Penulis : Nurhayati (Member KMO Alineaku)
Hari-hari Tini lalui dengan aktivitas yang padat, pulang pergi ke kampus berjalan kaki bersama sahabatnya Dana dan Imah, sepanjang jalan yang mereka obrolkan tentang praktikum, laporan lengkap, dan tugas lainnya yang tidak putus-putus. “Oh gini ya rasanya kuliah itu, ternyata tugas-tugasnya seabrek, datang ke kampus mendengarkan pengantar singkat dari dosen selebihnya tugas mandiri. Yang agak susah ketika mengumpulkan tugas ke rumah dosen sering nyasar, karena maklum mahasiswa baru dari kampung, belum tau banyak jalan-jalan di kota besar tempat mereka kuliah.
Tini memang memutuskan untuk mencari kos-kosan dekat dengan kampus, karen rumah pamannya sanagt jauh dari kampusnya, namun jauh hampir setiap minggu dia berkunjung ke sana naik bis kota atau diantar. Asdar adalah orang yang selalu menemani dan mengantarnya. Dia beruntung punya sepupu yang penuh perhatian. Orang yang dulunya dia ragukan keramahannya, ternyata baik dan menyenangkan seperti cerita pamannya kala itu.
Hari itu matahari sudah condong ke barat, Tini bergegas pulang ke kosan setelah mengikuti kuliah umum tiba-tiba di sampingnya seseorang naik sepeda motor mendekatinya, dan menawarinya ikut, “Yuk naik dek saya antarkan ke kosan”. Suara itu tidak asing ditelinganya, Tini menoleh kearah kanan, “ Ah kak Asdar kagetin aja, dari mana kak?. Asdar menjelaskan kalau dia juga dari kampus nyari dosen untuk konsultasikan skripsinya. Tini akhirnya diantarkan ke kosannya.
Asdar menanyakan bagaimana aktivitasnya di kampus, dia banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada Tini, ya dia memang sudah berpengalaman, mahasiswa tingkat akhir yang tinggal menunggu ujian meja (ujian akhir). Sore itu Tini bercerita panjang lebar tentang pengalamannya mengikuti perkuliahan, mengenai praktikum, nyasar saat mengumpulkan tugas ke rumah dosen, tugas yang banyak, dia membandingkan ketika masih SMA dulu, dengan polosnya dia berucap, “Ternyata masa SMA itu lebih enak ya kak, banyak teman, guru-guru perhatian, kalau tugas terlambat selalu ditagih atau diingatkan. Dengan sabar dia mendengarkan curhatan Tini. Ternyata Tini baru menyadari kalau apa yang disampaikan gurunya dulu tentang belajar sekarang dia rasakan, bahwa untuk belajar harus dibangun dari kesadaran pribadi, tidak karena dipaksa guru atau orang tua.
Sekarang jauh dari orang tua, yang dia rasakan dosen tidak seperti gurunya dulu, yang penuh perhatian, menagih dan mengingatkan jika ada tugas yang ketinggalan, dia membayangkan gurunya dulu seperti tukang kredit yang setiap kemunculannya di kelas menagih tugas-tugas terutama anak kategori malas. Ada rasa rindu bertemu dan curhat dengan gurunya. Asdar yang dari tadi jadi pendengar setia, menyarankan supaya dia menulis surat untuk gurunya tersebut. Dia juga menyampaikan kepada adik sepupunya tersebut agar tidak sungkan-sungkan meminta bantuannya jika ada masalah, terutama jika berkaitan dengan masalah perkuliahan. Soalnya dia yang ikut andil dulu memilihkan jurusan yang menurut Tini sulit.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Cerbung Part 6 : Curhatan Tini
Sorry, comment are closed for this post.