KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Misteri
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Sains
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kompak Dalam Mendidik Anak

    Kompak Dalam Mendidik Anak

    BY 24 Nov 2024 Dilihat: 95 kali
    Kompak Dalam Mendidik Anak_alineaku

    Ada banyak hal dalam pendidikan anak-anak yang harus kami lakukan dengan kompak. Tidak sak karepe dewe (semau gue aja). Yang satu maunya begitu, yang satu maunya begini. Memang awalnya, semua perlu didiskusikan. Saling mengemukakan argumen dulu baru diputuskan yang paling maslahat untuk keluarga. Kalau ada perbedaan pendapat, aku sebagai istri lebih berusaha merenungkan dan memikirkan pendapat suami. Aku yakin, beliau yang lebih panjang pemikiran dan pertimbangannya. Maklum, wanita kan 9 perasaan satu akal. Sebaliknya, laki-laki, 9 akal satu perasaan. Wanita tugas utamanya mendampingi suami, mengurus keluarga, membesarkan dan mendidik anak. Semuanya butuh kekayaan perasaan. Laki-laki menjadi kepala keluarga, pencari nafkah, dan pengayom keluarga. Semuanya butuh keterampilan berpikir tingkat tinggi selain kekuatan fisik.

    Nah, ada satu hal dalam pendidikan anak yang sudah menjadi kesepakatan kami, yaitu harus kompak dalam bersikap. Contohnya, dalam hal menyikapi pelanggaran aturan yang dilakukan anak-anak. Dalam keluarga kami, ada beberapa aturan yang sudah disepakati antara kami dengan anak-anak. Jika aturan ini dilanggar, kami boleh marah dalam koridor untuk mendidik anak-anak. Anak-anak sudah memahami dan siap berproses atas semua konsekuensi yang akan muncul.

    Kalau ada anak yang melanggar aturan keluarga sehingga membuat abinya terpaksa marah, maka aku tidak boleh membela anak-anak walau sebenarnya hatiku sebagai seorang Ibu juga nggak tega melihat mereka mendapat marah dari Abi mereka. Sebaliknya, jika aku sebagai Umi anak-anak yang terpaksa harus ‘marah’, maka Abi pun harus tetap netral. Sama sekali tidak membela. Jadi, kami tidak boleh melakukan aksi pembelaan pada anak terhadap kasus pelanggaran aturan. Harus total baik dalam ekspresi wajah, ucapan maupun bahasa tubuh kami.

    Ada pengalaman. Saat itu, Bang Kamal (putra pertama kami) masih duduk di bangku TK, pernah membuat marah Abi. Naluri anak, ia langsung berlari memeluk kakiku sambil mengadu kalau dapat marah dari Abi. Aku hanya memeluk dan memandang bola matanya. Tidak mengasihani dan membela.

    Aku hanya berkata, “Abang tahu kesalahan abang?”

    Ia pun menganggukkan kepalanya.

    “Ya sudah, Abang segera minta maaf ke Abi,” lanjutku.

    “Abang takut,” jawabnya.

    “Mau Umi antar ke Abi?” tanyaku.

    “Mau, Umi,” jawabnya lagi.

    Lalu kami berdua menemui Abi. Setelah Abang minta maaf dan mencium tangan Abi, baru Abi duduk dan memangku Abang, dilanjutkan dengan membahas duduk persoalan yang sebenarnya terjadi. Abang ikut menyimak pembicaraan Abi. Jadi, ia pun paham mengapa Abi sampai marah. Yang ingin kutekankan di sini adalah, saat anak melakukan aksi mencari pembelaan kepada salah satu dari kami, maka kami tak boleh menunjukkan pro kepadanya baik dalam ucapan, ekspresi wajah, maupun bahasa tubuh. Harus selaras. Begitu tidak selaras, anak akan menangkap bahwa ada pembelaan dari kami. So, jangan sampai membela anak ya karena nanti bisa-bisa kita sendiri yang gegeran di depan anak. Hubungan kita bisa jadi merenggang sedang anak menjadi besar kepala karena merasa ada yang membela walau melakukan kesalahan (melanggar aturan yang sudah disepakati).

    Biasanya, kalau sudah Abi atau Umi marah, paling-paling kami hanya mengatakan, “Sampeyan pasti sudah tahu toh mengapa Abi sampai marah. Gih sana ke Abi. Cium tangan dan minta maaf.” Atau …

    “Kalian pasti ya sudah tahu mengapa Umi kalian sampai marah begitu pada kalian. Ya sudah, cepat minta maaf sana ke Umi.”

    Akhirnya, anak-anak pun paham dan akhirnya terbiasa bahwa tidak akan ada pembelaan jika melanggar aturan dan mereka harus merenungkan sendiri apa kesalahan yang sudah diperbuat dan segera minta maaf. Kami pun tidak akan membiarkan hal ini berlarut-larut. Paling lama, malam itu, sebelum anak-anak terlelap tidur, kami sudah saling berpelukan dan saling memaafkan. Tidak ada lagi ganjalan atau kemarahan yang masih terpendam dalam hati. Clear semuanya. Berangkat tidur dengan senyum tetap tersungging di bibir mereka. Have a nice dream yaa, sayang. Kami pun tersenyum bahagia demi melihat wajah mereka yang selalu menggemaskan dan tanpa dosa itu. He he he …

     

     

    Kreator : Maryam Damayanti Payapo

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kompak Dalam Mendidik Anak

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021