“Ibu guru agak telat datang, hujan belum reda saat ini.”
Aku mengetik pesan ke grup WhatsApp.
Hari ini aku sudah menjadwalkan untuk latihan persiapan petugas upacara pada hari Senin kepada murid-muridku, namun cuaca tak bersahabat, hujan sedari subuh belumlah reda.
Aku memandang ke halaman. Hujan tak sederas subuh tadi, daun-daun yang basah oleh air hujan dan tetesan air yang berderai di jendela, pun aroma khas secangkir kopi yang tergenggam menjadi teman menunggu reda hujan.
Bunyi notifikasi pada handphone di atas meja rupanya murid-murid yang telah membuka chat tersebut menjawab bahwa di tempat mereka juga masih hujan.
“Baiklah, jika tak reda hujan hari ini, kita tunda latihannya, semoga besok pagi langit cerah dan kita laksanakan Latihan kita yang tertunda hari ini.” balasku.
Aku tak beranjak dari tempat duduk sebab rasanya nyaman menikmati irama hujan. Ku ketik beberapa kalimat di handphone membayangkan murid-muridku dengan wajah dan kelakuan mereka yang setiap hari berbeda-beda.
Ada si kembar Daffa dan Raffa, Aqil, Andra, dan Ifky yang senang sekali membantu untuk membagikan buku cetak dan membereskan lalu memasukkan ke dalam lemari ketika buku itu sudah tak digunakan lagi.
Nuril, Fatir, Rafiandra, Abang, Baim, Awal, Nofal, Julian, Bintang, dan Asraf, mereka adalah murid-murid yang menurut penilaianku adalah murid-murid pemalu rada cuek namun ternyata memiliki empati yang tinggi alias mampu menempatkan diri pada posisi orang lain untuk memahami perasaan dan menolong orang-orang di sekitarnya.
Zaky, muridku yang satu ini memiliki prestasi bagus di bidang akademik namun terkadang membuat Ibu kesal saat menyuruhnya untuk merapikan rambut, didengar tapi tak dilakukan hingga suatu hari salah seorang guru piket menegur hingga membuatnya menangis, sedih lihatnya saat Ia menangis namun tak disampaikan ke Ibu apa kendalanya hingga tak melaksanakan aturan tersebut.
Salman dan Raihan, mereka ini terkadang membuat ku kesal namun tak jarang membuat tersenyum bahkan tertawa. Berbagai alasan yang disampaikan saat mereka tidak mengerjakan tugas tapi ketika diperintahkan untuk menyelesaikan saat itu juga mereka selesaikan walau mengambil sedikit hak waktu bermain mereka di sekolah.
Aliyah, Vinka, Raya, Iin, Nandita, Aurel, dan Amel mereka adalah murid-murid yang berani mengemukakan pendapatnya dan bertanya jika ada suatu hal yang membuatnya bingung. Tugas-tugas mereka tak pernah lalai dikerjakan sangat bertanggung jawab.
Adelya, muridku yang satu ini terkadang membuatku tertawa sendiri sedikit manja, bercerita apa saja dan aku akan memposisikan diri sebagai orang tua, pendengar atau penyimak yang baik, dan menyarankan solusi ketika ada yang perlu diberi masukan. Suatu hari saat gelar karya membuat kami heboh semua pasalnya Si Adel tidak sengaja menelan jarum pentul ketika akan memperbaiki jilbabnya. Semoga saja operasinya berjalan lancar ya… Doa Ibu dan teman-teman kamu semua untuk Adel.
Filzah, Asyifa, Gita, Indah, mereka tak pernah lalai dengan tugas yang kuberikan, bertanggung jawab menyelesaikan tepat waktu namun sampai saat ini aku masih berupaya membuat mereka lebih percaya diri dalam mengungkapkan hal-hal yang ingin ditanyakan terkait materi yang tidak mereka pahami atau butuh penjelasan Kembali.
Muridku yang terakhir adalah Mazwa, biasa dipanggil Feby. Anaknya memiliki empati yang tinggi alias mampu menempatkan diri pada posisi orang lain untuk memahami perasaan dan menolong orang-orang di sekitarnya. Juga, tak jarang ia suka berbagi makanan Bersama guru dan teman-temanya. Terkadang izin karena harus berobat akibat pernah jatuh, sebelum mengalami sakit pada pinggangnya Feby ini termasuk murid yang memiliki kemampuan di bidang beladiri namun sayang akibat cedera oleh orangtuanya dihentikan dulu aktivitas latihannya.
Ku hentikan ketikan dan melihat keluar jendela Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya, hujan beberapa waktu juga telah reda tapi kegiatan Latihan upacara hari ini sudah kubatalkan dan menggantikannya dengan hari lain.
Di akhir tulisan, aku ingin mengungkapkan bahwa aku bisa menjadi ibu guru yang pemarah, ibu guru yang bijak, ibu guru penuh kasih, ibu guru yang siap mendengarkan keluh kesah, dan ibu guru yang siap memberikan solusi dari masalah yang kalian ceritakan. Jadi, tak perlu segan, datanglah ke Ibu sebagai pengganti orang tua kalian saat di sekolah. Tapi ingat, tetap selalu menjaga sikap sopan dan berbicara santun baik kepada yang lebih tua maupun kepada teman seusia kalian.
Kreator : Indarwati suhariati Ningsi
Comment Closed: CATATAN DALAM IRAMA HUJAN
Sorry, comment are closed for this post.