KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ibu, Kuingin Persembahkan Mahkota Untukmu

    Ibu, Kuingin Persembahkan Mahkota Untukmu

    BY 21 Des 2022 Dilihat: 156 kali

    Oleh : Irma Muthiah Saleh

    Tara duduk termenung di pinggir danau yang tidak jauh dari asramanya. Di tatapnya bunga teratai yang berjajar cantik di pinggiran danau tersebut. Namun warna teratai yang indah itu  tidak juga menghiburnya.  Hatinya galau, pikirannya kacau. Rasa kesal terhadap pembimbing asrama yang tidak mengizinkannya pulang ke rumah dilampiaskannya dengan melemparkan serpihan-serpihan kayu ke dalam danau tersebut. 

           Tara sangat suntuk di asrama. Hafalan Qur’annya tidak lancar-lancar. Bahkan sudah hampir tiga pekan jumlah hafalannya tidak bergeser dari angka 25 juz. Dia ingin pulang sekedar untuk refreshing tapi ibu pembimbing tidak memberikan izin. Memang tidak ada alasan yang kuat bagi pembimbingnya untuk memberi izin. Sarah sehat dan orang tuanya di rumah pun sehat. Pun tidak ada urusan penting yang mengharuskannya pulang. Bahkan ketika ingin bertemu ibunya dia cukup minta izin kepada pengasuh dan mendatangi ibunya yang mengajar di madrasah yang tidak jauh dari asramanya. 

           Tanpa disadari sesosok tubuh tinggi kurus memerhatikannya dari kejauhan. Yah, dia Rara adiknya yang sejak tadi berkeliling mencarinya. Mereka memang tinggal di asrama yang sama dan belajar di madrasah yang sama. Bedanya dia sudah kelas tiga tingkat ulya dan adiknya baru kelas satu. Tara sedikit kaget ketika sang adik tiba-tiba saja sudah berdiri disampingnya sambil mengomel. 

           “Ngapain kakak di sini!” seru Rara. 

           Tara bergeming. Dibiarkannya sang adik protes karena lelah mencarinya. 

           “Ayo dong kak balik ke asrama, dah hampir maghrib!” Ajak  Rara dengan nada yang sudah bercampur tangisan.

           Iba melihat adiknya yang manja itu, Tara bangkit dan berjalan menuju asrama. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya hatta ketika satu persatu temannya yang berpapasan menyapanya. 

           Mereka pun seolah sudah maklum dengan kebiasaan gadis manis itu kalau lagi suntuk. Sangat sulit mengorek informasi darinya. Salah-salah bisa kena semprot dan amukan darinya. Yah, itulah Tara gadis berkulit kuning langsat yang sebentar lagi menuntaskan sekolah tingkat menengah atasnya tapi sifat kekanak-kanakan nya kadang kala masih muncul. 

           “Ibu, kak Tara sudah beberapa hari tidak mau sekolah, tidak mau ikut kegiatan.” Lapor Rara kepada ibunya ketika bertemu di lapangan sehabis kegiatan upacara hari Senin. 

           “Ada apalagi dengan kakaknya?”

           “Tidak tahu tuh, sudah beberapa hari uring-uringan terus.”

           “Memang sebelumnya dia ada masalah apa?”

           “Dia sering mengeluh, katanya hafalannya tidak lancar-lancar.”

           “Yah sudah, nanti kalau bertemu suruh temui ibu di kantor.”

           Beberapa hari berselang, Tara kemudian menemui ibunya di kantor guru. Gundah di hatinya belum juga sirna. Dorongan untuk pulang masih terus menggodanya. Maka sudah bisa ditebak jika kalimat-kalimat yang terucap pun berupa bujukan kepada ibunya agar mau memintakan izin kepada ibu pembimbing asrama. 

           “Tolong ya Bu izinkan sehari saja,” bujuknya kepada sang ibu yang mulai terusik dengan sikap anaknya tersebut. 

           “Kan tadi ibu sudah bilang tidak ada izin pulang. Sudah! selesaikan dulu targetnya.”

           “Plis Bu izinkan sehari saja!”

           “Nak, cobalah untuk faham, kalau kakak izin terus, nanti apa kata santri yang lain, kok anak guru seenaknya minta izin pulang.”

           “Kata siapa Tara sering pulang, mana pernah ustadzah mau izinkan. Coba kalau yang lain mudah betul diberi izin.”

           “Eh tidak boleh bilang begitu. Kalau temannya dapat izin, itu karena memang ada alasan yang mengharuskan dia pulang. Mungkin dia sakit atau orang tuanya yang sakit, makanya dia pulang untuk membantu ibunya.” Jelas ibunya panjang lebar. 

           “Sudahlah nak, sana balik ke asrama, dan besok sudah masuk sekolah. Kakak sudah kelas tiga loh.”

           “Ibu pasti begitu,” gerutu Tara sambil berlalu.

           Dalam hatinya percuma membujuk ibunya untuk memintakan izin. Pasti hasilnya dia yang diceramahi. Maka dengan kesal bercampur kecewa diapun beranjak dari depan ibunya dan kembali ke asrama. Kembali berjuang menjalani harinya. Hingga tanpa terasa masa-masa ujian dan ikhtibar hafalan pun berlalu. Yah, dia belum mampu menuntaskan hafalan 30 juz nya. Akan tetapi semangatnya untuk tetap berjuang telah kembali muncul. 

           “Kata adek kakak tidak pulang di jadwal pulang santri nanti. Benarkah?” Tanya ibunya setelah selesai memberikan pengarahan kepada para alumni yang sebentar lagi akan pulang berlibur bersama santri lainnya.

           “Tara mau ikut program hafalan bersama kakak mahasiswi Bu.” jawabnya dengan sedikit ragu. 

           “Serius?” Kejar ibunya nampak tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

           “Iya, waktu itu Tara dan teman-teman jalan-jalan ke kampus kakak-kakak dan kebetulan bertemu ustadzah penanggung jawab program. Kita semua dites dan lolos. Jadi katanya bisa ikut daurah.”

           “Memangnya kakak ke sana ada yang mau ikut tes?”

           ” Tidak bu, kami cuma jalan-jalan saja “

           “Tapi Bu …,” suaranya terhenti karena ragu apa ibunya akan membolehkan atau tidak. 

           “Tapi kenapa nak?”

           “Biayanya besar, 1.500.000.”

          “Ya, tidak pa apa. Yang penting kakak serius, bukan     

          karena ikut-ikutan sama temannya.” 

           “Tara serius Bu. Tara ingin menuntaskan hafalan Tara yang kurang 5 juz.”

           “Tara juga ingin persembahkan mahkota untuk ibu.” jawabnya sambil berkaca. 

           Ibunya tidak mampu menahan haru. Diraihnya bahu anaknya dan ibu anak itupun larut dalam suasana penuh haru.

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ibu, Kuingin Persembahkan Mahkota Untukmu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021