Sempurna, kata yang begitu menyihir banyak orang. Lalu apa arti kata tersebut?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sempurna adalah utuh dan lengkap segalanya (tidak bercacat dan bercela); lengkap, komplit; selesai dengan sebaik-baiknya, teratur dengan sangat baiknya; baik sekali dan terbaik. Seringkali kesempurnaan menjadi sesuatu yang ingin dicapai oleh setiap orang. Sehingga mencoba segala cara agar mendapat predikat itu dalam hidupnya. Padahal nyatanya, manusia akan tetap menjadi makhluk yang akan selalu berdampingan dengan ketidaksempurnaan dirinya, secoba apa pun ia dalam usahanya, karena sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah.
Oleh karena itu, kewajiban setiap manusia untuk mengimani bahwa hanya Allah Yang Sempurna. Telah disebutkan dalam Al-Quran beberapa ayat tentang hal ini. Di antaranya yang tertuang dalam Qs. Al-Hasyr: 24
هُوَ اللّٰهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۗ يُسَبِّحُ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ
Artinya: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Ayat kedua yaitu dalam Qs. Al-Ikhlas: 1-4, Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
Artinya: Katakanlah Muhammad, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.
Dikutip dari buku Tafsir Surat Al-Ikhlas oleh Al Hafidz Abdul Qasim At Tabrani rahimahullah, di dalam surat Al-Ikhlas terdapat salah satu nama baik Allah Asmaul Husna As Samad. Nama ini merupakan perwakilan dari segala sifat Allah yang kekal, sempurna, dan abadi.
Isi surat Al-Ikhlas menunjukkan bahwa Allah adalah Esa, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak pula mempunyai istri. Sehingga hanya Allah yang wajib diimani, karena hanya Dia-lah Dzat yang patut disembah dan berkuasa atas segala makhluk di muka bumi.
Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada yang akademiknya bagus tapi sulit mendapatkan jodoh, ada yang pernikahannya bahagia tapi tidak dikaruniai anak, ada yang cacat fisik tapi berhasil dengan bisnisnya, ada yang berkelebihan harta tapi broken home, ada yang serba kekurangan tapi memiliki keluarga yang utuh dan bahagia, dan masih banyak lagi cerita perjalanan manusia dalam hidupnya. Kita semua berada dalam kisah itu masing-masing. Jangan pernah bandingkan.
Tidak ada manusia yang benar-benar bahagia dan sedih di dunia ini. Apalagi jika kita tahu bahwa hakikat dunia adalah “darul ibtila” yang artinya tempatnya ujian dan musibah. Mungkin pagi hari kita bahagia, tapi sorenya kita bersedih. Semua itu adalah qadarullah. Tetap syukuri sambil ucap, “alhamdulillah ala kulli haal, Segala puji bagi Allah atas segala sesuatu.”
Sempurna itu memang bukan milik kita. Karena itu merupakan tabiat manusia yang telah Allah tetapkan. Dalam Islam, telah diajarkan bahwa manusia diciptakan dari tanah. Dan ini membuktikan bahwa manusia hanyalah tanah yang diberi nyawa oleh Allah. Konsep ini tertuang dalam Qs. Al-Hijr: 26
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن صَلْصَٰلٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Ayat ini menunjukkan bahwa asal-usul manusia adalah dari materi yang tidak sempurna.
Selain itu, yang menjadikan manusia tidak sempurna yaitu, meskipun kita diberi kebebasan untuk memilih, namun kebebasan ini memiliki keterbatasan. Sehingga kita tidak bisa menentukan semua nasib dan takdir. Hal ini dijelaskan dalam Qs. Al-Mu’minun: 12-14,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ.
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ. ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
Ayat tersebut menggambarkan proses penciptaan manusia yang tidak serta-merta sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dengan potensi menjadi sempurna, tetapi jalan menuju kesempurnaan tersebut penuh dengan ujian dan rintangan.
Ini salah satu ayat yang menjelaskan bahwa, bahkan diri kita sendiri pun diciptakan oleh Allah Ta’ala. Ternyata kita hanyalah makhluk yang rendah lagi hina.
Lebih lanjut, Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan dengan kelemahan dan ketidaksempurnaan. Dalam Qs. Al- Hadid:7 Allah berfirman:
ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَأَنفِقُوا۟ مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ ۖ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَأَنفَقُوا۟ لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ
Artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”
Ayat ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia memiliki keterbatasan dalam hal kekuatan dan kekayaan. Kita tidak dapat mengendalikan segala sesuatu dan tidak dapat mencapai kesempurnaan dalam segala aspek kehidupan.
Dengan demikian, Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan dengan keterbatasan dan ketidaksempurnaan. Konsep ini dapat menjadi landasan keutamaan rendah hati, sabar dan tawakal.
Tidak ada manusia yang selamat dari dosa, karena itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan tidak sempurna. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Artinya: “Semua anak Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertaubat.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi)
Hadits ini mengajarkan bahwa sebagai manusia, kita memiliki sifat kesalahan dan dosa. Namun, kebaikan sejati terletak pada kemampuan kita untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
Mau sekuat apapun iman kita pasti akan tetap berbuat kesalahan. Meskipun kita seorang imam, ustadz/ustadzah, guru agama, orang tua, penuntut ilmu agama, anak muda, anak kecil. Seyogyanya, setelah itu dibarengi dengan penyesalan dan taubat.
Tenang ya, Allah itu sangat Pemaaf terhadap kita. Jangan pernah putus asa dari rahmat-Nya. Allah berfirman dalam Qs. Az-Zumar: 53,
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Berbuat salah itu fitrah kita sebagai manusia, asal jangan jadikan itu alasan untuk bermudah-mudah dalam berbuat dosa. Coba ingat kutipan ini ketika akan melakukan dosa; “Ketika kita berbuat dosa, sebenarnya yang lebih berbahaya bukan dosa apa yang telah kita perbuat, tapi yang kita maksiati itu adalah Allah, Rabb yang telah memberi kita segalanya.”
Tugas kita sebagai manusia hanya satu, yaitu kembali kepada-Nya. Jika hari ini berbuat dosa, iringi dengan taubat setelahnya. Semoga besok tidak mengulang kesalahan yang sama. Sudahi ya, maksiatnya.
Saling mengingatkan dalam kebaikan antar manusia juga berpotensi mencegah sesamanya untuk melakukan dosa. Sebagai seorang muslim, bahkan kita diperintahkan untuk saling menasihati dalam ketaatan dan kesabaran. Untuk itu, sangat tidak etis jika ada orang yang masih suka menjudge orang lain ketika ia berbuat kesalahan. Padahal yang menjudge juga manusia yang sama-sama pabrik dosa.
Salah satu alasan kenapa kita tidak boleh menjudge orang lain, karena terkadang kita hanya melihat tampilan luarnya saja. Bukan seluruhnya. Bisa jadi, ia adalah orang yang telah bertaubat kepada Allah, bisa jadi ia menangis dalam shalatnya karena dosa-dosanya, bisa jadi ia orang yang diam-diam bersedekah atau berpuasa sunnah, dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Berhenti menjudge orang lain, karena kita tidak tahu, tapi Allah tahu. Ia yang paling mengerti hamba-Nya. Bukan kita.
Menyebut seseorang dengan sebutan pendosa itu bukan hak kita. Karena hanya Allah Yang Maha Tahu. Hanya Dia yang tahu, siapa hamba-Nya yang paling jujur dalam ketaatan. Merasa diri paling baik dan paling sholeh lalu merendahkan orang lain adalah perbuatan tercela. Sikap merendahkan orang dapat merusak silaturahmi antar sesama manusia. Dan itu perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun ia adalah manusia terbaik pilihan Allah. Lalu bagaimana dengan kita manusia biasa yang sama-sama pendosa?
Apakah kita lupa, bahkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan, dosa merendahkan orang lain sama seperti dosa orang yang berbuat dzalim kepada saudaranya. Semua kebaikan yang telah kita rangkai, hangus terbuang dan akan diberikan kepada orang yang pernah kita dzalimi dahulu di dunia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya,
أَتَدْرُونَ ما المُفْلِسُ؟ قالوا: المُفْلِسُ فِينا مَن لا دِرْهَمَ له ولا مَتاعَ، فقالَ: إنَّ المُفْلِسَ مِن أُمَّتي يَأْتي يَومَ القِيامَةِ بصَلاةٍ، وصِيامٍ، وزَكاةٍ، ويَأْتي قدْ شَتَمَ هذا، وقَذَفَ هذا، وأَكَلَ مالَ هذا، وسَفَكَ دَمَ هذا، وضَرَبَ هذا، فيُعْطَى هذا مِن حَسَناتِهِ، وهذا مِن حَسَناتِهِ، فإنْ فَنِيَتْ حَسَناتُهُ قَبْلَ أنْ يُقْضَى ما عليه أُخِذَ مِن خَطاياهُمْ فَطُرِحَتْ عليه، ثُمَّ طُرِحَ في النَّارِ.
Artinya: “Tahukah kalian siapa yang disebut sebagai orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut adalah yang tidak memiliki uang atau harta benda.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang benar-benar bangkrut dari kalangan umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun, di saat yang sama, mereka juga membawa dosa karena pernah mencela, menuduh tanpa bukti, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul sesama. Maka kelak, kebaikan-kebaikan yang dimilikinya akan diberikan kepada orang-orang yang pernah ia zalimi. Jika seluruh amal kebaikannya telah habis, sedangkan dosa kezalimannya belum terbayar, dosa-dosa orang yang terzalimi akan dipindahkan kepadanya. Akhirnya, dia pun akan dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim, no. 2581).
Ya Allah, maafkanlah kedzaliman ini. Kita semua pernah berbuat salah, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kadang, kedzaliman yang kita lakukan menjadi beban berat yang mengganggu hati dan jiwa. Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membuka pintu ampunan bagi hamba-Nya yang bersungguh-sungguh ingin bertaubat.
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ajarkanlah kepadaku doa yang aku baca dalam shalatku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah:
اللهُمَّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْماً كَثِيراً، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي، إنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, kasihanilah diriku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampunan lagi Maha Penyayang.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 834 dan Muslim, no. 2705)
Hal yang dapat kita lakukan untuk membantu saudara kita yang berbuat dosa adalah menasehati dengan cara yang baik, menunjukkan kasih sayang dan mendoakannya agar Allah memberikan hidayah dan ampunan, serta memohon pertolongan kepada Allah agar kita tidak terjerumus dengan perbuatan dosa yang sama. Semoga Allah melindungi kita dari hal tersebut. Amin.
Kreator : Fatma Aulia Horsan, S.Pd
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Maaf, Aku Tidak Sempurna Bab 1
Sorry, comment are closed for this post.