Mengasah potensi berarti kita harus bersakit-sakit dahulu. Pisau yang tajam disebabkan selalu diasah, benda-benda yang ditempa akan membentuk untuk menjadi alat berguna. Bagaimana dengan manusia?
Itu pula yang sudah dijelaskan pada halaman pertama. Untuk menjadi pribadi yang kuat perlu adanya dorongan dan ujian. Tidak boleh mengaku beriman jika belum diuji, begitulah kira-kira.
Jangan mengatakan beriman jika belum Allah uji. Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? “ (Qs. Al ‘Ankabut : 2).
Dan, dalam ayat selanjutnya di surat Al ‘Ankabut ayat 3 Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan, sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
Semakin kita diberi ujian dan masalah, kita akan semakin hebat dan berkembang. Dari Taksonomi Bloom bahwa hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu:
- Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
- Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
- Ranah psikomotorik, berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak.
Namun, yang saya perhatikan, orang tua lebih memperhatikan terkait nilai kognitif saja padahal ada hasil lain dari seseorang yang belajar.
Evaluasi kognitif dapat dilakukan melalui pemberian tes terhadap peserta didik, sedangkan evaluasi afektif dan psikomotor dilakukan melalui non-tes berupa instrumen lembar observasi dan analisis dokumen hasil kerja peserta didik. Perlu bertanya kepada guru terkait dengan ranah afektif dan psikomotorik. Khawatir anak pintar ternyata bermasalah dari hasil tidak jujur, atau hasil bagus namun sikap tidak mencerminkan adab yang baik.
Menurut Tan Malaka:
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperluas perasaan.”
Islam tak hanya menekankan pentingnya ilmu, akhlak mulia juga sangat penting, bahkan lebih penting lagi dari ilmu. Adab adalah sesuatu yang harus lebih didahulukan daripada ilmu. Sebab, kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi akhlak.
Bahkan mungkin kita juga sering mendengar,
“Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).
Kita juga harus memahami peran penting menanamkan adab pada proses pengembangan karakter peserta didik yang baik, karena di era saat ini adab dan karakter mulai pudar oleh perkembangan zaman. Banyak peserta didik yang mengabaikan betapa pentingnya adab dan karakter dalam dunia pendidikan.
Mengasah potensi berarti harus siap segala dampak yang mungkin akan ditimbulkan. Setiap pilihan apapun itu pasti memiliki resiko, diam saja juga ada dampak nya. Jadi, bertindak saja dan lakukan yang terbaik saja yang kita yakini itu jalan dari Allah Swt. Dan senantiasalah berdoa pada Allah jangan sampai kita tidak pernah beribadah, namun kenikmatan senantiasa diberikan. Itu bukan tanda Allah sayang justru kebalikannya itu dinamakan Istidraj.
Istidraj merupakan bentuk tipu daya dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang yang sering melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan. Istidraj dapat terjadi dalam berbagai bentuk kenikmatan, seperti harta, kekuasaan, dan kedudukan.
Balik ke mengasah potensi, untuk mengasah potensi bisa melalui tes analisa sidik jari untuk lebih mengetahui secara pastinya. Optimalkan kelemahan anak melalui keunggulannya. Banyak orang tua yang memberikan les sana sini ke anaknya, namun pada mata pelajaran yang anak tersebut lemah contoh saja matematika. Padahal, anak tersebut unggul di pelajaran yang lain karena faktor kecerdasan dan genetiknya. Mungkin bisa saja nilai tersebut akan membaik, namun tidak menjadi anak tersebut menjadi ahli dalam bidang tersebut.
Genetik itu bisa diturunkan oleh Ayah, Ibu, Kakek, Neneknya sehingga perkembangan otak bisa mempengaruhi pembawaan setiap anak.
Hal lain, jika keunggulannya dikembangkan mungkin suatu saat akan menjadi seorang ahli dalam bidang yang dia mampu. Tidak ada anak bodoh melainkan guru dan orang tua yang belum bisa mengasah kepintaran anak tersebut.
Tentu untuk mengembangkan potensi dalam diri perlu adanya fasilitas yang menunjang. Tentu saja dia orang kaya makanya dia bisa sukses. Yap, itu benar adanya, dengan segala fasilitas yang mungkin lebih dibandingkan orang lain. Namun, kita juga punya fasilitas yang ada di dalam diri kita, itu bisa kita kembangkan dan tanpa biaya yaitu kemauan, tekad yang kuat, pantang menyerah, rela berkorban untuk belajar, berani dan sebagainya. Jangan lupa selalu libatkan lah Allah Swt dalam segala keputusan yang akan kita ambil.
Berapa banyak orang tuanya sederhana namun mampu anak-anak nya menjadi dokter, orang sukses, menjadi menteri, pegawai negeri sipil dan sebagainya.
Sekarang ini zaman sudah canggih, gunakan fasilitas tersebut untuk mencari informasi yang bermanfaat jangan hanya melihat sosial media yang kurang berguna. Menonton tayangan short dan reels berjam-jam. Gunakan pikiran kita untuk mencoba sesuatu yang bermanfaat Ketika bermain sosial media. Yuk, pikirkanlah!
Pesan Moral:
Doronglah diri kita, anak ataupun siapa saja untuk mengikuti kegiatan positif yang bermanfaat bagi dinamisasi otak kanan, kiri dan tengah.
Bakat baru muncul jika terdapat kesempatan untuk berkembang atau dikembangkan. Seseorang tidak mengetahui dan mengembangkan bakatnya sehingga tetap merupakan kemampuan yang tersembunyi.
Pemain bola. misalnya, meletakkan bakat 1% sedangkan 99% adalah kerja keras dan semangat pantang menyerah.
Kreator : Yuni Asri Nurrahma
Comment Closed: Mengasah Potensi
Sorry, comment are closed for this post.