I. TIDUR DI JALAN AJA
“Maaak, aku gendong Maaakk, aku capek Maaakk.” Keluh seorang anak yang telah menempuh perjalanan hampir 1 km. Anak balita ini sudah terlatih berjalan kaki setiap hari dalam setiap perjalanan pulang pergi ikut mamanya menuju tempat bekerja. Namun untuk hari ini berbeda dari hari-hari biasanya. Balita cantik berambut kriwul ini mengeluh capek dan minta gendong.
“Ayo lah Nak, semangat ya, sudah hampir sampai ini. Ayo Mama gandeng tangannya.” Sahut mamanya sambil mengulurkan tangannya untuk menggandeng putri mungilnya itu. “Tapi Maak, aku capek, kakiku berat Maakk, aku gendong belakang ya maakk!” rengeknya sambil menyambut uluran tangan mamanya.
Perlahan tapi pasti, setapak demi setapak perjalanan tetap ditempuh. Namun tak lama kemudian si gadis kecil yang biasa dipanggil dengan sebutan Si Kriwul ini kembali mengeluh dan berhenti melangkah dengan tiba-tiba. Mamanya pun terperanjat dan menghentikan langkah kakinya sambil menoleh ke arah anak sulungnya itu.
Sambil tersenyum mamanya berkata dalam hati: “Kenapa ya kok tumben anak ini rewel dan mengeluh, tidak seperti biasanya. Padahal kondisi badannya sehat. Sejak berangkat tadi tidak ada masalah.” Berhenti sejenak mamanya melamun dan memandang putrinya yang mulai duduk di tengah jalan. Mamanya pun masih mencoba memaksa untuk kembali jalan. Namun Si Kriwul ini tetap bersikukuh tidak mau jalan dan tetap minta gendong.
Tetapi mamanya pun tetap tidak mau menggendong. Akhirnya si Kriwul pun menjawab ajakan mamanya: “Ya udah aku tidur di jalan aja”. Jawabnya dengan yakin sambil langsung merebahkan diri di tengah jalan beraspal.
Sejenak mamanya diam membiarkan anaknya tergelethak di tengah jalan. Namun mamanya tak sanggup menahan rasa kasihan kemudian membungkuk dan mengambil Si Kriwul yang memiliki tekad yang kuat tersebut. Dipeluknya dia sambil diciumi. Lalu digendong untuk melanjutkan perjalanan.
Sepanjang perjalanan mamanya tak habis pikir, kenapa si kriwul berbeda dengan adat biasanya. Tiba-tiba mamanya teringat seolah menerima bisikan dari Tuhan yang mengingatkan bahwa hari ini adalah hari lahirnya si Kriwul. Diciuminya kembali si Kriwul yang masih balita nan mampu menempuh jalan kaki jarak jauh ini. mamanya pun kemudian minta maaf dan mengajak bercakap-cakap anak semata wayangnya itu. Mamanya terlupa bahwa hari ini adalah bertepatan hari lahirnya Si Kriwul.
Sambil melanjutkan obrolan keduanya terus melangkah menuju sebuah mushola terdekat. Mamanya segera menuju tempat wudhu yang diikuti oleh anaknya. Kemudian masuk mushola dengan tetap mengingatkan anaknya supaya masuk mushola mendahulukan kaki kanan. Sambil mengucapkan doa masuk masjid. Kemudian mamanya mengambilkan mukena kecil yang sudah tersedia di almari untuk si Kriwul. Sembari mamanya melaksanakan sholat dhuha, Si Kriwul ikutan-ikutan sholat bergerak sesuai keinginannya.
Usai sholat dhuha kemudian si Kriwul diberi uang untuk dimasukkan ke dalam kotak infaq sebagai sedekah pada hari lahirnya. Karena sudah dipesan oleh neneknya Si Kriwul bahwa setiap tiba hari lahirnya Si Kriwul diusahakan mengeluarkan sedekah khusus hari kelahiran.
Begitulah adat kebiasaan yang baik untuk dilanjutkan yaitu berpuasa pada hari lahirnnya dan bersedekah khusus pada hari lahirnya. Sebagaimana yang sudah dikenal dengan istilah hari Jumat Berkah, dalam adat kebiasaan di keluargaku pun ada Hari Lahir Berkah.
#######################################
II. SIK AKEH NING SURGO
Berharap semua gembira dan bahagia, namun kenyataannya justru sebaliknya. Itulah yang dialami oleh Intan bersama keluarganya yang datang secara berombongan dari Ponorogo. Pagi itu rombongan keluarga Intan hendak piknik ke Kebun Binatang Surabaya. Senyampang liburan sekolah sekaligus sebagai refreshing keluarga.
Malam-malam mereka berangkat dari rumah. Berharap sampai di lokasi masih agak pagi. Karena rencananya usai dari Kebun Binatang Surabaya mereka akan ke Madura supaya melewati Jembatan Suramadu. Begitulah waktu yang diperkirakan tepat adanya. Pagi-pagi mereka sudah sampai di Kebun Binatang Surabaya.
Sesampai di Bonbin (singkatan dari Kebun Binatang) mereka segera mengantri beli tiket dan bergiran masuk lokasi. Karena lama mengantri, si Ardan anaknya lelakinya Intan mulai tidak sabar. Tetapi dengan penjelasan dan segala macam hiburan dari mamanya si Ardan bisa bisa dibujuk untuk tenang.
Merekapun melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki menikmati kebersamaan dan memanjakan mata dengan mengamati segala macam binatang yang terawat bagus di Bonbin. Mereka terus berjalan menyusuri lorong demi lorong di arena berbagai macam jenis binatang. Semakin lama semakin siang dan Ardan pun semakin capek.
Di tengah ramainya pengunjung si Ardan melampiaskan rasa capeknya dan rasa kesalnya dengan menangis, ngambek, marah-marah, dan bahkan nangis. Segala bujuk rayu keluarganya tidak mempan. Si Ardan terus menangis sambil marah-marah.
Dengan bahasa jawanya yang fasih si Ardan teriak-teriak:”Ayo mulih, emoh aku ning kene, poko e yo mulih, mulih saiki, emoh engko aku. Ayo mulih, emoh aku ndilok kewan, aku ra demen kewan, ayo mulih, kewane ning kene ora akeh, kewane sik akeh ning surgo.”
Dia tidak peduli dilihat orang lain sesama pengunjung. Terus saja dia marah-marah. Begitu bilang kewane sik akeh ning surgo (hewannya masih banyak di surga) spontan keluarganya tertawa geli campur resah juga karena dengan adanya si Ardan gak nyaman membuat mereka pun tidak tenang menikmati liburannya.
###############################
Kreator : Endah Suryani, S.Pd AUD
Comment Closed: Kumpulan Cerita Unik
Sorry, comment are closed for this post.