KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » MASUKNYA ISLAMISASI DI KERAJAAN TALLO

    MASUKNYA ISLAMISASI DI KERAJAAN TALLO

    BY 20 Agu 2024 Dilihat: 22 kali
    MASUKNYA ISLAMISASI DI KERAJAAN TALLO_alineaku

    (Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan)

    Kota Makassar merupakan ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki wilayah seluas 175,77 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1,4 juta jiwa, kota ini berada di urutan ketujuh Kota terbesar di Indonesia. Kota Makassar yang terletak dekat dengan Pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara, Orang Makassar dijuluki sebagai pelaut ulung dan pintar berdagang. Kota Makassar yang memiliki history yang panjang ini memiliki 15 belas (Lima Belas) Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Tallo yang memiliki history yang sakral. Tallo hari ini dikenal sebagai Kecamatan Tallo yang memiliki 15 belas Kelurahan salah satunya adalah Kelurahan Tallo yang berada di ujung utara Kota Makassar dekat pesisir Laut Makassar dan muara Sungai Tallo. Kota Makassar tidak terlepas dari sejarahnya Kerajaan Tallo pernah ada. Berbicara kerajaan Tallo, hari ini tak kunjung lagi kita dengar atau membincangkan nama Tallo. Berbicara Tallo sering dihubung-hubungkan oleh Gowa.

    Secara history bahwa Gowa dan Tallo dahulu merupakan Kerajaan kembar atau biasa disebut Kerajaan Makassar namun pada kenyataannya Tallo sebuah Kerajaan mandiri dan pintar diplomasi di Kerajaan yang lain, olehnya itu Kerajaan Tallo dijuluki Macang Kebo Ka ri Tallo (Macan Putih dari Tallo) artinya orang Tallo yang memiliki karakter lemah lembut, pintar bergaul dan taat agama. sistem pemerintahan pertama yang dijalankan oleh raja pertamanya bernama Karaeng Loe ri sero anak tua dari Raja Gowa Karaeng Tunitangka Lopi dan anak keduanya bernama Batara Gowa.

    Gowa dan Tallo sejak awal sudah berpisah sejak Karaeng Loe mendirikan Kerajaan yang berada di Campagayya dekat dari pesisir Laut Sungai Tallo bersama pengikutnya, walaupun pada saat itu Kerajaan ini kembali lagi disatukan oleh Raja Tallo ke.III Karaeng Tunipasuru dan Raja Gowa ke.IX Karaeng Tumaparrisi Kallona. Tidak bisa dipungkiri bahwa Kerajaan Tallo dahulunya merupakan Kerajaan maritim yang dilanjutkan oleh raja Tallo bernama Karaeng Samarluka Tunilabu ri Suriwa merupakan anak dari raja pertama Tallo Karaeng Loe ri Sero. Masa pemerintahannya ditandai dengan meningkatnya hubungan perniagaan antara Tallo dan dunia luar.

    Nama Tallo saat ini merupakan Kecamatan Tallo bahkan menjadi sebuah Kelurahan Tallo yang berada di Kota Makassar sedangkan Gowa dahulunya sebuah Kerajaan saat ini menjadi sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Jika masing- masing Kerajaan ini sudah berpisah namun julukanya masih eksis sampai saat ini. Tallo yang dijuluki Macang Kebo ka ri Tallo sedangkan Gowa dijuluki Ayam Jantan dari timur. Julukan ini tidak lepas dari masing-masing Tokohnya Sultan Abdullah Awalul islam Karaeng Matoayya Raja Tallo ke.VI sedangkan Sultan Hasanuddin I Mallong Bassi Dg.Mattawang dari Gowa.

    Jika setiap Kerajaan di Sulawesi memiliki Lontara maka berbeda yang ada di Kerajaan Tallo yang tidak diketahui kemana Lontara tersebut. Bahkan catatan dan manuskrip sulit di temukan di kampung bersejarah ini. Tallo sebuah Kerajaan maritim menurut Prof Muhlis Hadrawi salah satu Guru besar UNHAS mengatakan pada FGD yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX pada hari Senin 22 Juli 2024 di Aula Kantor Camat Tallo Jl.Ade Irma Nasution Kota Makassar, bahwa Kerajaan Tallo merupakan Kerajaan pertama yang berada di Kota Makassar setelah Kerajaan Siang di Pangkep dan sebelum Kerajaan Gowa memindahkan pelabuhan di Somba Opu. Nama pelabuhan ini adalah Pelabuhan Kaluku Bodoa menurut Lontara pelabuhan ini sudah beroperasi 700.Tahun yang lalu di Tallo. Kemudian saat ini menjadi sebuah Kelurahan Kalukubodoa di Wilayah Kecamatan Tallo. Jika dahulu Kerajaan Tallo sebuah kerajaan besar dan agung namun sekarang menjadi kampung yang kumuh, jorok dan banyak sampah.

    Menurut catatan sejarah, cikal bakal lahirnya Kota Makassar berawal dari 1 April 1906. Saat itu pemerintah Hindia Belanda membentuk dewan pemerintahan Gemeentee di Kampung Baru, yang terletak di kawasan Pantai Losari dan Benteng Fort Rotterdam. Kawasan ini yang berkembang menjadi kota Makassar hingga kini disebut hari kebudayaan makassar, sebelumnya merupakan hari jadi Kotamadya Ujung Pandang.

    Konon, asal-usul nama Makassar bermula dari sebuah peristiwa yang dianggap sakral. Suatu pagi pada 1605 di tepi Pantai Tallo, Baginda Raja Tallo ke-VI kedatangan seorang lelaki berjubah putih dan bersorban hijau. Dari wajah hingga sekujur tubuhnya memancarkan cahaya terang. Lelaki itu muncul mengadang di depan gerbang istana dan menjabat tangan sang raja. Digenggamnya tangan sang raja dan ia menuliskan

    sebuah tulisan di telapak tangannya yang dipercaya berisi sebuah syahadat. Kemudian, lelaki itu memerintahkan sang raja untuk menunjukkan tulisan di telapak tangannya itu kepada seorang pria yang akan datang ke pantai, yaitu Abdul Ma’mur Khatib Tunggal, yang dikenal sebagai Dato’ri Bandang dari Kota Tengah, Minangkabau, Sumatera Barat. Setelah memberi perintah, si lelaki tiba-tiba menghilang. Konon, si lelaki ini dipercaya sebagai Nabi Muhammad SAW yang turun ke negeri sang raja. Adapun isi tulisan yang ada di telapak tangan sang raja adalah kalimat yang berbunyi, “Akkasaraki Nabiyya”, yang artinya nabi menampakkan diri

    Wawancara Jurukunci Makam Datuk ri Bandang

    (Wawancara Jurukunci Makam Datuk ri Bandang)

    Terdapat Makam Tua Datuk ri bandang yang tanda panah marnah merah yang diresmikan oleh Balai Cagar Budaya 1840 di Kelurahan Kalukubodoa Kecamatan Tallo

    Kota Makassar

    Dari segi etimologi, sebutan Makassar berasal dari kata Mangkasarak, yang artinya mulia dan berterus terang atau jujur. Orang-orang yang memiliki sifat “mangkasarak” berarti punya sifat mulia dan jujur, selaras dengan antara perkataan dan hati nuraninya. Begitulah sifat orang-orang Makassar sebagaimana yang tersirat dalam ungkapan Akkana Mangkasarak yang artinya berkata terus terang meskipun pahit, dengan penuh keberanian dan rasa tanggung jawab.

    Apakah benar seperti narasi singkat di atas, mari kita lebih jauh lagi mengenal Tallo di masa Lalu.

    Kerajaan Tallo merupakan kerajaan yang terdapat di wilayah utara yang menyimpan banyak torehan sejarah penting di Sulawesi Selatan. Setelah melalui beberapa pertimbangan oleh Ayahnya Raja Gowa Karaeng Tunitangka Lopi, maka resmi diangkat sebagai raja pertama Kerajaan Tallo dengan gelar Karaeng Loe Ri Sero. Keberhasilan Karaeng Loe Ri Sero yang sukses melakukan perluasan wilayah, tentunya tak terlepas oleh para pengikut setia Karaeng Loe Ri Sero dalam membangun sistem pemerintahan baru di jazirah utara, walau nantinya Kerajaan Tallo harus berhadapan langsung oleh ekspansi Kerajaan Goa yang saat itu juga melakukan perluasan wilayah di berbagai kerajaan- kerajaan kecil di Sulawesi Selatan. Pengaruh besar Kerajaan Tallo yang nyaris kehilangan nama bagaikan ditelan bumi membuat nama tersebut seakan di ketahui oleh tokoh-tokoh tertentu, maka kami selaku Pemuda Pegiat budaya Tallo mencoba mengangkat kembali prosesi adat dan budaya yang pernah ada dalam eksistensi pelestarian kebudayaan Kerajaan Tallo. Hal ini sejalan dengan amanat konstitusi pasal 32 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) yang berbunyi negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan Masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Selain itu Upaya pemajuan kebudayaan desa juga selaras dengan amanat UU No.3 Tahun 2024 tentang perubahan kedua atas UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa. Pasal

    (4) UU Desa menegaskan bahwa salah satu tujuan pengaturan Desa adalah melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya Masyarakat Desa. Untuk itu, Upaya pemajuan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari peran aktif pemerintahan Desa dan Masyarakat Desa (Sardjono, 2019).

    Hal demikian yang dikatakan bahwa Kesadaran akan kekayaan budaya dalam masyarakat multikultural turut mendorong lahirnya UU Pemajuan Kebudayaan (Prasisko et al., 2019).

    Seperti halnya Timungang lompoa atau Pintu gerbang salah satu cikal bakal masuknya agama islam di kerajaan Tallo. Menurut Patturioloanna Tau Talloka ketika saat itu I Mallikaang Daeng Manyonri Karaeng Matoayya atau Karaeng Katangka Sultan Abdullah Awalul islam Tumenangan ri Agamana Raja Tallo ke.VI sekaligus mengkubumi kerajaan Gowa Sultan Pertama memeluk islam di kerajaan Tallo tengah duduk menghadap diTimungan Lompoa tiba-tiba muncul sosok lelaki yang bersorbah hijau dan berjubah putih dengan cahaya menyelimuti tubuhnya, seketika itupula diraihnya kedua tangan yang bertuliskan aksara asing (Dua Kalimat Syahadat) serta munculnya kata AKKASARAKI (Makassaraki Nabbiyya) menampakka diri . Dan seketika itupulah sesosok itu tiba-tiba menghilang dihadapan Raja Tallo Sultan Pertama ini.

    Gambar.1.5. Tampak Kaki

    (Gambar.1.5. Tampak Kaki)

    Tapak Kaki yang di yakin oleh warga Tallo saat ini berada di Wilayah Kelurahan Buloa namun Warga Tallo menamai Timungan Lompoa ri Tallo

    Jalan Sultan Abdulla Raya Kacamatan Tallo Kota Makassar.

    Setelah Raja Tallo ke.VI ini bertemu dengan sesosok misterius tiba-tiba gemparlah masyarakat Tallo kedatangan datuk yang lebih dikenal bernama Datuk Ribandang dari MinangKabau dan melakukan gerakan asing (Shalat) dibibir Sungai Tallo. Kemudian itupula Raja Tallo ke.VI ini menemuhi Datuk tersebut kemudian Raja

    Tallo memperlihatkan Aksara asing yang ada di telapak tangan ke Datuk ri Banddang dan saat itupula Ri Bandang terkesan dan Kaget melihat Raja Tallo ke.IV ini didatangi oleh seorang Wali Allah SWT dan ketika itupula Raja Tallo Ke.IV I Mallikaang Daeng Manyonri Karaeng Matoayya, Karaeng Katangka mengucapkan dua Kalimat syahadat di hadapan Datuk ri Banddang dan bergelar Sultan Abdullah Awalul islam Tu menanga Ri Agamana, Menurut beberapa sumber Raja Tallo Sultan Abdullah Awaul islam menerima islam pada Malam Jumat, 22 September 1605.M.

    Gambar.2.5 ilustrasi Raja Tallo dan Sesosok Putih

    (Gambar.2.5 ilustrasi Raja Tallo dan Sesosok Putih)

    Setelah Raja Tallo.VI Sultan Pertama memeluk islam tidak lama kemudian mendirikan Langgara (Mushollah) di dekat tempat pelantikan Raja-raja Tallo dan melakukan shalat pertama bersama rakyat Tallo. Imam pertamanya adalah Datuk Ribandang. Menurut salah satu sumber Gallarrang Tallo bernama Abdul Muis Karaeng Makkulle mengatakan bahwa,

    “Imam pertama di Langgara (Mushollah) ini bernama Datuk Ri Bandang dari minang Kabau dan di Makamkan di kecamatan Tallo Kelurahan Kalukubodoa. Jika berbicara Mushollah pertama hanya ada di kerajaan Tallo lebih tua Mushollah ini di Tallo ketimbang Masjid yang ada di Katangka Gowa.”

    Menurut hipotesis penulis mengatakan bahwa “Lanjut, besar kemungkinan Musholah ini telah dihancurkan oleh sekutu belanda akibat perjanjian bongayya kemudian dipindahkan di dekat timungan lompoa ri tallo masih wilayah kerajaan tallo dan kemudian diperbesar menjadi Masjid yang diberinama Masjid Awaluddin sesuai dengan nama singkatan Raja

    Tallo ke.IV yang memeluk agama islam pertama Sultan Abdullah Awalul islam dan kemudian namanya diabadikan juga di jalan yang saat ini berada di wilayah kelurahan Tallo dan sekitarnya Jalan Sultan Abdullah.”

    Sultan Abdullah Awalul Islam menjadi aikon simbol utama Raja Tallo Pertama memeluk islam yang masih kokoh hingga saat ini di Tallo merupakan bukti yang nyata karena namanya diabdikan di Masjid dan di Nama Jalan kemudian dikenang hingga hayatnya yang digelar Tu Menanga ri Agamanna yang berarti hidup dan matinya untuk ibadah. Makam raja Tallo ke.VI Sultan Pertama ini I Mallikaang Daeng Manyonri Karaeng Matoayya, Karaeng Katangka berada di Makamkan Raja-Raja Gowa Bukit Tamalate Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan wafat pada hari Rabu, 1 Oktober 1636. Menurut Lontara pattirioloanggnna Gowa I Mallingkaang Daeng Manyonri Karaeng Ammatoayya Tuemanga Ri Agamana yang bergelar Macang Keboka Ri Tallo mempunyai dua anak. Anak pertama bernama I Manda Cinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingaloang yang cerdas di juluki Bapak Cedikiawan (Bapak Kebangkitan) di Makamkan belakang Raja Bone Arung Pallkka yang berada Kecamatan Bukit Bontobiraeng Kelurahan Katangka Kabupaten Gowa Sulawesi selatan dan anak kedua Tummallianga Ri Timoro yang bergelar Sultan Mudaffar dimakamkan Kompleks Raja-Raja Tallo Kelurahan Tallo Kecamatan Tallo Kota Makassar.

    Gambar.3.7 iLustrasi Raja Tallo ke.VI

    (Gambar.3.7 iLustrasi Raja Tallo ke.VI)

    Maka kami selaku Pemuda Pelestari Budaya Ri Tallo (Macang Keboka ri Tallo), melakukan inisiatif untuk melestarikan kembali kebudayaan dan Adat istiadat

    mengangkat Sejarah masuk islam di Kerajaan Tallo tepatnya di Timungan Lompoa Ri Tallo yang dimana tiap tahunnya melakuakan acara Prosesi kegiatan pada 10 Muharram Tepatnya Malam Jumat di sekitaran Wilayah Tallo.

    “Menurut Pinati (Juru Kunci) Timungang Lompoa Ri Tallo bernama Yusuf Dg. Ewa mengatakan bahwa terdapat Tapak Kaki kanan dan tapak Kaki Kiri yang berbeda dalam situs Timungan Lompoa Ri Tallo”

    Sehigga Masyarakat Tallo dan Luar Tallo sering mengunjungi Timungan Lompoa Ri Tallo dengan berbagai macam alasan misalnya: orang yang bermukim lama di wilayah Tallo, dan sebagian Warga Tallo yang sudah minikah biasanya berkunjung datang di situs tersebut dll.

    Kegiatan ritual (Panai Panaung) dalam Bahasa Makassar Panai artinya (Atas) sedangkan Panaung (Bawah) yang tiap tahunnya di adakan oleh Sebagian Masyarakat Tallo Ketika Masuknya malam 10. Muharram. Kegiatan tersebut yang di ikuti oleh Perangkat hadat Tallo, Pengiat Budaya di Tallo, Masyarakat Tallo dan Para tamu berbagai macam daerah yang datang untuk menyaksikan kegiatan tersebut.

    Kegiatan ini diadakan selama tiga hari dengan berbagai macam kegiatan

     

    Di hari pertama : Menyiarahi berbagai macam situs-situs dan makam Tua yang masih di yakini oleh perangkat hadat Tallo dan Pengiat Budaya di Tallo

    Di hari kedua: Mempersiapkan peralatan untuk malam 10.Muharram.

     

    Di hari ketiga: Makan bersama di wilayah Situs timungan lompoa para Warga Tallo dan perangkat hadat Tallo.

    Kegiatan tersebut diyakini sebagian oleh warga konon dahulunya para leluhur melaksanakan sehingga kegiatan para turunan masih mengaplikasikan sebagai bentuk penghargaan/penghormatan para leluhurnya dengan membacakan doa-doa islam.

    Dalam buku Nurman Said, ia mengamati dari aspek pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, masyarakat muslim di Sulawesi Selatan terdapat ada dua kelompok yang pertama pagama, adalah yang sering menjalankan ajaran Islam tanpa mencampurkannya dengan kepercayaan leluhur. Kedua adalah seseorang, merupakan kelompok yang menjalankan

    pengamalan ajaran Islam, mereka mencampurkan dengan kepercayaan nenek moyang (Alfian et al., 2023).

    Hal yang di ungkapkan oleh kedudukan sejarah intelektual dapat merubah corak pemikiran seseorang

    Dalam konteks islam Allah Swt berfirman dalam surah Saba ayat 34 yang artinya di “atas dan dibawah”

    (Gambar.4.9. Surah Saba ayat 34:2)

    (Gambar.4.9. Surah Saba ayat 34:2)

    Gambar.5.9. Surah Saba ayat 34:3

    (Gambar.5.9. Surah Saba ayat 34:3)

    Demikianlah pembahasan singkat di atas terkait dengan masuknya Islam di Kerajaan Tallo Timungan Lompoa Ri Tallo.

     

     

    Kreator : Sudirman

    Bagikan ke

    Comment Closed: MASUKNYA ISLAMISASI DI KERAJAAN TALLO

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021