KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Penerus Jejak Sang Ibu

    Penerus Jejak Sang Ibu

    BY 21 Jul 2024 Dilihat: 59 kali
    Penerus Jejak Sang Ibu_alineaku

    Nurmillah baru saja sampai di depan pintu rumahnya. Roman mukanya nampak lusuh. Kerutan-kerutan kekecewaan nampak pula di wajahnya. Hampir seharian dia habiskan waktu bersama murid-muridnya di salah satu sekolah swasta di kota Bogor. Dia adalah satu-satunya guru perempuan yang diterima sebagai pengajar di sekolah yang cukup terkenal itu. Dia mampu menyingkirkan beberapa orang yang sama-sama mengajukan lamaran di tahun itu. Hari ini, genap tiga bulan dia berprofesi sebagai guru, setelah lulus  Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

    “Assalamu alaikum … !” Dia mengucapkan salam

    “Wa alaikum salam … !” Suara perempuan tua terdengar dari dalam. Dia bukakan pintu secara perlahan. Nampak senyuman manis menyambut kehadiran anak kesayanganya, yang mulai tahun ini mengikuti jejak dan langkahnya menjadi seorang guru. Dia sudah sepuluh tahun menjadi seorang purna bakti (Pensiunan)

    “Ibu … !” Ucap Nurmillah sambil mencium tangan, mencup pipi kanan, dan pipi kirinya, lalu mencium keningnya

    “Ada apa … ?” Tanyanya sambil memandang wajar anaknya, seakan-akan sudah tahu apa yang ada dalam benak anaknya.

    “Cape….,, bu.” Jawabnya pendek

    “Cape…. ?”

    “Iyaaa… “

    “Cape…, apa kesal ?” Ucap sang ibu sambil mengusap kening anak semata wayangnya

    “Ibu kok, tahu kalau Millah kesal ?”

    “Millaaah, millaah …., kamu mau kentut saja ibu tahu.!”

    “Aaah…, ibu ada-ada aja.”

    “Ayo…,duduk dulu …. !” 

    Nurmillah dituntun oleh ibunya menuju sofa di tengah rumah. Disana sudah disiapkan segelas air putih untuk anak tercintanya. Anak yang sejak kelas satu Sekolah Dasar sudah ditinggalkan oleh ayahnya. Anak yatim yang tak pernah merasa yatim

    “Niiih, diminum dulu airnya…. !” Ucapnya sambil menyodorkan segelas air yang sudah dia persiapkan.

    “Terima kasih, bu…. !” Ucap Nurmillah setelah meneguk air tersebut.

    “Ayooo, sekarang cerita sama ibu….! Pengalaman apa yang kau dapatkan hari in ?”

    “Anak-anak yang Millah ajar pada nyebelin, bu. Udah bahasanya kasar-kasar, kalau di suruh juga pada ngeyel.” Adunya

    “Itu karena kamu belum menemukan cara yang tepat …”

    “Maksudnya ?”

    “Kamu belum bisa menyelami hati mereka.”

    “Untuk bisa menyelami hati mereka, bagaimana caranya, bu ?”

    “Kamu harus dapat masuk ke dunia mereka. Ingatlah, Rasulullah SAW kalau bergaul dengan orang, beliau selalu menyesuaikan dirinya dengan dunia mereka. Kalau menghadapi anak kecil, kadang-kadang perilakunya seperti yang biasa dilakukan anak kecil.” 

    “Jadi…., saya harus seperti mereka ? Berkata kasar, selonong boy, dan bertingkah laku aneh ?”

    “Bukan harus begitu. Tapi…, kamu hanya harus tahu dunia mereka sehingga kamu menemukan apa sebenarnya yang mereka sukai, dan apa yang mereka tidak sukai. Dari situ nanti kamu akan menemukan sendiri bagaimana seharusnya memperlakukan mereka.”

    “Bagaimana memulainya, bu ?”

    “Cari…., apa yang mereka sukai ! Mulailah dari situ…. !”

    “Kalau yang mereka sukai itu, justru yang tidak saya sukai ?”

    “Disinilah letak pengorbanan kamu sebagai seorang guru.”

    “Ternyata…., jadi guru tidak gampang, ya bu ?”

    “Ibu juga dulu seperti kamu, Milla.” Kata ibu, sambil memperbaiki posisi duduknya.  “Dan kamu lebih beruntung, karena setiap kamu menemukan kesulitan, kamu bisa langsung curhat pada ibu. Dulu…., tidak ada yang mau dengerin curhatan ibu.” Lanjutnya

    “Kalau boleh tahu, apa yang ada dibenak ibu, saat pertama kali ibu jadi seorang guru.” Tanya Nurmillah

    “Dulu ibu berpikir, guru itu adalah orang yang digugu dan ditiru. Kata-katanya didengar, perintahnya dituruti, dan dimana saja selalu disegani dan dihormati.” Kenang ibu

    “Tapi ternyata…., ibu salah tempat.” Lanjutnya

    “Maksud ibu …. ?”

    “Seharusnya yang berpikir seperti itu, orang yang belajar. Bukan orang yang mengajar.”

    “Berarti yang harus berpikir seperti itu murid, bukan guru ?”

    “Iya….,”

    “Kenapa harus begitu ?”

    “Kalau murid berpikir guru adalah sosok orang yang harus digugu dan ditiru, dia akan menempatkan dirinya sebagai orang yang harus mencontoh dan meneladani gurunya. Sehingga pada akhirnya, dia akan mendengarkan kata-katanya, mentaati perintahnya, dan dia akan sungkan kepadanya. Akan ada rasa malu, ketika bertemu dengan guru

    “Apa salah kalau seorang guru juga berpikir seperti itu ?

    “Tidak salah…., tapi keliru… ?

    “Kelirunya dimana, bu ?”

    “Kalau pikiran itu melekat pada diri seorang guru, dia akan congkak. Dia akan merasa bahwa dirinya harus dijadikan contoh dan teladan. Murid-muridnya  harus patuh dan taat kepadanya. Apa yang diperintahkannya harus dilaksanakan. Kalau pemikiran itu sudah melekat, akan timbul perasaan bahwa guru tidak pernah salah. Ketika ada murid yang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ada dibenaknya, dia akan sangat marah, dan sangat kecewa. Hari ini kamu merasa kecewa, kan ?” Tanya sang Ibu, setelah bicara panjang lebar

    Nurmillah tidak menjawab pertanyaan dari ibunya, dia hanya menganggukan kepalanya seakan-akan mengiyakan apa yang dikatakan ibunya.

    “Apa yang membuat kamu kecewa,?”

    “Ya…., itu …., anak-anak nyebelin….” Jawab Nurmillah sedikit ketus

    “Itu karena  dibenakmu tertanam harapan besar, bahwa anak harus nurut sama kamu sebagai gurunya.”

    “Jadi, sebagai seorang guru saya harus bagaimana, bu ?”

    “Sebagai seorang guru kamu jangan terlalu berharap mendapatkan perlakuan baik dari murid-murid kamu, sekalipun ada kewajiban dari murid-murid kamu untuk hormat dan patuh kepadamu. Kalau kamu terlalu berharap, kamu akan sangat kecewa jika apa yang menjadi harapanmu tidak menjadi kenyataan.”

    “Apakah hal ini, berlaku pula untuk hal-hal yang lain ?” Tanya Nurmillah.

    “Tentu saja “ Jawab ibu. “Sebagai contoh …., kalau kamu nanti jadi seorang istri, ketika kamu memasak dan menghidangkan makanan, jangan terlalu berharap suamimu akan langsung menyantapnya dengan lahap, lalu menyatakan bahwa makanan yang kamu masak itu sangat lezat, dan karenanya kamu akan merasa sangat tersanjung. Kamu akan sangat kecewa, kalau apa yang menjadi harapanmu itu tidak menjadi kenyataan. Jangankan berkomentar, memakanyapun tidak, karena alasan ini dan itu.  Bisa jadi…, gara-gara itu kamu akan sangat kesal terhadap suamimu. Dan ….., pertengkaran pun bisa terjadi.”

    “Terus…., apa yang harus saya lakukan agar saya tidak kecewa ?”

    “Jangan pernah berharap pada siapapun selain kepada Allah !”

    “Maksudnya ?”

    “Kalau kita berbuat baik, jangan ingin dibalas oleh orang kita beri kebaikan. Yakinlah ada yang bakal membalas kebaikan kita dengan balasan yang lebih dari apa yang pernah kita lakukan, yaitu Allah Subhanahu Wata’ala. Kalau kamu menjadi seorang guru, menjadi seorang isteri, menjadi seorang ibu, atau menjadi apa saja, lakukan pekerjaanmu semata-mata untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang harus kamu penuhi. Kalau kamu sudah mampu berbuat seperti itu, insya Allah kamu akan menjadi orang yang memiliki hati yang bersih, mudah memberi, mudah memaklumi, dan mudah memaafkan.” Jelas ibu menepuk nepuk pundak anak kesayangannya itu.

    “Kalau menghadapi anak yang tidak paham-paham, bagaimana bu ?” Nurmillah kembali melontarkan pertanyaan.

    “Kamu harus ingat, bahwa mendidik itu tidak bisa mendadak. Hari ini kita didik mereka, mungkin satu bulan, satu tahun, bahkan mungkin sepuluh tahun kemudian baru kelihatan hasilnya.”

    “Dalam proses pembelajaran, kan harus ada barometer keberhasilan dari apa yang kita ajarkan. Dan ….,  keberhasilannya itu, harus terlihat hari itu juga.”

    “Kalau mengajar, memang harus begitu. Karena mengajar itu proses transfer ilmu dari kamu sebagai guru, kepada murid-murid kamu. Alat ukurnya adalah perbandingan antara hasil tes sebelum belajar, dengan hasil tes setelah belajar. Kalau mendidik tidak bisa diukur secara langsung, karena mendidik itu menanamkan nilai-nilai kebaikan ke dalam jiwa anak didik.”

    “Mana yang lebih baik, mendidik atau mengajar ?”

    “Mendidik dan mengajar, dua-duanya baik, dan bisa mendatangkan kebaikan. Mendidik bisa dilakukan oleh siapa saja, sedangkan mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi. Tapi…., kamu harus tahu, guru yang baik adalah guru yang bisa mengajar dan sekaligus bisa mendidik.”

    “Emang ada guru yang hanya  bisa mengajar, tapi tidak bisa mendidik ?”

    “Banyak….”

    “Contohnya ?”

    “Guru yang mengajarkan tata cara shalat, tapi dia tidak shalat. Guru yang memberikan contoh-contoh kebajikan, tapi dia tidak melakukan kebajikan. Guru yang menerangkan contoh-contoh pelanggaran, ketika dia melihat pelanggaran tidak respek atas pelanggaran itu, dan masih banyak lagi.”

    “Guru saja ada yang tidak bisa mendidik, bagaimana yang bukan guru ?” Nurmillah sedikit mengkritik

    “Sekarang ibu mau nanya sama kamu, apakah semua orang tua itu guru ?” Tanya ibunya

    “Bukan.” Jawab Nurmillah

    “Seorang anak yang terbiasa cuci tangan sebelum makan, cuci kaki sebelum tidur, memanggil kakak kepada saudaranya yang lebih tua, menjaga kebersihan rumah, dan lain sebagainya….., apakah itu hasil didikan di sekolah atau di rumah ?” Tanya ibu lagi

    “Kebanyakan sih di rumah.”

    “Siapa yang lebih dominan dalam mewujudkan pembiasaan tersebut ?”

    “Yang dominan ….., ya ibu, lah.”

    “Berarti ibu bisa mendidik, kan ?” 

    “Sebenarnya yang bertugas untuk mendidik itu siapa, rumah atau sekolah ?” Nurmillah tidak menjawab pertanyaan ibunya. Dia malah balik bertanya.

    “Sebenarnya sekolah itu membantu dan melanjutkan pendidikan yang dilakukan para orang tua dirumahnya. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah sangat tergantung dan sangat dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat.”

    “Jadi kesimpulanya…, semua orang tua bisa menjadi pendidik, walaupun dirinya bukan seorang pengajar ?”

    “Bukan hanya orang tua, tapi semua kita (masyarakat) akan menjadi pendidik ditempat dan di lingkungan kita masing-masing, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hanya saja pendidikan  yang dilakukan oleh masyarakat tidak memiliki kurikulum yang bisa dijadikan pedoman. Karena tidak ada kurikulum yang baku maka pendidikan yang dilakukan di lingkungan masyarakat bisa saja mengarah pada hal-hal yang bersifat positif, dan bisa juga bersifat negatif. Dan satu hal lagi, pendidikan yang dilakukan dilingkungan masyarakat tidak ada yang bertanggung jawab secara langsung. Kamu sebagai salah satu bagian dari masyarakat, hendaklah perlihatkan nilai-nilai positif di tengah-tengan masyarakat, sehingga mereka mengikuti nilai-nilai positif yang kamu perlihatkan. Ibu ingat sebuah hadits Nabi yang menyatakan bahwa siapa yang merintis suatu jalan kebajikan, dia akan mendapatkan pahala dari kebajikan yang diperbuatnya ditambah dengan kebajikan-kebajikan orang orang yang mengikutinya, tanpa harus mengurangi nilai kebajikan yang telah diperolehnya.        Dan siapa yang merintis jalan yang menyesatkan, dia akan mendapat dosa dari rintisan yang telah dilakukan ditambah dengan dosa-dosa orang yang mengikutinya tanpa harus mengurangi dosa orang-orang yang mengikutinya tersebut.

    “Alhamdulillah, siang menjelang sore ini, Millah telah mendapatkan pencerahan yang sangat berharga dari ibu…., Terima kasih ibu…. ! “Kata Nurmillah sambil mencium kening ibu yang telah mendidik, mengajar, dan membesarkan nya hingga dia menjadi seorang guru, penerus jejak sang ibu.

     

    Kreator : Baenuri

    Bagikan ke

    Comment Closed: Penerus Jejak Sang Ibu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021