KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Nduk

    Nduk

    BY 16 Okt 2024 Dilihat: 37 kali
    Nduk_alineaku

    Terima kasih, Nduk…

    Telah memberi rasa bermakna tertanam dalam hati Ibu.

    Ketika Ibu tahu kamu di sini, di rahim Ibu.

    Kita berbagi nyawa, hidup, dan kehidupan.

    Nafas Ibu adalah juga nafasmu.

    Makanan dan minuman Ibu adalah juga makanan dan minumanmu.

    Bukan hanya untuk tubuh, tetapi juga untuk jiwa dan ruh.

     

    Terima kasih, Nduk…

    Telah menemani kala Ibu berduka sebegitu dalamnya.

    Ketika malam sudah mendekati pagi, tetapi Ayahmu belum juga kembali.

    Dalam diam kamu ingatkan Ibu untuk tenang.

    Sebab tenangmu adalah tenang Ibu, damai Ibu adalah damaimu.

    Di sini hati kita mulai saling berpelukan dalam pelukan-Nya.

    Meski belum Ibu lihat wajahmu, dan kamu masih di hangatnya rahim Ibu.

     

    Terima kasih, Nduk…

    Telah hadir membawa wajah cantik berbentuk hati.

    Mengajari Ibu menguasai diri untuk menjadi rendah hati.

    Tahukah kamu, besarnya rindu terpisah empat hari darimu?

    Tahukah kamu besarnya hati Ibu, kala pertama kali memandang dirimu dalam dekap pangkuan Ibu?

    Besar sekali, Nduk, sangat besar sekali.

     

    Terima kasih, Nduk…

    Telah tumbuh dan berkembang bersama Ibu dalam rengkuhan semesta.

    Bahagianya Ibu melihatmu tersenyum, tertawa, meracau lucu.

    Kita mulai berbagi cerita dalam rangkaian kata-kata.

    Kita saling mengerti bukan dalam logika, melainkan dalam hati dan rasa.

     

    Terima kasih, Nduk…

    Telah menguatkan Ibu, menghadapi ayahmu yang kembali begitu.

    Memampukan Ibu memaafkan lagi dan lagi.

    Sebab kamu adalah tanggung jawab indah Ibu pada-Nya.

    Dan kamu belum lagi setahun waktu itu, masih bayi.

    Kita sudah berbagi duka, yang nyaris berakhir di ujung tawa canda kita,

    di senyumanmu yang tanpa dosa.

     

    Terima kasih, Nduk…

    Telah mengajari Ibu menjadi Ibu.

    Menjadi Ibu yang punya ruang bersalah untuk dirinya.

    Menjadi Ibu yang punya ruang bersalah untuk putrinya.

    Menjadi Ibu yang rendah hati menerima kekurangan putrinya. 

    Tetap Ibumu ketika kamu begitu nakalnya. 

    Tetap Ibumu ketika kamu begitu menjengkelkannya.

    Tetap Ibumu ketika kita begitu berbeda.

     

    Terima kasih, Nduk…

    Telah membuat Ibu begitu bangganya. 

    Melihatmu disana menarikan tarian balerina pertamamu.

    Kamu bukan yang tercantik di pentas itu.

    Sanggul cepol mu hanya buatan Ibu, bukan salon.

    Riasan wajahmu juga hanya buatan Ibu, bukan salon.

    Kamu bukan yang terbaik di pertunjukan itu.

    Gerakanmu kaku di sana sini. 

    Tak pernah salah, tetapi kaku menghitung langkah.

    Bagi yang lain, mungkin kamu biasa saja.

    Tetapi bagi Ibu, kamu istimewa, sangat istimewa sekali.

    Karena kamu putriku, karena aku Ibumu, Nduk…

     

    Terima kasih, Nduk…

    Telah hadir di rahim dan hidupku.

    Telah menjadikan aku seorang Ibu.

    Telah menjadi putriku, anak perempuanku.

    Telah menjadi yang istimewa bagiku.

    Terima kasih banyak, putriku…

    Masih banyak cerita, yang akan ku ungkap tentang kita.

    Semoga masih ada waktu…

     

    Ruang belajar hidup, awal minggu kedua Oktober biru.

     

     

    Kreator : E.B. Mustafa

    Bagikan ke

    Comment Closed: Nduk

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021