KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Cerpen » Cerita si Bungsu

    Cerita si Bungsu

    BY 07 Des 2022 Dilihat: 253 kali

    Penulis : Elisabeth Ibu Aba (Member KMO Alineaku)

    Konon, aku masih kecil. Aku baru duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Aku sangat bangga dan bahagia. Betapa tidak. Aku selalu dikitari teman-temanku. Kami sangat kompak. Segala pekerjaan yang berat maupun ringan menurut ukuran kami anak-anak, kami kerjakan bersama-sama. Ada satu pengalaman yang tak  kulupakan. Pengalaman ini  menjadi dasar pembentukan pribadiku seperti ini . 

    Pada suatu hari, guru ketrampilanku yang cantik ala kampungku adalah kakak sulungku. Beliau mengajarkan bahwa setiap orang harus memiliki ketrampilan tertentu yang bisa jadi di kemudian hari menjadi mata pencahariannya. Beliau menekankan bahwa menjadi seorang pribadi yang bebas harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Usiaku  yang masih anak-anak sangat bingung dengan wejangan guru ketrampilanku itu, termasuk teman-temanku. Kami saling berbisik satu sama lain namun sembunyi-sembunyi, takut didengar guru ketrampilanku. Bisa ditempeleng sampai mukaku berputar-putar, karena guruku itu sangat galak dalam  menghadapi siswa yang tidak mendengarkan apa katanya. 

    “Rius…. Kau mengerti apa yang dijelaskan guru? Kataku sambil berbisik kepada teman  akrabku  Rius. 

    “Tidak le…!” kata Rius dengan berbisik pula.

    “Heiii… awas ibu dengar omongan  kalian!” kata Ina mengingatkan aku dan Rius sambil berbisik pula. 

    “Anak-anak.., ibu harap kalian bisa mendengarkan apa yang ibu ajarkan saat ini dan mempraktekkannya, kata ibu guru ketrampilanku melanjutkan.  “Sekarang ibu bagi kalian dalam tiga kelompok menurut asal masing-masing.  Kelompok  1 : Leudawan, anggotanya, Mister, Rius, Ima dan Ina. Kelompok 2 : Toul, anggotanya, Lia, Lapa, Lipaq dan Dula. dan kelompok 3: Peumole, anggotanya, Fadli, Maryam, Maida dan Umar.

    Aku dan teman-temanku saling memandang dan serentak berkata: Kami buat apa, ibu?”Logat  atau aksen kami sangat khas bahasa Kedang. 

    Guru ketrampilanku melanjutkan: “Ada tiga ketrampilan yang harus kalian kerjakan. Kelompok Leudawan: membuat minyak kelapa. Kelompok Toul  membuat kripik pisang. Kelompok Peumole membuat bunga dari kertas kresek. Kita menggunakan bahan-bahan yang ada pada kita dan bahkan yang sudah menjadi sampah seperti kertas kresek”.

    Aku dan teman-temanku sangat senang. Kami mulai masuk dalam kelompok masing-masing untuk membicarakan bahan apa saja yang dibutuhkan untuk ketrampilan tersebut. Ibu guru ketrampilan juga tidak jemu-jemu menjelaskan kepada kami cara-cara pengolahan bahan untuk menghasilkan ketrampilan yang direncanakan. 

    “Anak-anak.. ibu harapkan  kalian tidak menggunakan waktu belajar di sekolah untuk melakukan praktek ini. Sebaiknya kamu menggunakan waktu sorehari di rumah. Kamu boleh berkumpul di satu rumah salah seorang anggota kelompok. Boleh bertanya dan minta bantuan kepada bapa, mama atau bibi, atau kakak di rumah. Ibu akan pantau dari kelompok ke kelompok. Kesulitan apa yang ditemukan harap bisa dibicarakan dengan ibu guru,” kata bu guruku bijaksana. 

    Membuat minyak kelapa adalah kesukaanku. Selain bisa menghasilkan minyak goreng, di samping itu pula saya senang makan ta’I minyaknya. Ta’i minyak ini tergolong enak kalau dimakan dengan ubi atau pisang rebus. Apalagi dibuat sambal pedis. Aku  bisa habiskan sepiring  ubi rebus dengan hanya sesenduk sambal pedis ta’I minyak. Apalagi dimakan bersama teman-teman. Betapa bahagianya.

    “Nanti malam kita berkumpul di Ebang rian e, kata Rius.

    “Kita membawa kelapa kering, per orang tiga buah. Berarti ada 12 buah kelapa yang kita kumpulkan.” kataku. 

    “Kami yang perempuan membawa kukur dan baskom,” kata Ima 

    “Kalian laki-laki bawa parang untuk kupas kelapa”, kata Ina tidak mau kalah.

    “Bagaimana dengan kayu api untuk masak minyaknya? tanya Ima dan Ina serentak. Mereka berdua tidak sanggup mencari kayu api di hutan sendirian. 

    “Jangan takut,  kita harus menggunakan sampah yang ada”. Ini kata guru ketrampilan kita.

    “Sampah? Yang mana? Tanya Ina dan Ima heran. 

    “Tenang!” kataku.  Kita akan kumpulkan  kulit-kulit kelapa yang sebentar lagi kita kupas . Tempurung atau batok kelapa juga dikumpulkan untuk dijadikan kayu api . kita akan memasak minyak kelapa dengan menggunakan sampah dari buah kelapa yang dikumpulkan.

    “Soq pintar ya kamu! Mentang-mentang adik bungsu dari ibu guru ketrampilan kita jadi bergaya ya!” kata Rius sambil mengupas kelapa dengan parang.

    Kami berempat berkumpul di Ebang Rian di suatu malam minggu. Aku dan Rius bertugas mengupas kelapa, yakni memisahkan sabut kelapa dengan buah kelapanya. Kemudian kelapa-kelapa yang sudah dipisahkan dari kulitnya dibelah. Buah kelapa yang sudah dibelah siap dikukur. Kukur adalah alat untuk memarut kelapa yang dibuat dari besi dan ditancapkan pada sebuah potongan kayu balok yang dibuat dudukannya. Kedua teman perempuanku Ina dan Ima sudah meminjam dari tetangga empat buah kukur. Jadilah kami berempat bekerja sama memarut kelapa yang sudah dibela itu sampai selesai. Selanjutnya kami kumpulkan parutan kelapa itu dalam satu baskom besar, dicampur sedikit air lalu kami memeras santan bersama. 

    Santan yang dihasilkan kami saring dalam sebuah wajan/tacu besar yang sudah diletakan di atas tungku batu. Selanjutnya dipasang apinya lalu mulailah kami memasak santan kelapa menjadi minyak kelapa. Kurang lebih satu jam, santan yang dimasak, diaduk-aduk sampai kental dan mengendap. Hasil santan kental itu jika diaduk terus akan berwarna kuning dan mengering. Di situlah minyak kelapa sudah jadi dan menghasilkan ta’I minyak yang enak dan gurih. Selanjutnya api dimatikan dan minyak serta disaring untuk dipisahkan dari ta’I minyaknya. Kami bekerja bersama. Betapa senangnya, kami bisa membuat minyak kelapa sendiri tanpa bantuan orang tua. Hanya dari pengalaman  melihat orang tua memasak minyak kelapa, kami berempat bisa menghasilkan minyak kelapa sendiri.

    Bisa dibayangkan tangan-tangan kecil kami, bersama memarut kelapa, bersama memeras parutan kelapa menjadi santan, bersama memasak santan itu sampai menjadi minyak kelapa. Namun satu pelajaran berharga yang didapat, kami boleh bekerja keras dan bekerja sama menghasilkan minyak kelapa. Kami berkeyakinan bahwa apa yang kami lakukan saat ini dapat menjadi bekal bagi kami ketika dewasa. Kami bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa menunggu bantuan orang lain. Tidak perlu menangis merengek pekerjaan kepada orang lain. Padahal sumber alam banyak tersedia. 

    Pada malam itu, kerja keras kami bisa menghasilkan empat botol bir minyak kelapa. Kami menjualnya kepada ibu Elis. Uang hasil penjualan kami tabung. Begitu seterusnya tiap malam minggu kami berempat berkumpul memasak santan menjadi minyak kelapa dengan cara manual sampai kami tamat dari sekolah itu. Uang yang terkumpul dibagi sama rata. 

    “Terima kasih guruku, Engkau telah mengajarkan kemandirian hidup kepadaku, batinku. Tanpa kusadari air mataku berjatuhan. Di depanku, dari tadi berdirilah Ibu Ina seorang guru, Ibu Ima seorang bidan, pak Rius seorang pegawai di kantor Camat memperhatikan dan menertawakanku. 

    “Mari kita berempat ke Lewoleba, menemui ibu Elis guru ketrampilan kita” kata Pak Rius mengajak. Kita akan mengucapkan terima kasih kepada ibu Elis yang sudah mengajarkan kemandirian kepada kita. Berkat jasa-jasanya kita menjadi seperti sekarang ini. Kata Rius melanjutkan.

    “Saya dan ibu Ina membawa Kue ulang tahun hari Guru” Kata bidan Ima tidak mau kalah. 

    “Kalau begitu, ibu bidan Ima dibonceng oleh pak Rius. Sedangkan ibu guru Ina aku yang bonceng. Kita cukup isi minyak saja. Kita harus hemat uang transport,begitu nasihat ibu Elis waktu dulu,” Kataku bijak.

    Dua sepeda motor beriringan menuju kota Lewoleba. Kurang lebih dua jam sampailah kami di kota Lewoleba. Cukup melelahkan. Setelah beristirahat sejenak, kami menuju ke rumah ibu Elis.

     Hari itu tanggal 25 November 2021. Ibu Elis nampak kelelahan . Beliau baru pulang dari  apel bendera memperingati Hari Guru Nasional tingkat Kabupaten di Lewoleba.   Beliau siap beristirahat. Namun melihat kami berempat datang beliau sangat gembira dan melupakan rasa lelahnya. 

    Ibu guru Ina dan bidan Ima menyodorkan kue ulang tahun Guruku. Kami bernyanyi bersama.  Selamat ulang tahun guru, Tiup lilinnya, potong kuenya, bagi kuenya, itulah judul lagu  kami. Kami nyanyikan dengan gembira sambil goyang dan bersalaman dengan ibu Elis serta keluarga.

    “Selamat hari guru, ibu Elis guru Ketrampilan kami.  Terima kasih sudah menjadikan kami berempat menjadi manusia yang berguna bagi diri kami sendiri dan orang lain.   

    Ibu Elis memeluk kami satu per satu sambil berlinang air mata. Kami semua menangis bahagia. Sekali lagi, Selamat hari Guru buat ibu Elis, tetap menjadi guru yang baik bagi kami yang masih muda-muda ini. TERIMA KASIH GURUKU……


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku,
    isi naskah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.”


    Bagikan ke

    Comment Closed: Cerita si Bungsu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021