KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Merubah Penyesalan Menjadi Rasa Syukur “Kembali Bangkit Demi Sang Buah Hati”

    Merubah Penyesalan Menjadi Rasa Syukur “Kembali Bangkit Demi Sang Buah Hati”

    BY 21 Jul 2024 Dilihat: 199 kali
    Merubah Penyesalan Menjadi Rasa Syukur “Kembali Bangkit Demi Sang Buah Hati”_alineaku

    Aku pernah berada di titik nol, di lembah yang paling dalam dan gelap, penyesalan yang tiada habisnya. Pergumulan batinku yang hebat. Semua itu terkait peran gandaku, sebagai seorang ibu juga dituntut sebagai wanita karir yang sempurna. Tapi semua kesempurnaan dan kesuksesanku sebagai wanita karir harus mengorbankan permata yang tidak bisa dibeli dengan apapun, yaitu anak. 

    Sebagai seorang manusia yang penuh dengan kekurangan, aku tidak bisa menggapai kesuksesan dalam dua hal dalam satu genggaman tangan. Sangat Mustahil! Pada suatu ketika, aku dihadapkan dengan permasalahan keluarga yang sangat pelik, sehingga aku harus memutuskan mana yang harus aku pilih dalam waktu yang sangat mendesak. Anakku atau karirku.

    Kebimbangan dan kegalauan merajai relung hatiku. Permohonan dan doa kupanjatkan kepada sang pencipta untuk menuntun langkahku. Bismillah, aku memantapkan diri dengan pilihan : pulang! dan merengkuh buah cintaku.

    Keputusan tersebut sangatlah berat, namun begitulah Perempuan. Selalu dihadapkan antara dua pilihan : anak atau karir. Dan Sebagian besar perempuan akan memilih “anak.” Tidak bisa dipungkiri hal tersebut adalah dilema yang dihadapi setiap wanita yang memutuskan untuk berkarir tapi di lain sisi harus meninggalkan anak mereka dengan orang tua atau pengasuh atau mertua atau saudara. 

     Keputusanku untuk resign dan kembali merengkuh tubuh – tubuh mungil anakku membawa dampak yang sangat luar biasa bagi jiwa dan ragaku. Melihat wajah tak berdosa anakku, rasanya hati ini teriris pilu, ketika mereka harus menjadi korban permasalahan orang dewasa. Mereka makhluk tak berdosa yang seharusnya tidak ikut terseret – seret oleh urusan orang dewasa. 

    Dua malaikat tak bersayapku, sekarang berada dalam dekapan hangatku. Hatiku damai. Tapi disisi lain, Aku belum bisa menerima ketika harus mengubur mimpi dan cita – citaku untuk berkarir. 

    Kehidupanku sebagai wanita karir yang super sibuk dengan berbagai tuntutan kerja, bertemu dengan banyak orang baru, bisa berkarya dan berekspresi sebebas mungkin digantikan dengan rutinitas pekerjaan yang sama setiap hari. Perbedaan signifikan itu membuat aku oleng. Aku depresi. Belum lagi menghadapi anak – anakku yang masih berusia 4 tahun dan 1 tahun yang tantrum membuat pikiranku semakin stress. Semua itu aku lakukan sendiri karena harus LDM (Long Distance Marriage) dengan suami.

    Jiwaku rapuh, sehingga ragaku ikut terpengaruh. Aku menderita GERD parah. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) yaitu penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan atau lebih tepatnya terjadi akibat asam lambung naik. Penyakit ini bisa disebabkan karena pola makan dan tingkat stress yang tinggi.

    Aku sangat tersiksa. Jika asam lambungku naik, maka tenggorokanku tercekat, ritme jantungku menjadi tak beraturan. Malam – malam seperti biasa kulalui sendiri tanpa kehadiran suamiku. Tiba – tiba aku mendengar bunyi “nging” panjang di kedua telingaku. Dadaku berhenti tiba-tiba. Aku merasa bahwa hari itu adalah saatnya. Mataku sudah terpejam, jiwaku sudah melayang entah kemana.  

    Tangisan dan jeritan si kecil menyadarkanku. Setengah sadar aku melihat mereka berdua sedang mengguncang – guncang tubuhku. Air mataku meleleh di kedua pipi. “Ya Allah, jangan sekarang kau panggil aku! Anakku masih kecil dan mereka masih membutuhkanku disisinya.” Hatiku berdoa lirih kepada sang khalik.

    Dengan tubuh yang lemah, aku berusaha bangkit kemudian memeluk kedua anakku. “Aku harus sembuh! Aku tidak boleh kalah dengan penyakit ini! Aku perempuan kuat!” tekadku untuk sembuh membara.

    Dua tahun aku melawan penyakit itu sendiri. Berbagai jenis obat aku minum. Bahkan dokter memberikan aku obat jantung, karena GERD yang aku alami sudah sampai mempengaruhi denyut jantungku. Tidurku tidak pernah nyenyak selama dua tahun itu. Kecemasan dan ketakutan akan kematian terus menyergap.

    Aku mulai banyak mengaji dan mendekatkan diri pada Allah. Aku merubah semua penyesalan dalam hidupku menjadi rasa syukur, itu kuncinya. Penyesalan yang bertumpuk dalam hati ternyata bisa menjadi racun bagi tubuh kita dan penawarnya hanya satu yaitu rasa syukur.

    Sekarang aku lebih enjoy menikmati hidupku bersama keluarga. Dengan aku bersyukur ternyata rejeki bisa datang dari arah manapun. Mendapatkan pekerjaan tanpa harus meninggalkan anak-anak lagi. Walaupun yang didapat tidak seberapa, tapi di dalamnya tersimpan barokah yang luar biasa.

    Aku kini bisa berdiri tegar, tubuhku sehat dan bisa menjalankan dua peranku secara beriringan tanpa dilema lagi. Melihat secara langsung tumbuh kembang anak – anak yang semakin hari makin bertambah pintar dan membanggakan. Sudah tidak ada lagi rasa sesal dalam sanubariku. Senyum dan tawa buah hatiku adalah rasa syukur terbesarku.

     

     

    Kreator : Roro Nawang Wulan

    Bagikan ke

    Comment Closed: Merubah Penyesalan Menjadi Rasa Syukur “Kembali Bangkit Demi Sang Buah Hati”

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021