KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Dunia telah berubah

    Dunia telah berubah

    BY 29 Jun 2024 Dilihat: 191 kali
    Dunia telah berubah_alineaku

    Hampir setiap malam pemandangan dirumah selalu sama yaitu kedua anak laki – laki itu sibuk di depan laptopnya masing – masing. Sebenarnya hati bu Ning sangatlah jengkel setiap melihat anak – anaknya hanya berada di depan laptop pada saat jam – jam belajar, tapi hal ini hanya dipendam saja oleh bu Ning. Yang menjadi pertanyaan besar bagi bu Ning mengapa mereka berdua tidak membuka buku kemudian dibaca artinya belajar dengan benar, atau setidaknya membuat ringkasan. Bu Ning kemudian mengingat ingat kembali waktu ia dahulu masih sekolah di SMA kira – kira 36 tahun yang lalu. Setiap malam dari jam 19.00 WIB – 21.00 WIB pasti sudah membuka buku, membaca buku dan membuat ringkasan. Hal ini dilakukan sejak duduk dibangku sekolah dasar.

    Seminggu lagi bu Ning mendapat kesempatan untuk mengikuti Diklat di sebuah lembaga, selama satu minggu dan pelaksanaannya secara on line. Diklat yang secara online ini merupakan pengalaman yang sangat baru bagi bu Ning. Ada rasa khawatir dan bingung dan berbagai pertanyaan serta penuh keragu – raguan apakah nanti bisa mengikuti ataukah akan ketinggalan. “Tenanglah …Ma…. Gampang itu nanti” teriak Eko anak bu Ning yang besar, Eko berusaha menenangkan hati ibunya.

    Akhirnya tibalah waktu untuk memulai mengikuti diklat secara online. Semua sudah disiapkan oleh Eko sehingga bu Ning tinggal duduk di depan laptop untuk mendengarkan. Tak lupa juga Bu Ning menyiapkan buku tulis dan ballpoint untuk mencatat hal – hal yang penting. Hari pertama berjalan lancar, hanya bu Ning berkeluh kesah disebabkan catatannya tidak lengkap sering tertinggal saat mencatat. 

    “Santai saja Ma… besok biasanya di akhir pertemuan pasti akan diberi materi lewat Google drive atau email mama.” Kata Eko menenangkan hati bu Ning lagi.

    Hari kedua, ketiga dan seterusnya bu Ning mengikuti Diklat dengan baik dan juga tetap mencatat sebisanya, bu Ning masih belum yakin jika nanti akan diberi materi. Sampailah hari terakhir Diklat, kemudian diberi pengumuman bahwa semua materi Diklat akan dikirim ke alamat email masing – masing peserta. Dalam hati bu Ning malu sendiri.

    Pagi ini Eko anak yang tertua akan berangkat kuliah, dia pamitan dengan mamanya. Bu Ning heran kok setiap berangkat kuliah Eko tidak pernah membawa buku, bagaimana ia mencatat atau mengerjakan tugasnya.

    “Mas kok mama lihat mas itu tidak pernah membawa buku dan bolpoint saat berangkat kuliah…. Hanya membawa Hp dan Laptop saja.” tanya bu Ning penuh selidik. Tapi hanya dijawab dengan senyum simpul oleh anaknya, bu Ning hanya bisa mengernyitkan dahi saja dan masih menyimpan pertanyaan.

    Beberapa hari berlalu, hari ini bu Ning mendapat panggilan lagi untuk mengikuti Diklat, tapi untuk kali ini secara offline atau secara tatap muka. Pada undangan tertera agar semua peserta membawa laptop dan diharapkan untuk daftar ulang secara online melalui link dikirimkan oleh panitia dengan menyertakan email masing – masing. Setelah mendaftar secara online Bu Ning akhirnya berangkat dengan diantar anaknya karena tempat pelaksanaan Diklat jauh sehingga harus menginap menyebabkan barang bawaannya banyak. Selain membawa Laptop tak lupa bu Ning membawa buku tulis dan ballpoint, pikirnya untuk persiapan disana.

    Sesampai ditempat pelaksanaan diklat seperti biasanya semua peserta melakukan daftar ulang di lobi. Di tempat ini selain mendapat kunci kamar, juga memperoleh pembagian berupa tas berikut buku tulis yang tipis dan satu ballpoint. Tetapi ada yang agak berbeda, ada yang tidak biasa yang dirasakan oleh bu Ning.  Kalau dahulu setiap hari pertama semua peserta selalu mendapat setumpuk buku materi yang akan dipelajari selama diklat,  tetapi ini kok tidak hanya diberi buku tulis pun hanya tipis. 

    “Mungkin besok di hari kedua.” Pikir bu Ning.

    Tetapi di hari berikutnya tidak diberi buku sebagai bahan untuk diklat. Bu Ning menjadi bingung, bagaimana nanti kegiatan pembelajarannya, materi – materinya apa, dan sebagainya. Berbagai pertanyaan muncul dibenaknya. Setelah pembelajaran berlangsung tambah semakin bingung kok semua peserta yang lain atau teman – teman sudah mengetahui materi yang disampaikan, dan yang menambah semakin bingung kok semua peserta membuka laptop, tidak mencatat materi apa yang disampaikan widyaiswara. Hanya bu Ning saja yang mencatat. Mau bertanya kepada teman – temannya ada rasa malu dan gengsi. 

    Akhirnya bu Ning berhenti mencatat kemudian iseng – iseng membuka grup WA kelas diklat. Bu Ning membaca satu persatu pesan yang tertulis di grup tersebut, terutama sekali pesan atau chat yang dari Widyaiswara. Ternyata disitu sudah diberitahukan kalau semua materi sudah dikirim lewat email bapak dan ibu peserta berikut tugas – tugas yang harus dikerjakan. Pesan itu sudah dikirim bersamaan dibentuknya grup WA. Cepat – cepatlah bu Ning mengeluarkan laptopnya kemudian membuka email. Disitulah tertuang materi dan tugas yang harus selesai hari ini dan hari – hari berikutnya. Lima hari berlalu bu Ning mengikuti Diklat, selama pelaksanaannya memang sudah tidak menggunakan kertas dan bollpoint bahkan juga sudah tidak menggunakan flashdisk.

    Sesampainya dirumah bu Ning menceritakan semua pengalaman kepada suami dan kedua anaknya. Mereka bertiga hanya senyum senyum saja. Melihat tingkah suami dan anaknya bu Ning jengkel tapi ada rasa malu juga.

    “Sudahlah Ma… jangan dipikir terlalu nanti mama malah tambah bingung dan malu” hibur anaknya yang bungsu sambil mijit mijit bahu mamanya.

    “Jadi Mama, dunia ini telah banyak berubah walau mama pikir baru lima tahun yang lalu bahkan tiga tahun yang lalu pun sudah banyak mengalami perkembangan dan kemajuan. Apalagi tentang IT sangat sangat pesat perkembangannya. Kita tidak mengikuti satu tahun saja sudah berubah lebih maju” jelas si Sulung anakku yang sudah kuliah secara panjang lebar. “Apalagi Mama adalah seorang guru maka harus selalu update info info tentang IT, harus sering mengikuti perkembangan IT lewat media apapun, biar mama tidak kalah dengan murid atau dengan guru yang lain” imbuhnya sambil senyum-senyum penuh kebanggaan.

    “Iya anak mama sayang.”

    “Jika ada yang baru tentang IT mama diberitahu ya Mas, ya Dik’

    “Wah mama ini bikin malu saja” sahut si kecil setelah mendengar cerita dari mamanya.”

    “Jadi sekarang mama yakin dan percaya to kalau kuliah itu sudah tidak wajib bawa buku tulis dan ballpoint.” Sahut Eko

    Kalau dirasakan dan dipikir – pikir zaman sekarang sudah banyak perubahan dari hal yang paling kecil sampai paling besar. Zaman dahulu ada yang Namanya surat menyurat, perangko, wesel, telegram untuk mengirim kabar berita saudara yang berada di perantauan, sekarang itu semua sudah tidak ada. Kita masing-masing sudah memiliki Handphone yang bisa segala-galanya dari video call, kirim berita, kirim uang, melihat film, belajar dan sebagainya. Kita tidak bisa menghindar ataupun menolak hal tersebut. Kita yang tua harus mau belajar; harus mau menerima perubahan dibidang apapun, karena jika tidak demikian yang terjadi kitalah yang akan tertinggal zaman.

    Zaman memang telah banyak mengalami perubahan tetapi Iman kepada Tuhan haruslah tetap sama, tetap percaya akan kasih Tuhan

    Zaman memang telah berubah tetapi tata krama, sopan santun yang merupakan adat istiadat kita tetaplah harus kita jaga dan kita terapkan dalam kehidupan kita, agar budaya yang kita miliki tetap Lestari sampai akhir zaman.

     

    Kreator : Bekti kristaliningsih

    Bagikan ke

    Comment Closed: Dunia telah berubah

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021