Tuhan menakdirkan kita untuk berusaha dan berdoa mendapatkan apa yang kita inginkan. Heran, ketika melihat seseorang yang menyerah begitu saja dengan tugas dan tanggung jawab yang menjadi kewajibannya. Aku tak pernah berkata mereka lemah karena akupun lemah. Tapi, setidaknya mereka harus berjuang dan bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang mereka harapkan. Dengan melimpahkan kewajiban kepada orang lain membuktikan bahwa seseorang tak cukup sabar merengkuh impian mereka.
Berawal dari pekerjaanku sebagai seorang guru pada sekolah negeri di Jawa. Sama seperti pengajar lainnya dengan banyak kesibukan, aku pun harus membagi waktu antara peranku sebagai guru dan ibu rumah tangga. Di sekolah, peranku berubah menjadi seorang guru honorer daerah di kotaku. Pekerjaanku sebagai guru kupilih karena pekerjaan ini adalah dorongan dari orang tua yang menginginkanku menjadi seorang guru. Besar harapan orang tuaku untuk kesuksesan sebagai guru profesional ke depannya. Namun, hingga saat ini jalan itu memang masih berliku. Banyak usaha kulakukan untuk menjadi seorang guru abdi negara yang profesional tentunya. Apalah daya, banyak juga kegagalan demi kegagalan yang kudapatkan. Aku beruntung Allah memberikanku watak yang tak mudah menyerah dan sabar. Segala cara kulakukan untuk mewujudkan impian orang tuaku. Jangan lelah berharap untuk sebuah impian yang membanggakan. Saat ini aku mengikuti berbagai pelatihan pengembangan diri demi mencapai profesionalisme kerja seorang guru. Meskipun bergelar yunior di kalangan guru, aku tetap berusaha sekuat tenaga untuk tetap percaya diri menghadapi setiap tantangan yang ada.
Aku pernah merasakan bagaimana lelahnya berusaha mewujudkan impian itu. Empat tahun lalu, dua minggu setelah aku melahirkan, aku harus pergi meninggalkan anakku yang masih bayi demi mengikuti ujian abdi negara. Saat itu aku mendapatkan ranking dua. Sekali lagi ranking dua. Sama seperti waktu aku sekolah dulu selalu “ranking dua.” Nilai tinggi ternyata bukan jaminan hidup kita akan diliputi keberuntungan. Aku berpikir, mengapa selalu gagal dalam setiap kesempatan? Untuk apa berpikir seperti itu!! Bukankah jalan hidup ini merupakan takdir Tuhan? Kita hanya hamba yang harus tunduk pada Rabb-Nya dengan segala kehendak-Nya. Bersyukur dan berbaik sangka dengan pemberian dan cobaanNya membuktikan kita adalah hamba Allah yang terpilih untuk mampu memikul tanggung jawab yang dibebankan kepada kita.
Lebih dari sepuluh tahun aku selalu menggantungkan harapan besar pada profesiku sebagai seorang guru. Tidak boleh sebenarnya, karena kadang aku merasa takut jika itu akan menjadikanku sosok yang tamak dengan takdir-Nya. Menikmati pahit manisnya mengajar dan mendidik anak-anak rasanya tak cukup mengungkapkan betapa mulianya pekerjaan guru. Pantaslah, dalam Al-Qur’an pun banyak dibahas tentang keutamaan menghormati guru.
Aku pernah ingat guruku waktu sekolah dasar dulu. Sangat tegas dan bijaksana dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya hingga kami menjadi siswa dengan Nilai Ujian Nasional (NUN) terbaik tingkat Kecamatan. Sekarang, murid-murid beliau pun banyak yang menjadi orang-orang yang sukses. Inspirasi dari guru panutanku selalu menjadi motivasiku untuk lebih semangat mengejar harapan dan impian menjadi seorang guru yang profesional. Berharap dapat terus mengupgrade diri demi mencerdaskan anak bangsa dan selalu mengawali setiap ta’lim kita dengan niat ibadah karena Allah adalah tujuan utama seorang guru agar mampu menjadi figur anfa’uhum linnaas (bermanfaat bagi manusia).
Ranking dua atau ranking berapapun itu tidak masalah bagi seseorang yang memiliki impian sesuai dengan cita-cita yang mereka dambakan. Akan tetapi, alangkah lebih baik jika kita memiliki effort atau semangat meraihnya dengan target atau skala prioritas yang mendekati apa yang kita inginkan. Tetap semangat wahai para pejuang cita-cita dengan segala harapan yang kalian impikan dan kalian dedikasikan untuk keluarga, handai tolan atau bahkan untuk bangsa dan negara kita. Yakinlah! bahwa kerja keras diiringi do’a akan lebih membawa keberkahan dan kesuksesan bagi masa depan kalian.
Kreator : Nila Solichatun Nadhiroh
Comment Closed: Ranking Dua
Sorry, comment are closed for this post.