KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Dampak Buruk Pemilihan Langsung

    Dampak Buruk Pemilihan Langsung

    BY 29 Des 2022 Dilihat: 53 kali

    Tahapan pemilu Tahun 2024, masyarakat sudah mulai antusias membicarakan jagoannya masing-masing. Sistem demokrasi melalui metode pemilihan langsung yang dianut oleh Indonesia membuka peluang setiap warga negara untuk turut aktif menjadi peserta pemilu, sejak pertama kalinya pemilihan langsung digunakan pada Tahun 1999. Pemilu disatu sisi menjadikan meningkatnya kesejahteraan dan partisipasi masyarakat, baik sebagai calon legislatif, calon kepala daerah, ataupun sebagai penyelenggara.

    Pemilu serentak pada Tanggal 14 Februari 2024 akan memilih anggota DPD, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota se-Indonesia periode 2024-2029. Pemilihan Umum Legilatif tersebut juga dilakukan bersamaan dengan Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah, meskipun masih menjadi kontroversi namun nampaknya hal tersebut tetap akan berjalan.

    Pemilihan langsung bukan tidak memiliki kekurangan dalam kehidupan sosial masyarakat, saya memperhatikan ditataran bawah gesekan rentan terjadi karena perbedaan pilihan politik. Sebagai sistem warisan barat banyak ketidakcocokan dengan budaya masyarakat Indonesia dan adat ketimuran. Setidaknya ada beberapa kelemahan metode pemilihan langsung yang saya amati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    1. Rentan konflik 

    Pemilihan langsung yang digunakan negara kita saat ini membuat perselisihan antar pendukung calon sering terjadi. Dalam setiap tingkatan pemilihan dari tingkat presiden hingga level kepala desa. Masyarakat kita belum terbiasa dengan perbedaan pendapat, selesainya masa pemilihan tidak serta merta membuat pertikaian usai, bahkan cara-cara anarkis sering ditempuh agar kehendaknya dapat tercapai.  


    1. Biaya mahal

    Kita semua tahu untuk menyelenggarakan pemilihan yang bersifat langsung seperti sekarang ini dibutuhkan biaya penyelenggaraan yang tidak sedikit. Belum lagi biaya yang dikeluarkan oleh calon sebagai modal kampanye maupun akomodasi, hal inilah yang secara tidak langsung memicu terjadinya korupsi. Kontestan pemilu akan berusaha menyiapkan modal untuk keperluan tim suksesnya, uang tidak hanya berasal dari kantong pribadinya tapi juga dari pihak yang ingin “membantu”, dikemudian hari hal iniakan menimbulkan utang budi yang akan mengganggu dalam proses pengambilan kebijakan.


    1. Calon terpilih didasarkan kepada selera pasar

    Demokrasi melalui pemilihan langsung membuat celon yang terpilih bukan yang terbaik melainkan yang paling disukai, maka media masa menjadi pilar penting dalam pelaksanaan pemilihan langsung. Media dijadikan alat framing menjelang pemilu. Tidak heran kita jumpai menjelang pemilu banyak berita berisi tentang tokoh yang keluar masuk gorong-gorong, mendadak berhijab, mengunjungi pondok pesantren, keluar masuk pasar untuk menarik simpati pemilih, dan lain sebagainya. Seyogyanya pilihan didasarkan kepada kapasitas, kualitas dan rekam jejak bukan hanya sekedar penampilan atupun simpati semata.   

     

    1. Politik uang

    Pemilihan langsung seperti sekarang membuat pihak yang terlibat didalamnya menjadi lebih banyak, hal itu juga yang membuat biaya membengkak. Ditengah kondisi masyarakat yang masih kekurangan dan cenderung berpikir pragmatis maka “serangan fajar” masih tetap akan menjadi budaya. Masyarakat cenderung berpikir untuk kepentingan sesaat, bukan jangka panjang, tidak melihat gagasan apa yang dibawa calon ataupun partai politik bersangkutan.  Menurut saya pemilihan model keterwakilan oleh DPRD seperti dulu masih lebih tepat digunakan di Indonesia. Jika dihadapkan pada dua pilihan sulit tentu kita akan memilih yang “mudharatnya” lebih sedikit. Bukan tidak ada politik uang sama sekali tapi karena lingkupnya lebih kecil tentu lebih mudah untuk melakukan pengawasan. 


    Tidak semua hal yang berasal dari luar baik dan cocok diterapkan di negara kita, bangsa Indonesia memiliki ciri khas dan kepribadiannya sendiri. Bersikap pertengahan terhadap budaya asing menjadi pilihan tepat, ambil yang sekiranya mampu membuat negara menjadi lebih baik. Kepentingan bangsa harus selalu lebih dikedepankan daripada kepentingan pribadi atau golongan, orang yang diberikan amanah jabatan di negara ini wajib memiliki integritas dan independensi dalam pengambilan keputusan yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat, bukan pesanan kelompok tertentu.


    Ditengah banyaknya ujian yang dihadapi bangsa, wacana untuk mengembalikan sistem pemilihan dengan sistem keterwakilan menarik untuk dikaji. Kita semua tentu tidak ingin menghabiskan energi untuk pemilihan umum saja. Utang negara semakin bertambah, sengketa pilkada berlarut-larut, tokoh politik cenderung lebih mengutamakan ego kelompoknya dibanding kepentingan negara. Kita tidak ingin hal semacam itu terus terjadi, biarkan masyarakat tetap dengan “kesibukan” utamanya, tidak perlu memusingkan diri dengan urusan politik yang sebenarnya bukan kapasitasnya. 

    Bagikan ke

    Comment Closed: Dampak Buruk Pemilihan Langsung

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021