Di sebuah sekolah Katolik yang Asri, ada dua siswa yang penuh semangat bernama Marius dan Revalin. Mereka selalu bersama, berbagi canda tawa, dan menjalani hari-hari sekolah dengan bahagia. Mereka adalah teman sekelas. Suatu hari, guru mereka memberikan tugas untuk menulis tentang apa arti kebijaksanaan bagi mereka. Marius, yang selalu penasaran, bertanya pada Revalin, “Menurutmu, apa sebenarnya kebijaksanaan itu?”
Revalin terdiam sejenak, lalu berkata, “Menurutku, kebijaksanaan adalah saat kita tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam, kapan harus bertindak dan kapan harus menunggu.” Marius mengangguk, tetapi di dalam hatinya, ia masih merasa bingung. Setelah pulang sekolah, ia memutuskan untuk bertanya pada kakeknya, seorang pria tua yang sangat dihormati oleh warga sekitarnya. Kakeknya tersenyum bijak dan berkata, “Marius, kebijaksanaan itu seperti jaring yang dilemparkan ke laut, menangkap segala jenis ikan. Ada yang baik, ada yang buruk, tapi tugas kita adalah memilih mana yang baik dan berharga.”
Hari berikutnya, Marius merefleksikan perkataan kakeknya. Ia teringat pada Injil Matius 13:47-53, di mana Yesus menceritakan perumpamaan tentang jala yang menjaring ikan dari laut. “Kerajaan Surga itu seperti jala yang dilemparkan ke laut dan mengumpulkan segala jenis ikan,” kata Yesus. Setelah jala penuh, para nelayan akan duduk dan memilih ikan yang baik ke dalam keranjang dan membuang yang tidak baik. Marius akhirnya mengerti bahwa kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan yang baik dari yang buruk dalam kehidupan kita, untuk memilih jalan yang benar meski sulit, dan membuang godaan yang tidak membawa kebaikan.
Sementara itu, Revalin juga merenungkan tugas tersebut. Ia mengingat sebuah kutipan dari Santo Ignasius Loyola: “Jangan biarkan hidup ini berlalu tanpa makna, tetapi kejarlah apa yang membawa kita kepada Tuhan.”
Bagi Revalin, kebijaksanaan adalah ketika kita memilih untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam setiap keputusan. Itu adalah ketika kita mendengarkan hati nurani dan mengikuti jalan yang Tuhan tetapkan, meski terkadang jalan itu terasa berat.
Di akhir pekan, Marius dan Revalin berbagi hasil permenungan mereka di kelas. Mereka belajar bahwa kebijaksanaan dan hikmat tidak hanya berasal dari pengetahuan atau kepandaian, tetapi dari hati yang terbuka dan telinga yang mendengar suara Tuhan. Dengan begitu, mereka berdua berkomitmen untuk menjadi pribadi yang selalu mencari hikmat dalam setiap langkahnya, selalu bertanya pada Tuhan apa yang benar, dan selalu memilih jalan yang membawa mereka lebih dekat kepada-Nya. Dalam perjalanan hidup mereka, Marius dan Revalin berusaha untuk menjadi “ikan yang baik” dalam jaring kehidupan, selalu mengingat untuk memilih yang benar dan menjauhkan diri dari yang buruk, demi hidup yang bermakna di hadapan Tuhan.
“Seperti jaring yang menangkap segala jenis ikan, hidup ini penuh dengan pilihan; kebijaksanaan adalah memilih untuk menjadi ‘ikan yang baik’ dalam jaring kehidupan.”
Refleksi:
- Apa yang dimaksud dengan kebijaksanaan menurut Revalin dalam cerita ini?
- Bagaimana kakek Marius menjelaskan arti kebijaksanaan, dan apa hubungan penjelasannya dengan perumpamaan dalam Injil Matius?
- Apa yang dipelajari Marius dan Revalin tentang kebijaksanaan di akhir cerita?
- Apa langkah-langkah yang dapat Anda ambil untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui kebijaksanaan dalam hidupmu?
Kreator : Silvianus
Comment Closed: Hikmat dan Kebijaksanaan
Sorry, comment are closed for this post.