Sering terjadi di negara tercinta ini, yang kemerdekaannya diraih bersama, kita mendengar penyataan tidak perlu terlontar dari seorang pejabat publik. Keluar pernyataan yang kontroversial, pernyataan yang sebenarnya tidak perlu disampaikan oleh seorang pejabat publik yang tugasnya antara lain untuk mengayomi dan memberikan keteladanan. Teladan dalam ucapan maupun perbuatan.
Masih segar dalam ingatan kita beberapa tahun yang lalu seorang gubernur pada saat kampanye melontarkan pernyataan yang membuat gaduh, pernyataan bernuansa SARA sehingga mengundang aksi demonstrasi besar-besaran berskala nasional hingga menimbulkan korban. Kemudian beberapa waktu lalu seorang menteri juga membuat pernyataan yang diprotes banyak orang ketika dia menyampaikan bahwa kementerian agama adalah hadiah bagi organisasinya. Luar biasa, bisa-bisanya pernyataan ini keluar dari lisan seorang menteri, jangankan oleh seorang pejabat tinggi negara, oleh anggota masyarakat biasa pun tidak layak ucapan seperti ini disampaikan. Di tingkat daerah beberapa kali dihebohkan dengan beredarnya video pejabat berjoget tanpa protokol kesehatan, atau keluarga yang pamer gaya hidup mewah sehingga menjadi viral dan membuat iri orang yang melihatnya.
Ketika menyampaikan kepada rakyat untuk melakukan penghematan semestinya dia adalah orang yang pertama melakukannya. Sering kita mendengar pernyataan bahwa negara sedang sulit, ekonomi sedang susah, tapi justru perbuatannya bertentangan dengan ucapannya itu. Melakukan hal-hal yang tidak substansi yang sifatnya ceremonial, buang-buang waktu, biaya dan tenaga. Ketika menyampaikan sesuatu tentang kesederhanaan hendaknya mereka dan keluarga yang melakukannya terlebih dahulu. Kesenjangan di negeri ini benar-benar sudah mencapai tingkat yang mencemaskan, orang kaya memamerkan kekayaannya di sosial media tanpa malu-malu, tidak peduli uang yang dihasilkannya haram atau halal.
Bangsa Indonesia adalah milik bersama, ibarat sebuah rumah besar yang didirikan dengan gotong royong banyak orang, berbagai agama, suku, warna kulit menjadi satu untuk menjadi sebuah bangsa bernama Indonesia. Kita tentu memahami bahwa pejabat bukanlah malaikat yang tidak ada cela, kita semua adalah manusia biasa yang pasti memiliki kesalahan dan kelalaian. Tentu bukanlah masalah besar ketika hal itu hanya disampaikan di dalam rumahnya ketika mengobrol dengan istri atau keluarga misalnya, di tempat privat yang tidak banyak dihadiri orang. Namun menjadi masalah dan melukai banyak orang ketika hal tersebut disampaikan di depan khalayak.
Seorang pejabat publik dituntut memiliki kebijaksanaan, mampu menahan lisan, menahan apa yang ada di dalam hatinya manakala rasa kesal, marah, dan sumpek memenuhi rongga dadanya. Pejabat publik dan keluarganya diharapkan memberikan contoh perihal kesederhanaan dan tidak mempertontokan kemewahan. Jika kita membaca sejarah, tentu teringat kisah sederhananya Bung Hatta yang bahkan hingga wafat belum kesampaian membeli sepatu idamannya, padahal beliau adalah wakil presiden.
Selain itu juga diperlukan pejabat yang tahan menghadapi kritikan serta kengeyelan pihak-pihak yang ingin memaksakan kehendaknya kepada pihak lain. Mereka yang mendapatkan amanah untuk mengurusi banyak orang harus mampu menjadi “orang tua” bagi siapapun warga negara indonesia. Bukankah mereka telah mendapatkan berbagai fasilitas dan tunjangan besar untuk mengurus orang banyak.
Kepada masyarakat diharapkan dapat bijaksana dalam memilih calon pada saat pemilu atau pilkada, jangan sampai karena tergoda dengan kepentingan sesaat sehingga salah memilih pemimpin yang tidak berkualitas. Perlu dilakukan penelusuran rekam jejak yang selektif sebelum memilih pejabat publik, bahkan suatu perusahaan memerlukan penelitian mendalam kepada calon karyawannya.
Sudah banyak persoalan yang kita alami sebagai sebuah bangsa, kita membutuhkan pemersatu bukan sesuatu yang menjadi sebab perpecahan. Permasalahan bangsa perlu dihadapi bersama sebagai sebuah kesatuan. Pandemi covid-19 belum berakhir, gerakan pengacau keamanan di Papua terus berulah, sudah banyak korban yang jatuh karena mereka baik TNI, Polri, petugas medis maupun masyarakat sipil. Kita perlu menghemat energi untuk menghadapi persoalan-persoalan penting itu, jangan sampai energi kita terbuang untuk hal-hal yang tidak perlu.
Comment Closed: PEJABAT YANG MEMBERIKAN KETELADANAN
Sorry, comment are closed for this post.