Beberapa waktu yang lalu, saya baca tentang Gaslighting. Ada beberapa hal yang bisa jelasin singkat soal istilah ini, di antaranya adalah pelecehan emosional, perilaku manipulatif pasangan, atau penciptaan narasi palsu hingga korban mempertanyakan realitasnya.
Dih, serem amat. Tapi kenyataannya memang ada. Kalau kita ngga paham dengan artinya ya memang jadi ngga merasakan pernah mengalami atau menyaksikan orang lain mengalaminya ya. Tapi begitu paham maksudnya, langsung deh batin berseru, “Ya ampun! Jangan-jangan …”
Saya sih ngga akan bahas detail ya, as usual, cuma mau ngutarain pikiran sendiri aja yang tidak akan berdasarkan bukti empirik dan fakta-fakta yang terus akan dipertanyakan dari berbagai sudut pandang. Oh, tidak. Saya ngga se-akademis itu orangnya. Tapi agak bergidik deh waktu iseng nulis di pencarian, eh ketemu artikel yang memaparkan 6 tanda perilaku gaslighting dan pas dilihat ternyata oh ternyata. Hahahaha,,, yok berpelukan online lagi, besties!
Saya jadi teringat salah satu sesi konseling yang saya lakukan tahun lalu. Eh iya, bener, saya ikutan konseling personal dengan psikolog loh. Belum sampai tahapan mau terapi or anything ya, cuma mau mendapatkan tempat berdiskusi yang bisa objektif memberikan saran. Dan alhamdulillah, bersyukur banget dengan keputusan diri sendiri beberapa tahun lalu melakukan pencarian konselor ini. Memang ternyata manusia itu perlu di ‘iya’ kan perasaan dan pikirannya, dan supaya konstruktif ke diri sendiri maka mestinya bukan mendapatkan itu hanya dari teman sepergaulan melainkan juga dari orang yang cukup paham dengan situasi juga berdasarkan keilmuan. Apalagi kalau kita sedang mencari solusi dari persoalan kehidupan ya kan.
Jadi, di sesi konseling itu si konselor merangkum persoalan yang lagi saya adukan. Beliau menggambarkan bahwa saya berada dalam kondisi stres karena sedang punya masalah dengan orang yang kepribadiannya demikian dan demikian. Memang asalnya ngga pedulian, cuek lah gitu, dan ngga paham sekitarnya sedang terguncang apa. Boro-boro mengambil tindakan, nyadar aja ngga. Orang yang peka dan inisiatif seperti karakter saya ketemu dengan yang begitu, ibarat gunung meletus ya kan, awan panasnya mengitari samudera kehidupan. Hahahaha, sekarang sih jadi lucu ingetnya.
Hubungannya dengan gaslighting? Yah, saya akhirnya kasih kesimpulan sedikit bahwa karakter macam itu, bakal sering melakukan perilaku gaslighting terhadap pasangan atau orang dekatnya. Kan dia ga peduli, begitu dikasih tau ada yang keliru terus ‘ngeles’ nya pinter banget sampe bikin lawan bicara nanya sendiri “Ini jangan-jangan gue yang gila apa gimana ya? Kok jadi gue yang salah.”
Karena seumur hidup itu emang lama, jadi apa yang bisa dilakukan deh kalo ngadepin si gaslighting ini tiap hari? Di artikel yang saya baca itu, nyebutin hal-hal yang saya cukup setuju sih. Dan sama banget dengan saran yang konselor saya udah sebutin.
Lebih banyak punya kesibukan, kamu itu orangnya produktif, produktif bikin kamu lebih bahagia. Relaksasi, lakukan ‘meditasi’ rutin dengan berbagai bentuknya, dan yakinkan ke diri sendiri bahwa kamu udah oke, kamu luar biasa udah sejauh ini, dan kasih pelukan hangat dulu ke diri sendiri sebab kebutuhan fisik dan emosional kamu nomor satu.
Jadi, visa ke negara mana lagi yang perlu kita bikin nih, bebs?
Kreator : Dixie Maia
Comment Closed: Gaslighting
Sorry, comment are closed for this post.