KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Putri Malu dan Cermin Ajaib

    Putri Malu dan Cermin Ajaib

    BY 06 Agu 2024 Dilihat: 142 kali
    Putri Malu dan Cermin Ajaib_alineaku

    Pada zaman dahulu, terdapat sebuah istana yang dikelilingi oleh ladang gandum yang subur. Istana tersebut dihuni oleh seorang putri bernama Kirana, yang artinya cahaya matahari. Meskipun wajahnya cacat sejak lahir, hatinya sangat baik. Putri Kirana sering menolong orang yang kesulitan dan sesama makhluk hidup. Namun, karena merasa malu dengan kekurangannya, ia hanya keluar saat malam hari dan dijuluki “Putri Malu”.

     

    Suatu malam bulan purnama, Putri Kirana memberanikan diri keluar dari istana dan berjalan agak jauh. Ia duduk di bawah pohon rindang, memandangi langit penuh bintang.

     

    “Hai bintang, bolehkah aku meminta suatu permintaan padamu? Bisakah aku menjadi cantik seperti gadis-gadis lainnya?” Sang Putri menangis sambil berharap doanya dikabulkan.

     

    Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Kirana merasa kedinginan dan memutuskan kembali ke istana. Dalam perjalanan pulang, ia menginjak sebuah benda—sebuah cermin dengan ornamen cantik. Setelah masuk ke dalam kamar, Kirana mencermati wajahnya di depan cermin itu.

     

    “Wahai cermin, bisakah kau merubah wajahku menjadi cantik seperti gadis lainnya?” Tiba-tiba muncul seorang peri cantik dari balik cermin. Gaunnya putih panjang, rambut pirang, dan memakai mahkota berlian. Ia tersenyum melihat Putri Kirana.

     

    “Tuan putri, tahukah kau? Bahwa kau adalah gadis paling cantik di seluruh negeri ini. Kau memiliki hati yang mulia, dan sering menolong orang yang kesusahan. Sebentar lagi kau akan menerima hadiah dariku.” Peri itu menghilang, dan malam itu juga wajah Kirana berubah menjadi cantik jelita.

     

    Berita kecantikan Putri Kirana menyebar dengan cepat. Pangeran dari berbagai negeri datang melamarnya, membawa hadiah-hadiah mewah dan janji-janji manis. Namun, hati Kirana tetap sama seperti dulu. Ia tidak terpesona oleh harta benda atau kedudukan.

     

    Suatu hari, terjadi wabah penyakit yang menyerang seluruh negeri. Rakyat menderita sakit dan kelaparan. Istana pun tidak luput dari wabah tersebut. Para tabib kebingungan mencari obat untuk menyembuhkan penyakit itu.

     

    Putri Kirana merasa sedih melihat penderitaan rakyatnya. Ia ingat akan kata-kata peri yang pernah menolongnya. “Kecantikan sejati itu bukan hanya pada wajah, tetapi juga pada hati. Ingatlah selalu, kebaikanmu jauh lebih berharga dari kecantikan fisik.”

     

    Dengan keberanian baru, Kirana memutuskan mencari obat sendiri. Ia pergi ke hutan belantara bersama tabib tua yang bijaksana. Setelah berhari-hari mencari, mereka menemukan tanaman langka yang konon dapat menyembuhkan segala penyakit.

     

    Dengan susah payah, Kirana dan tabib tua itu mengumpulkan tanaman tersebut dan meraciknya menjadi obat. Obat itu kemudian diberikan kepada rakyat yang sakit. Ajaibnya, penyakit itu pun segera sembuh. Rakyat sangat bersyukur kepada Putri Kirana dan menganggapnya sebagai pahlawan.

     

    Suatu hari, saat Putri Kirana berjalan-jalan di taman belakang istana, ia mendengar suara rintihan lemah. Dengan hati yang iba, ia mengikuti suara itu hingga menemukan seorang pemuda tergeletak di bawah pohon besar. Pemuda itu tampak lusuh, pakaiannya compang-camping, dan matanya kosong menatap langit.

     

    “Siapa kamu? Apa yang terjadi padamu?” tanya Putri Kirana dengan lembut.

     

    Pemuda itu tidak menjawab, hanya bergumam tak jelas. Kirana membopong pemuda itu ke kamar perawatan, membersihkan lukanya, dan memberinya makanan serta minuman.

     

    Kirana ingat akan cermin ajaibnya. Mungkin cermin itu bisa membantunya mengetahui apa yang terjadi pada pemuda malang ini. Ia membawa cermin itu ke kamar perawatan dan mengarahkannya ke pemuda yang sedang tidur.

     

    Seketika, cermin itu memancarkan cahaya lembut. Terlihatlah kilasan-kilasan gambar di permukaan cermin: seorang pemuda gagah sedang berburu di hutan, kemudian diserang oleh perampok. Pemuda itu berhasil melarikan diri, namun mengalami luka parah di kepala sehingga kehilangan ingatannya.

     

    Kirana terkejut melihat penglihatan di cermin. Ternyata, pemuda yang ia temukan adalah seorang pangeran dari Kerajaan Huntara. Dengan bantuan cermin ajaib, Putri Kirana mengetahui asal pemuda itu.

     

    Putri Kirana bertekad membantu pemuda itu pulih. Ia membaca berbagai buku tentang pengobatan dan mencoba berbagai cara merangsang ingatan pemuda itu. Ia juga sering mengajak pemuda itu berjalan-jalan di taman istana, berharap pemandangan indah dapat membantunya mengingat masa lalunya.

     

    Suatu hari, mereka duduk di tepi danau. Seekor burung merak dengan bulu indah mengeluarkan suara merdu. Mata pemuda itu bersinar, menatap burung merak itu dengan kagum dan berbisik, “Bulu merak… indah sekali…”

     

    Kirana menangkap kata-kata itu. Ia ingat bahwa di Kerajaan Huntara, burung merak adalah simbol kerajaan. Kata-kata itu menjadi kunci untuk memulihkan ingatan pemuda itu.

     

    Dengan kesabaran, Putri Kirana terus membicarakan tentang burung merak, hutan, dan hal-hal yang berkaitan dengan Kerajaan Huntara. Lambat laun, ingatan pemuda itu pulih. Ia ingat namanya, keluarganya, dan alasan ia harus melarikan diri dari perampok.

     

    Setelah ingatannya pulih sepenuhnya, pemuda itu sangat berterima kasih kepada Putri Kirana. Ia menceritakan bahwa ia adalah Putra Kaelan, putra mahkota Kerajaan Huntara.

     

    Putri Kirana dan Putra Kaelan menjadi sangat dekat. Mereka saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Pernikahan mereka menjadi perayaan besar yang dihadiri oleh seluruh rakyat dari kedua kerajaan.

     

    Putri Kirana dan Putra Kaelan hidup bahagia selamanya. Mereka memerintah kerajaan dengan bijaksana dan adil. Kisah tentang Putri Kirana yang menyelamatkan seorang pangeran yang hilang ingatan menjadi legenda yang terus diceritakan dari generasi ke generasi.

     

    Pesan Moral

    Kecantikan sejati berasal dari dalam: Kecantikan luar hanyalah sementara, sedangkan kebaikan hati akan abadi.

    Kebaikan akan selalu membuahkan hasil: Tindakan baik yang kita lakukan akan kembali kepada kita dalam bentuk kebahagiaan.

    Jangan pernah menyerah pada mimpi: Meskipun menghadapi kesulitan, kita harus tetap berusaha mencapai tujuan kita.

     

     

    Kreator : Wista

    Bagikan ke

    Comment Closed: Putri Malu dan Cermin Ajaib

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021