KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Manusia Berhati Cahaya

    Manusia Berhati Cahaya

    BY 29 Des 2022 Dilihat: 36 kali

    Herman Palemmai 

    Masa kelam adalah masa penelanjangan kekuatan dan kelemahan kita yang sesungguhnya. Demikian Yudi Latif membuka tulisan “analisis politik”nya (Kompas, 30/4/2020). Dan masa kelam wabah covid19 memang ternyata bukan cuma menelanjangi kekuatan dan kelemahan kita, tapi justru mengungkap karakter kita yang sejati. Saat masa kelam wabah corona beserta kebijakan pemerintah dan fatwa MUI yang menyertainya, maka telah nampaklah karakter-karakter kita dalam kehidupan nyata sehari-hari maupun dalam kehidupan maya (medsos) setiap hari dalam merespon situasi. Ada yang begitu kuat memperlihatkan antipati (ketidaktaatan) dan begitu lemah menunjukkan empati (ketaatan). Semoga mereka ini bukanlah termasuk mereka yang disebut dalam Al-Qur’an “dzoluman jahula”. Sebagian yang lain begitu kuat mengalirkan empati dalam berbagai bentuk gerakan kebaikan dan amat lemah (bahkan nyaris tak terdengar) dalam menularkan antipati. Semoga mereka ini adalah kita-kita yang senantiasa bermunajat dengan munajat Al-Qur’an “tawaffanaa ma’al abraar”. Wafatkanlah kami bersama dengan orang-orang yang berbuat baik. 

    Empati dan berbagi adalah doa-doa munajat kita kepadaNya agar kelak bila sampai “masa aktif” (ajal), kita bisa menepi dalam kebaikan dan dibersamakan dengan orang-orang baik dan salih. Sebagian lagi yang lain adalah mereka-mereka yang doyan memancing di air keruh, tak tega melepaskan peluang sesulit apa pun berlalu demi meraup keuntungan pribadi atau kelompok. Dari merekalah, kita menerima nasi anjing (sempat viral), mendengar korupsi bansos, membaca bansos salah sasaran, menyaksikan nepotisme dana prakerja, menonton tenaga kerja asing ilegal (selundupan), dlsb.

    Masa kelam adalah masa penelanjangan tentang siapa kita sesungguhnya. Ada yang hanya sanggup melihat gelap dalam kelam yang membuatnya hanya merutuk dan berkepala batu. Tapi ada pula yang mampu melihat cerah dalam kelam yang membuatnya tergugah dan bergerak. Bagaikan dua orang yang memandang keluar jendela di malam yang gelap. Seorang memandang lurus ke depan dan yang dipaparnya hanya hitam yang menularkan kegelapan di hatinya. Seorang yang lain mendongak dan menatap angkasa. Ada kerlip bintang beberapa. Tidak terang memang. Tapi cukup untuk melahirkan kerlip yang mencahayai hatinya, membuatnya melihat ruang dan peluang untuk mengerti, berempati, berpartisipasi, dan berbagi ketimbang berantipati. Mereka-mereka yang dicahayai kerlip bintang di hatinya itulah yang membangkitkan optimisme di hati bahwa kita akan kuat dan tidak salah arah melewati situasi kelam ini. 

    Mereka yang tercahayai hatinya itu telah membersamai Allah, lalu mengerti, berempati, dan berbagi juga karenaNya. Baginya, Allah bisa dibersamai dan ditaati di mana pun (di rumah, pun di tempat ibadah). BDR bukanlah dosa (sebab agama mengiyakan) sehingga dia tidak resah dalam bersami’na wa ata’na. Ketaatannya tak berbatas ruang. Khusyu’ di masjid atau mushollah dan sakinah di rumah sekaligus. Mereka telah menemukan rumah Tuhan sejatinya. Qolbun mu’miniin baitullah. Hati orang beriman itu adalah rumah Allah. Dari mereka kah kita belajar tentang hati nurani (nur=cahaya, aini=mata hati)? Karena sebab mereka-mereka yang tercahayai itu, kita bisa terjauh dari kegelisahan Albert Einstein akan dampak kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, “I fear the day that technology will surpass our human interaction. The world will have a generation of idiots” (saya khawatir akan tibanya masa di mana teknologi akan menggerus kehangatan interaksi antarmanusia. Dunia akan melahirkan generasi dungu). Mereka yang tercahayai itu bukanlah generasi dungu, tuna-empati, dan bebal tanggung jawab moral. Mereka adalah generasi impian yang tak jemu dirindu, tak bosan diimpikan.

    Krisis adalah ibu hamil yang mengandung anak kemajuan. Begitulah Yudi Latif mengawali paragraf terakhir analisisnya. Dan aku tak sanggup membayangkan bilamana ibu-ibu hamil itu adalah mereka-mereka yang hanya bisa melihat kelam sebagai gelap yang memekat di hatinya, lalu melahirkan bukan anak kemajuan, pasti. Tapi anak kejumudan bahkan mungkin kedunguan! Maka, berharaplah kita semua bahwa ibu-ibu hamil itu adalah kita-kita yang berhasil memetik kerlip bintang ke hati, menjadikan kerlip itu sebagai hidayah agar Allah berkenan berumah di hati yang membuat kita senantiasa mengerti, berempati, dan berbagi di atas jalan kerahmatan. Jalan yang akan mengantar kita sampai. Boleh jadi sunyi, memang. Tapi, bukankah jalan itu yang seharusnya kita rindukan semua untuk ditapaki? Siang dan malam? Jalan yang indah dimana di kiri kanannya terhampar “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Keadilan sosial dengan kesejahteraan yang tak (keterlaluan) berjarak, penegakan hukum yang berbasis kebenaran bukan tebal tipisnya amplop, dan pelayanan yang tak melirik kedudukan dan jabatan. Bermula dari Allah, berbuat di atas takdir Allah, dan berujung pada ridho Allah.  

    Bila krisis (berjamaah dan berdekatan akibat wabah covid-19) adalah ibu hamil yang mengandung anak kemajuan, maka mari kita bersegera menyambut kelahiran anak kemajuan itu. Dan bila kita telah mendengar suara tangis pertamanya, maka lantunkanlah azan dan pekikkan pada telinga hatinya penggalan puisi “Diponegoro”nya Chairil Anwar: Tuan hidup kembali / dan bara kagum menjadi api / di depan sekali tuan menanti / tak gentar: lawan banyaknya seratus kali / pedang di kanan, keris di kiri / berselempang semangat yang tak bisa mati.

    Semoga, krisis wabah covid-19 kemarin dan hari ini masih tetap waspada mengajarkan kita penemuan-penemuan yang sungguh setelah kita selama kurang lebih 2 tahun berjarak dengan segala rutinitas yang, boleh jadi, selama ini telah menyita totalitas lahir batin kita tanpa rehat. Bukankah hanya dengan berjarak, cermin bisa menampilkan diri kita seutuhnya? Dan keutuhan diri kita sesungguhnya terbaca dalam empati, partisipasi, dan ketulusan kita berbagi hidup dan kehidupan dengan orang lain. Salamakki tapada salama!


    Bagikan ke

    1 Komentar Pada Manusia Berhati Cahaya

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021