Ketika tamat SD, orang tua Fajar mengutarakan keinginannya agar Fajar dapat belajar di pondok pesantren. Hal ini dirasakan karena merasa anak yang pertama di sekolah umum sehingga mengharapkan Fajar untuk dapat menimba ilmu agama yang lebih mendalam. Fajar sendiri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Meski untuk bersekolah di pondok pesantren biaya yang dikeluarkan lebih besar dibanding sekolah umum tetapi tetap diusahakan dengan harapan Fajar dapat menimba ilmu agama dan dapat menyebarkan ilmu agama kelak.
Di pondok tersebut, kehidupan Fajar berubah total. Ia harus beradaptasi dengan rutinitas ketat: bangun dini hari, melaksanakan shalat Tahajud, mengaji Al-Qur’an, menghafal kitab, mengikuti pengajian, hingga membantu pekerjaan di asrama. Meski awalnya terasa berat, Fajar justru semakin menikmati hari-harinya. Baginya, pondok pesantren adalah rumah kedua, tempat ia menemukan kedamaian, ilmu, dan teman-teman seperjuangan.
Fajar dikenal sebagai santri yang cerdas dan berakhlak mulia. Ustaz dan kyai di pondok sangat menyayangi serta menghargai semangat belajarnya. Di tengah kesibukannya, Fajar kerap membantu teman-temannya yang kesulitan memahami pelajaran. Ia juga sering diminta untuk menjadi imam shalat berjamaah.
Setelah enam tahun menuntut ilmu setelah tamat SMA di pondok pesantren, akhirnya tiba waktunya bagi Fajar untuk menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren. Ia ingin melanjutkan kuliah, tetapi dia bimbang bagaimana ilmu agama yang telah dipelajarinya di pondok? Di hari-hari terakhirnya, Fajar merenung dalam-dalam. Ia bertanya pada dirinya sendiri.
“Apa yang akan aku lakukan setelah ini? Bagaimana aku bisa mengamalkan ilmu yang telah kuperoleh?”
Suatu malam, Fajar menemui Kyai Hasyim, pimpinan pondok pesantren yang sangat dihormatinya. Ia menyampaikan kegelisahannya dan meminta nasihat. “Kyai, saya ingin melanjutkan hidup dengan terus menyiarkan Islam, tapi saya belum tahu harus mulai dari mana. Mohon bimbingannya,” ujar Fajar dengan suara penuh harap.
Kyai Hasyim tersenyum bijak.
“Fajar, dakwah itu tidak harus dimulai dengan hal besar. Mulailah dari lingkungan terdekatmu. Ingat, Rasulullah SAW pun memulai dakwahnya dari keluarga dan sahabat-sahabatnya. Ajarkan ilmu yang telah kamu pelajari. Jadilah cahaya bagi orang di sekelilingmu.”
Kyai Hasyim kemudian menasihati lebih lanjut.
“Orang berilmu yang sombong seperti awan hitam yang bergemuruh namun tak pernah menurunkan hujan. Hanya terlihat hebat, tapi tak membawa manfaat.”
Maknanya, ilmu yang dibawa santri harus menjadi keberkahan bagi masyarakat, bukan sekadar untuk dipamerkan. Kesombongan hanya akan mengurangi nilai ilmu itu sendiri, sementara sikap rendah hati menjadikan ilmu lebih bermakna dan bermanfaat bagi banyak orang.
Kata-kata itu sangat membekas di hati Fajar, ia mulai semangat untuk menyebarkan ilmu agamanya karena dia merasa syiar Islam harus tetap dijalankan dan dia juga akan tetap melanjutkan kuliah untuk mengejar cita-cita yang diimpikan
Sebelum masa perkuliahan tiba, Fajar memulai dakwahnya dengan cara sederhana. Ia membuka kelas mengaji untuk anak-anak dan remaja, mengadakan kajian rutin di masjid, serta memberikan ceramah setiap malam Jumat. Perlahan namun pasti, usahanya membuahkan hasil. Masjid yang dulu sepi kini kembali ramai. Anak-anak antusias mengikuti pengajian, karena dia merasa generasi Islam dapat terbentuk dengan baik dimulai pada masa kanak-kanak.
Dalam perjalanan dakwahnya, Fajar menghadapi berbagai tantangan, seperti penolakan dari beberapa orang yang belum memahami niat baiknya atau cibiran dari mereka yang iri terhadap keberhasilannya. Namun, ia tetap teguh dan bersabar. Ia selalu meyakini bahwa dakwah adalah jalan panjang yang membutuhkan ketulusan dan ketekunan.
Tahun demi tahun berlalu, Fajar sambil berkuliah dia terus mensyiarkan Islam dengan cara yang dia bisa lakukan kepada teman-temannya, dan masyarakat di sekitar kos-nya.
“Ilmu ini bukan untuk disimpan, tapi untuk disebarkan, Jangan pernah lelah menebarkan kebaikan.”
Kata-kata dari Pak Kyai Hasyim itulah yang terus memacunya untuk selalu dalam jalan syiar Islam.
Kreator : Safitri Pramei Hastuti
Comment Closed: Fajar dan Cita-cita Menyebarkan Cahaya Islam
Sorry, comment are closed for this post.