi makanan sehari-hari cacian seperti itu. Toh, semua omongan mereka tidak benar, aku tidak pernah menggoda atau pun memberi pelet pada manusia kutub ini. Andai saja dia tidak melamar dan memaksa aku untuk bekerja disini dengan posisi sebagai sekretaris aku tidak akan pernah mau. Siapa juga yang akan tahan dengan manusia super menyebalkan sepertinya.
“Melihatnya aku ingin muntah, dasar perebutan laki orang,” langkah tunanganku berhenti. Aku tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
“Apa saya menggaji kalian untuk menghina orang. Dan kau, apa yang kau katakan tadi. Berani sekali kau mengatakan hal seperti itu, kau tidak tahu apa-apa tentangnya. Jadi diamlah. Dan untuk kalian semua, dengarkan ini baik-baik. Saya tidak akan mengulang, wanita yang kalian hina adalah tunangan saya. Saya selama ini bersabar dan tidak ingin memecat kalian, tapi hari ini kalian sudah melewati batas. Sekarang juga angkat kaki kalian dari perusahaan saya. Dan jangan harap kalian akan diterima di perusahaan lain.” Setelah mengatakan itu dia menarik tanganku lagi.
Mukanya masih merah menahan amarah. Aku menggenggam tangannya dan tersenyum. “Aku baik-baik saja,” ucapku menenangkan dirinya. Dia menarikku kedalam pelukan dan mengecup kepalaku berulang kali.
“Aku tidak akan menarik kembali ucapanku,”
“Tapi, kasihan mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka punya keluarga, darimana mereka mendapatkan uang untuk membiayai sekolah, makan dan kebutuhan lainnya. Kamu boleh memecat mereka tapi tidak dengan mem-blacklist mereka dari semua perusahaan. Mereka punya hak untuk mendapatkan pekerjaan. Aku tahu kamu marah mereka menjelekkanku. Tapi kamu tidak bisa mencampurkan masalah pribadi dengan masalah kantor. Aku baik-baik saja, yang mereka katakan benar. Aku tidak secantik artis, tidak pandai berdandan dan ceroboh. Pantas mereka mengatakan seperti itu, itu faktanya. Aku mohon…”
“Kamu tahu aku paling tidak suka ada orang yang merendahkan kamu,”
“Aku tahu, sangat tahu. Dan aku tidak perduli, orang merendahkan aku. Aku tidak perduli, cukup kamu yang menyanjung, memuji dan mementingkan aku diatas yang lain. Aku tidak butuh orang lain. Aku mohon tutup telinga dan bersikap profesional…”
“Maaf, untuk kali ini aku tidak bisa menuruti kemauan kamu. Aku tetap pada pendirian. Hanya tidak memblaklist dari perusahaan lain,” aku menghela nafas. Jika sudah seperti ini aku tidak bisa membujuk. Aku hanya diam sepanjang perjalanan dan tersentak ketika dia membuka pintu mobil. Bioskop. Untuk apa dia mengajak aku kesini. Ini masih jam kantor. Tidak biasanya dia menyia-nyiakan waktu untuk hal seperti ini.
Aku mengikuti langkahnya. Aku tidak tahu film apa yang akan kami tonton. Kami duduk di baris ke tiga. Ketika film di putar aku tersenyum, Christmas Carol. Film yang dimainkan oleh aktor favoritku. Aku meletakkan kepalaku di bahunya yang lebar dan merasakan usapan lembut di kepalaku.
“Aku tahu semua keinginanku,” ucapnya. Yup, dia sangat kejam dan dingin pada semua orang tapi sangat perhatian padaku. Walaupun hanya sesekali mengeluarkan suara. Dia tipe yang tidak banyak bicara namun banyak berbuat.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Bos Kulkas Itu Tunanganku
Sorry, comment are closed for this post.