KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Menebar Senyuman

    Menebar Senyuman

    BY 11 Feb 2025 Dilihat: 125 kali
    Menebar Senyuman_alineaku

    Menjadi diri sendiri dan mendapat amanah untuk membimbing murid sebagai wali kelas dalam sebuah sekolah adalah kepercayaan pimpinan yang tiada terhingga. Wali kelas ibarat Kepala Sekolah di kelas yang dipimpinnya. Apalagi sebuah sekolah yang mendeklarasikan bahwa wali kelas berkantor di kelas. Selama seharian dalam jam belajar di sekolah mendampingi serta membimbing anak-anak didik di kelas, selain bertugas mengajar di kelas lain sesuai jadwal kegiatan belajar mengajar.

    Begitu pula yang aku jalani sebagai guru di sebuah Sekolah Menengah Pertama Swasta ternama di Kota Semarang. Baru dua tahun bergabung menjadi guru, aku mendapat kesempatan menjadi wali kelas. Segala pernak-pernik tentang wali kelas menjadi bagian tugas yang tidak terelakkan lagi.

    Tugas pendidik atau guru harus mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak didik adalah kewajiban utama yang komprehensif. Pun ketika mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas menjadi narahubung atau mediator yang bijaksana antara pihak sekolah juga orang tua anak didik sebagai konsumen yang mendapat layanan jasa pendidikan. Kerjasama harmonis semua pihak menjadi kunci keberlangsungan kemitraan ini.

    Aku bersyukur menjadi pribadi guru yang dikenal ramah dan selalu menebarkan senyuman.

    “Bu Dwi, bolehkah saya minta izin ke kamar kecil?” celetuk anak didik sewaktu sedang serius belajar di kelas.

    “Oh, ya. Silakan Sandi! Bersegera kembali ke kelas, ya!” sahutku sambil mengembangkan senyuman meskipun sedang sibuk melayani anak didik lain yang menanyakan sesuatu saat kegiatan belajar berlangsung.

    “Ya, Bu. Terima kasih.” jawab Sandi sambil berlalu meninggalkan kelas.

    Itu salah satu pembiasaan memberikan feedback komunikasi dengan anak didik di kelas dengan baik. Hal sederhana yang berpengaruh luar biasa. Hingga suatu masa ketika anak didik telah lulus dari sekolah, sudah selesai kuliah, akhirnya bekerja dan membangun keluarga berjumpa kembali di suatu momen pernikahan keluarga jauh. Tiba-tiba muncul dan menyapa.

    ”Assalamualaikum, Bu Dwi!” seorang pemuda tampan ada di hadapanku.

    “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” jawabku dengan cepat.

    “Siapa, ya?” tanyaku.

    “Sandi, Bu. Murid Bu Dwi saat SMP.” begitu lugas pula ia menimpali pertanyaanku.

    “Masya Allah. Mas Sandi putranya Bu Dwi Astuti”, selorohku pula. Karena kebetulan nama ibunya sama dengan namaku.

    “Kamu masih ingat Bu Dwi, ya!” lanjutan pertanyaanku tanpa memberi kesempatan dia mengekspresikan hal lain.

    “Ya, tentu, Bu. Saya selalu ingat dengan nasihat dan senyuman Ibu.” tanpa canggung Sandi menyampaikan hal itu.

    Berbunga-bunga aku rasanya, menjadikanku selalu bersemangat dan berasa awet muda. Meskipun rentang waktu aku mengajarnya sudah dua puluhan tahun lalu. Begitulah nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepadaku. Dalam situasi sesulit apa pun, tantangan seberat apa pun selalu kuhadapi dengan senyuman. 

    Menjadi wali kelas dengan dua puluh lima anak didik maka akan berkaitan pula dengan dua puluh lima pasangan orang tua mereka. Karakter anak didik yang bervariasi juga terkait dengan karakter orang tua mereka yang kompleks. Dan kesan baik sebagai wali kelas masih membekas pula di benak para orang tua alumni anak didikku. Ketika bertemu di forum kemasyarakatan lainnya masih ada yang mengenaliku sebagai guru putra-putrinya. Itulah hikmah terbaik sebagai guru, tidak akan pernah ada mantan guru walau ada mantan murid. Semoga ini menjadi pemantik yang menguatkan profesi guru. Guru jasamu tiada tara. Tak akan tergantikan oleh apa pun, teknologi secanggih apa pun. Hadirnya para guru akan ada sepanjang zaman.

    Guru menebar kebaikan meskipun hanya lewat senyuman. Karena senyum seorang guru bagaikan air yang menyirami keringnya musim kemarau panjang. Bahkan agama mengajarkan bahwa senyuman adalah sebagian dari sedekah.

     

     

    Kreator : Dwi Astuti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Menebar Senyuman

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021