KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Rumah Nenek (chapt.1)

    Rumah Nenek (chapt.1)

    BY 21 Agu 2024 Dilihat: 41 kali
    Rumah Nenek (chapt.1)_alineaku

    Kamar kos berukuran tiga kali tiga yang tidak terlalu luas ini terlihat kosong. Tidak ada perabotan selayaknya kamar kos pada umumnya. Baju-baju hanya tertumpuk di atas koper yang terbuka. Tidak ada alat elektronik selain magic com berukuran 0,8 liter yang terlihat mulai berkarat dan sebuah kipas angin meja kecil yang suaranya mulai tak enak didengar. Barang paling berharga yang dimiliki sepertinya hanya handphone android keluaran lama dan sebuah laptop keluaran lebih dari lima tahun lalu. Seorang gadis pemilik kamar ini terlihat tidur beralaskan kasur lipat tipis dengan bantal yang sudah kumal. Tidur lelapnya terganggu oleh sinar mentari pagi yang memasuki kamarnya melalui celah-celah diantara gorden yang bergoyang karena kipas angin.

    Ia duduk dengan rambut acak-acakan. Aliran liur di pipi kanan, ia lap dengan punggung tangannya yang masih terlihat lemah. Ia membuka mata dan melihat sekeliling kamarnya. “aku miskin.” ucapnya perlahan. “Aku amat miskin!” teriaknya kemudian.

    ‘to -tok – tok!’ ketukan pintu menjawab teriakannya dari dalam kamar.

    “Jangan berisik ya! Ganggu tahu gak!” seseorang dengan suara jengkel terdengar dari luar kamarnya.

    “Apalagi yang harus aku jual? Aku lapar….” lirihnya sambil memindai isi kamarnya. Semua harta yang dimiliki sudah habis ia jual untuk biaya hidup. Mulai dari lemari kayu jati, dipan besi, kasur spring bed, kompor gas, tabung gas, dispenser, hingga meja kompor stainless yang pernah ia miliki.

    Tiba-tiba sebuah pesan masuk melalui aplikasi whatsapp di androidnya.

    ‘Tulisan kamu di tolak. Buatlah yang lebih menarik. Kami tunggu hingga batas akhir bulan ini. Jika tidak, kontrak akan kami putus, karena dianggap sebagai penulis pasif.’

    Isi pesan yang ia baca membuatnya bertambah frustasi. Kamilla nama gadis yang hidup dalam kemiskinan ini. Ia adalah seorang penulis di sebuah media elektronik. Sebelum menjadi miskin seperti sekarang, sebenarnya Kamilla pernah merasakan kejayaan. Ia berhasil menerbitkan beberapa buku dan novel yang laris manis di pasaran. Ia juga menjadi penulis terkenal di beberapa web yang digandrungi anak muda. Ia kehilangan popularitasnya sekitar dua tahun lalu, saat berita hoax menyebar di seantero negeri yang menganggap bahwa Kamilla adalah seorang pelakor dari pemilik Perusahaan penerbit buku terkenal. Berita ini pertama kali dihembuskan oleh istri pemilik Perusahaan penerbitan tersebut. Ia menganggap Kamilla sebagai pelakor, karena secara tiba-tiba suaminya meminta cerai. Lalu beberapa hari kemudian, suaminya terlihat berdua bersama Kamilla di sebuah café. Padahal, pada saat itu Kamilla sedang membicarakan sebuah proyek buku terbitan baru. Selain mereka berdua seharusnya ada tim lain yang ikut. Tapi karena ada hal mendesak, tim lain tidak dapat hadir. Namun istrinya terlanjur menyebarkan cerita tersebut sampai viral. Dari sanalah karir Kamilla mulai meredup. Banyak Perusahaan penerbitan menolak tulisannya karena khawatir merugi. Beberapa media cetak maupun elektronik juga banyak yang enggan bekerja sama dengan Kamilla. Karena pengaruh berita tersebut.

    Sebenarnya Kamilla pernah mengajukan keberatan pada pemilik Perusahaan penerbitan tersebut atas berita yang disebarkan oleh istrinya yang merugikan dan berakibat ia kehilangan pekerjaan serta kepercayaan orang-orang terhadapnya. Kamilla juga pernah melaporkan istri atasannya tersebut atas pasal pencemaran nama baik. Hal itu mengakibatkan tabungannya terkuras untuk membayar pengacara dan sidang di pengadilan. Namun uang habis, ia pun tetap kalah di pengadilan karena istri pemilik perusahaan itu lebih berkuasa dan berani mengeluarkan biaya berapapun untuk memenangkan persidangan tersebut.

    Kini ia bekerja sebagai salah seorang penulis di sebuah media elektronik yang belum terkenal. Kamilla merasa sangat bersyukur karena masih ada Perusahaan kecil yang mau menerimanya bekerjasama. Walaupun bayarannya terbilang sangat kecil.

    Sudah hampir tiga bulan ini, tulisan Kamilla hampir tertolak semua. Entah idenya yang kini sudah habis atau karena apa. Yang pasti hampir selama tiga bulan itu ia tak pernah mendapatkan bayaran. Sehingga terpaksa menjual dispenser dan meja stainless, barang berharga yang terakhir ia miliki.

    Whatsappnya kembali berbunyi.

    ‘Kamiila ! Sudah hampir tiga bulan kau tidak membayar kos. Ku beri waktu hingga akhir bulan ini. Jika tidak, silahkan angkat kaki dari kos-sanku!’

    Kali ini whatsapp dari pemilik kos. Semenjak tulisannya banyak ditolak tiga bulan terakhir, ia belum sekalipun membayar kos karena tak sanggup.

    Tak ada air mata yang keluar dari ujung matanya. Padahal ia benar-benar merasa terpuruk dan sendirian. Sepertinya air mata Kamilla sudah habis hingga mengering.

    Waktu sudah menunjukkan pukul 12.05 siang. Kamilla belum juga beranjak dari tempat tidurnya. Ia masih memutar otak, apa yang harus ia kerjakan untuk memenuhi kebutuhannya. Yang ada dipikirannya hanya, ‘aku harus hidup. Bagaimanapun caranya.’

    ‘tok – tok – tok’

    “Mil, Kamilla, ini ada surat untukmu! Cepat keluar!” ketukan pintu disertai suara Pak Amir penjaga kosan membuyarkan lamunan Kamilla.

    ‘Surat? Dari siapa?’ tanya nya dalam hati seraya beranjak dari tempatnya.

    “ Dari siapa pak?” tanyanya keheranan sambil ia baca amplop surat itu. “Emang masih zaman ya kirim surat-suratan? Padahal sudah ada handphone dan e-mail” tanyanya pada diri sendiri. “mana saya tahu, Mil.” jawab Pak Amir lalu pergi meninggalkan Kamilla yang masih keheranan.

    ‘Surat apa ini? Mana amplopnya besar sekali. Kaya orang mau ngelamar kerja aja.’ Gumamnya dalam hati.

    Setelah dibuka isi amplop itu, Kamilla malah merasa lebih heran lagi. Karena isinya adalah surat-surat kepemilikan tanah berupa sawah juga surat kepemilikan rumah. Tapi jika dilihat dari alamatnya, rumah dan sawah ini berada di sebuah desa dengan jarak sekitar seratus kilometer dari ibu kota tempat Kamilla tinggal sekarang. Diakhir lembaran surat-surat tersebut, terselip dua lembar surat. Kamilla lebih dulu tertarik dengan surat dengan tulisan huruf sambung, khas tulisan orang tua zaman dulu.

    ‘Kamilla,  cucuku satu-satunya. Ingatkah kamu dengan nenek? Satu-satunya orang yang paling menyayangimu. Satu-satunya orang yang mau merawatmu dari kecil hingga lulus SMA. Satu-satunya keluarga yang sengaja kamu tinggalkan begitu saja. Tapi nenek tak marah atau dendam padamu, nak. Nenek tetap menyayangimu. Tapi mungkin, saat kau membaca surat ini, nenek sudah tidak ada di dunia. Nenek menulis surat ini saat merasa waktunya sudah dekat. Kamu harus tahu, rumah yang nenek tinggali saat ini, akan diwariskan kepadamu. Sawah dengan luas satu hektar ini juga akan menjadi milikmu. Uruslah rumah dan sawah ini untuk kehidupanmu. Pulanglah. Kembalilah ke tempat asalmu.’

    Setelah membaca surat itu, dahi Kamilla berkerut kencang, mencoba mengingat nenek mana yang dimaksud dalam surat ini. Padahal dalam surat itu dijelaskan bahwa Kamilla pernah diurus oleh nenek dari kecil hingga SMA. Namun anehnya, ia tak ingat sama sekali. Kamilla selama ini menganggap bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dan ia dibesarkan di sebuah panti asuhan.

    ‘nenek yang mana?’ gumamnya dalam hati. Lagi-lagi dahi Kamilla berkerut kencang mencoba mengingat wajah nenek yang dimaksud. Setelah hampir setengah jam ia mencoba mengingat, akhirnya ia membayangkan wajah seorang perempuan tua dengan penuh uban dan sanggul cepol di atas kepalanya.

    ‘Kenapa aku tak mengingatnya jika benar aku besar bersamanya? Bahkan aku perlu waktu untuk mengingat wajahnya. Siapa aku ini sebenarnya? Apa yang terjadi padaku hingga aku lupa semuanya?’ kepala Kamilla kini penuh dengan pertanyaan. Kepala dan hampir seluruh bagian badannya berkeringat akibat berpikir cukup keras.

    “Ada surat satunya. Apa ini? Tulisannya berbeda.” Ucapnya perlahan.

    ‘Kamilla. Perkenalkan, aku Sastraatmadja. Satu-satunya orang kepercayaan nenekmu yang masih hidup. Mungkin kamu juga sudah lupa siapa aku karena sudah lima belas tahun setelah kamu pergi meninggalkan rumah. Nenekmu sudah tiada sejak bulan September tahun lalu. Sebenarnya aku ingin segera mengabarimu. Namun aku butuh waktu lama sampai akhirnya tahu dimana kamu tinggal, dan bisa mengirim surat ini. Pulanglah, dan tinggallah di rumah masa kecilmu. Urus juga sawah peninggalan nenekmu. Kamu bisa hidup dengan mengandalkan hasil panen, jika memang benar-benar bisa mengurusnya. Nenekmu mempunyai lima puluh orang petani yang bekerja sampai sekarang untuk mengurus sawah, serta seorang asisten rumah tangga dan seorang pekebun yang masih setia mengurus rumah sampai detik ini. Dibalik surat, terdapat alamat lengkap rumah nenekmu. Pekan depan akan ada seseorang yang menjemputmu di kosan buruk itu.’

     

     

    Kreator : Hymemy

    Bagikan ke

    Comment Closed: Rumah Nenek (chapt.1)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021