KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Majasto

    Majasto

    BY 06 Sep 2024 Dilihat: 10 kali
    Majasto_alineaku

    Rintik gerimis hujan, cahaya gelap lilin remang-remang

    Joko Bodho

    Ki Ageng Sutawijaya

     Bumi Arum Majasto

    Mitos

     Legendha

    Perjalanan panjang

     Tokoh Besar

    Trah Majapahit

    Putra keturunan Prabu Bawijaya V

    Laku…perjalanan…pengembaraan

    (suara angin bertiup kencang, lilin mati)

    ENDHANG 

    (menyalakan lilin)

    “Perjalanan hidup ibarat sebuah perantauan, saat kita berada diperantauan, apalah bekal yang paling kita butuhkan ? Hanya kebaikan dan kebaikan. Sebab hanya kebaikanlah yang dapat kita jadikan bekal untuk kita pulang. Itulah sebaris kata – kata yang melucur begitu saja dari seorang kakek penjaga makam tua. Sebaris kata- kata yang sederhana, namun mampu mencuri perhatianku, membuatku berpikir, membuatku ingin lebih mencerna, untuk memahami hubungan hubungan antara : HIDUP…PERANTAUAN… KEBAIKAN…PULANG…

    Ah… entahlah, aku menjadi bingung. Disini aku masih terjebak dengan pencarianku tentang sejarah makam tua, tapi malah mendapatkan kebingungan- kebingungan lain. tak dapat penyelesaian. Coba kutanyakan pada yang lain, bagaimana menurut kalian ?

    Nah…ini dia, mungkin aku akan dapatkan info yang lebih valid disini. Informasi lengkap dari simbahku, simbah yang pintar, simbah yang istimewa karna bisa aku bawa kemana saja, he…he…he…he…coba sebentar aku tanya padanya : “Mbah…simbah,  ada apa dengan gunung disana ? Gunung yang  tinggi menyimpan misteri. Tampak menjulang dan memikat para petualang. Apa yang disimpannya, membuat nya istimewa? (suara gluduk). Mbah…bagaimana bisa,ia jadi terkenal meski dipelosok desa? Ada apa di atas sana? Apakah ada yang istimewa? Tolong… ceritakan kepadaku”.

    SIMBAH

    (Terbatuk) kau penasaran sekali rupanya. Meski kau terlahir di sini,di desa kecil ini, ternyata belum mampu membuatmu mengerti tentang gunung itu, (terkekeh) mari sini, duduk dekat simbah, letakkan sejenak mainanmu, gunakan baik- baik HPmu, androidmu. Simaklah, pahami, resapi, cerita gunung yang penuh misteri (petir senyambar). Di puncak gunung sana ada makam…

             (Ana kidung rumeksa ing wengi, teguh hayu luputa ing lara, luputing bilahi kabeh…)

     

    Namanya Bumi Arum Majasto, sebuah gunung yang memiliki tanah berbau harum. Orang-orang yang dimakamkan disana hanya sedalam 70cm. Itupun setiap liangnya akan diisi lebih dari satu jenazah, bisa dua, tiga, empat, sepuluh, bahkan hingga berpuluh-puluh jenazah. Asalkan masih satu keturunan, atau satu trah–apakah kalian percaya?- (berbicara kepada penonton). Dirimu pasti bertanya-tanya “bagaimana bisa seperti itu?” 

    Namun, benar adanya bukan hanya mitos semata. Meski dikubur dangkal dan bertumpuk- tumpuk, tak akan ada bau bangkai, bau busuk yang membuat hidung terasa tertusuk, harumnya tanah jadikan makam ini unik dan menarik. 

    Makam ini, makam keramat.Kau lihat tangganya yang tetata rapi, saat kau naik tak akan sama jumlahnya dengan saat kau menuruninya. –kalian tak percaya?-kalau tak percaya, bisa kalian coba(berbicara pada penonton). 

    Keindahan alam nya aduhai, kalian akan dibuatnya terpesona dan terbuai. Tak hanya kuburan saja, disana ada sebuah masjid kuna yang dibangun pada 1470 Masehi. Masjid ini masih berdiri kokoh sama seperti dahulu kala. 

    (Ana kidung rumeksa ing wengi, teguh hayu luputa ing lara, luputing bilahi kabeh…)

    KI AGENG SUTAWIJAYA 

    Akulah Joko Bodho putra ke 197 Prabu Brawijaya V,kerap dipanggil dengan sebutan Ki Ageng Sutawijaya. Aku adalah murid dari Sunan Kalijaga. Dan kodratku berada disini, melaksanakan kewajibanku, menyelesaikan tugasku, tugas sebagai manusia, tugas sebagai titah NYA. 

    ENDHANG

    Apakah kalian tau? Aku masih ingat jelas apa yang simbah ceritakan kepadaku tentang perjalanan Joko Bodo yang diceritakan oleh nenek. (berbicara pada penonton). Begini ceritanya, Pada tahun1401 terjadi perang antara wali dengan Majapahit. Majapahit pun mengalah karena para wali itu dipimpin oleh Raden Patah yang merupakan anak dari Eyang Brawijaya. Maka dari itu, Eyang Sutawijaya pergi dari Majapahit dan menuju ke Bojonegoro. Disana Beliau mempersunting Putri Adipati Bojonegoro. Namun setelah itu, Eyang Sutawijaya pergi dari Bojonegoro dan menjadi seorang petani dike Desa Tegal Ampel, Klaten. Tiba-tiba muncul lah Kanjeng Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai masyarakat biasa dengan membawa rumput-rumput. Pada waktu itu, Sunan Kalijaga dikejar oleh Eyang Sutawijaya.

     

    Akhirnya, setelah berhasil terkejar, Sunan Kalijaga mengakui siapa sebenarnya dirinya. Hingga akhirnya Eyang Sutawijaya meminta Sunan Kalijaga untuk mengajarinya tentang syariat Islam.

     Kemudian, Sunan Kalijaga mengajaknya ke Bayat. Di Bayat, Eyang Sutawijaya diajarkan syariat Islam oleh Sunan Bayat. Hingga tiba akhirnya Eyang Sutawijaya lulus belajar dari Sunan Bayat. Sunan Kalijaga kemudian memberi perintah pada Eyang Sutawijaya : “Tempatmu bukan disini, tapi di gunung yang ada disana itu” (suara petir bergemuruh), “Ini saya membawa sebuah kerikil, saya akan lemparkan kerikil ini, dimana pun jatuhnya kerikil ini, itu akan menjadi tempatmu, lalu… (angin bertiup kencang) Wus…. (Sunan Kalijaga melemparkan kerikil tersebut).

    Kalian mau tau kelanjutan nya? Biar Simbah saja yang menceritakan (berbicara kepada penonton).

    SIMBAH

    Jatuhlah kerikil tersebut di Bumi Arum Majasto. Eyang Sutawijaya akhirnya melakukan perjalanan ke sana dengan berbagai rintangan. Setelah melewati beberapa desa, Eyang Sutawijaya sampai di Desa Majasto dan naik gunung yang ada disana.

    Di gunung,  Eyang Sutawijaya bertemu dengan Ki Hajar Sidomulyo atau jin Jonilo, hingga terjadi  adu kekuatan diantara mereka. Saat adu kekuatan ada kejadian dimana Jin Jonilo  memberikan ubi kepada Eyang Sutawijaya. Namun, Eyang Sutawijaya mengetahui bahwa itu bukan ubi. 

    Eyang Sutawijaya dan Ki Hajar Sidomulyo pun berdebat “Ubi! Batu! Ubi! Batu!” sampai akhirnya Eyang Sutawijaya meminta Jin Jonilo untuk memakan makanan tersebut. Ternyata benar saja, itu adalah sebuah batu. Setelah itu Jin Jonilo pun mengakui kekalahan nya dan masuk kedalam batu yang ada di bawah gunung makam bumi arum. Akhirnya, Eyang Sutawijaya menetap dan menyebarkan syariat islam di desa majasto dan sekitarnya.”

     

    SIMBAH

    (musik sedih) Enam abad yang lalu, seseorang yang hebat, tokoh yang menjadi teladan telah sirna dari dunia. Kepergiannya meninggalkan banyak kesedihan. Teka-teki masih belum terpecahkan hingga saat ini. 

    ENDHANG

    Teka- teki sebuah pemakaman kuna, meninggalkan cerita perjalanan hidup manusia, perjalanan dalam perantauannya, mencari bekal untuk pulang. Ya…pulang dan berpulang pada pemilik sejatinya. seseorang yang amat sakti yang mati meninggalkan misteri. EYANG SUTAWIJAYA.

     

    Ana kidung rumeksa ing wengi

    Teguh hayu luputa ing lara

    Luputing bilahi kabeh

    Jim setan datan purun

    Paneluhan tan ana wani

    Miwah panggawe ala

    Gunane wong luput

    Geni atemahan tirta

    Maling arda tan wani marak ing mami

    Tuju guna pan sirna

     

    NB : 

    ENDHANG ( sebutan untuk seorang gadis dari gunung)

    SIMBAH (ditujukan pada Google/mbah google)

     

     

    Kreator : Sri Suryanti Fitri Sholehah. S. S.

    Bagikan ke

    Comment Closed: Majasto

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021