KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Fajar dan Cita-cita Menyebarkan Cahaya Islam

    Fajar dan Cita-cita Menyebarkan Cahaya Islam

    BY 06 Des 2024 Dilihat: 166 kali
    Fajar dan Cita-cita Menyebarkan Cahaya Islam_alineaku

    Ketika tamat SD, orang tua Fajar mengutarakan keinginannya agar Fajar dapat belajar di pondok pesantren. Hal ini dirasakan karena merasa anak yang pertama di sekolah umum sehingga mengharapkan Fajar untuk dapat menimba ilmu agama yang lebih mendalam. Fajar sendiri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Meski untuk bersekolah di pondok pesantren biaya yang dikeluarkan lebih besar dibanding sekolah umum tetapi tetap diusahakan dengan harapan Fajar dapat menimba ilmu agama dan dapat menyebarkan ilmu agama kelak.

    Di pondok tersebut, kehidupan Fajar berubah total. Ia harus beradaptasi dengan rutinitas ketat: bangun dini hari, melaksanakan shalat Tahajud, mengaji Al-Qur’an, menghafal kitab, mengikuti pengajian, hingga membantu pekerjaan di asrama. Meski awalnya terasa berat, Fajar justru semakin menikmati hari-harinya. Baginya, pondok pesantren adalah rumah kedua, tempat ia menemukan kedamaian, ilmu, dan teman-teman seperjuangan. 

    Fajar dikenal sebagai santri yang cerdas dan berakhlak mulia. Ustaz dan kyai di pondok sangat menyayangi serta menghargai semangat belajarnya. Di tengah kesibukannya, Fajar kerap membantu teman-temannya yang kesulitan memahami pelajaran. Ia juga sering diminta untuk menjadi imam shalat berjamaah.  

    Setelah enam tahun menuntut ilmu setelah tamat SMA di pondok pesantren, akhirnya tiba waktunya bagi Fajar untuk menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren.  Ia ingin melanjutkan kuliah, tetapi dia bimbang bagaimana ilmu agama yang telah dipelajarinya di pondok? Di hari-hari terakhirnya, Fajar merenung dalam-dalam. Ia bertanya pada dirinya sendiri.

    “Apa yang akan aku lakukan setelah ini? Bagaimana aku bisa mengamalkan ilmu yang telah kuperoleh?”  

    Suatu malam, Fajar menemui Kyai Hasyim, pimpinan pondok pesantren yang sangat dihormatinya. Ia menyampaikan kegelisahannya dan meminta nasihat.  “Kyai, saya ingin melanjutkan hidup dengan terus menyiarkan Islam, tapi saya belum tahu harus mulai dari mana. Mohon bimbingannya,” ujar Fajar dengan suara penuh harap.  

     

    Kyai Hasyim tersenyum bijak.

    “Fajar, dakwah itu tidak harus dimulai dengan hal besar. Mulailah dari lingkungan terdekatmu. Ingat, Rasulullah SAW pun memulai dakwahnya dari keluarga dan sahabat-sahabatnya. Ajarkan ilmu yang telah kamu pelajari. Jadilah cahaya bagi orang di sekelilingmu.”  

    Kyai Hasyim kemudian menasihati lebih lanjut.

    “Orang berilmu yang sombong seperti awan hitam yang bergemuruh namun tak pernah menurunkan hujan. Hanya terlihat hebat, tapi tak membawa manfaat.”

    Maknanya, ilmu yang dibawa santri harus menjadi keberkahan bagi masyarakat, bukan sekadar untuk dipamerkan. Kesombongan hanya akan mengurangi nilai ilmu itu sendiri, sementara sikap rendah hati menjadikan ilmu lebih bermakna dan bermanfaat bagi banyak orang.

    Kata-kata itu sangat membekas di hati Fajar, ia mulai semangat untuk menyebarkan ilmu agamanya karena dia merasa syiar Islam harus tetap dijalankan dan dia juga akan tetap melanjutkan kuliah untuk mengejar cita-cita yang diimpikan

    Sebelum masa perkuliahan tiba, Fajar memulai dakwahnya dengan cara sederhana. Ia membuka kelas mengaji untuk anak-anak dan remaja, mengadakan kajian rutin di masjid, serta memberikan ceramah setiap malam Jumat. Perlahan namun pasti, usahanya membuahkan hasil. Masjid yang dulu sepi kini kembali ramai. Anak-anak  antusias mengikuti pengajian, karena dia merasa generasi Islam  dapat terbentuk dengan baik dimulai pada  masa kanak-kanak.  

    Dalam perjalanan dakwahnya, Fajar menghadapi berbagai tantangan, seperti penolakan dari beberapa orang yang belum memahami niat baiknya atau cibiran dari mereka yang iri terhadap keberhasilannya. Namun, ia tetap teguh dan bersabar. Ia selalu meyakini bahwa dakwah adalah jalan panjang yang membutuhkan ketulusan dan ketekunan.  

    Tahun demi tahun berlalu, Fajar sambil berkuliah dia terus mensyiarkan Islam dengan cara yang dia bisa lakukan kepada teman-temannya, dan masyarakat di sekitar kos-nya.

    “Ilmu ini bukan untuk disimpan, tapi untuk disebarkan, Jangan pernah lelah menebarkan kebaikan.” 

    Kata-kata dari Pak Kyai Hasyim itulah yang terus memacunya untuk selalu dalam jalan syiar Islam.  

     

     

    Kreator : Safitri Pramei Hastuti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Fajar dan Cita-cita Menyebarkan Cahaya Islam

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021