Sabtu, Minggu adalah waktunya aku stay at home, apalagi tanggal tua belum waktunya penjengukan anakku di Pondok. Iseng-iseng kubereskan tumpukan kertas dan buku di kamar anakku yang bontot karena belum sempat dibereskan setelah dia lulus SMP. Semua buku tulis dan buku pelajaran saat SMP dipilah untuk diambil yang masih bisa digunakan dan yang harus dimusnahkan hasilnya lumayan masih banyak yang bisa dimanfaatkan baik untuk catatan atau sebagian dikirim ke penjual gorengan depan rumah. Kertas atau buku lainnya yang ada tulisan bersifat pribadi dibakar di kebun yang jauh dari tetangga.
Cuaca sangat panas hingga membuatku malas untuk membaca catatan-catatan pada setiap lembar kertas. Namun, sesaat mataku terpaku pada helaian kertas yang dijepit oleh penjepit kertas tampak sebuah tulisan dalam huruf seperti ilustrasi seni tipografi yang membuatku berhenti sejenak dan mencoba memahami rangkaian huruf tertera pada kertas sebagai cover helaian-helaian catatan lainnya. Setelah beberapa saat baru aku memahaminya kalau yang tertera pada cover kertas itu bertuliskan FQC (Fun Qur’anic Camp).
Barulah ingatanku berkelana sejenak pada saat-saat aku antar dia untuk mengikuti FQC. Pertama kalinya anakku akan menginjakkan kaki di daerah bogor. Ku antarkan dia ke tempat titik kumpul di Taman Mini tepatnya di Masjid At Tin.
Kuambil lembaran-lembaran kertas itu, dan kubuka setiap helai sambil kubaca mengikuti alunan irama tulisan anakku. Dalam hati, lumayan juga ia sudah bisa merangkai setiap kalimat dengan cukup baik dengan gaya bahasa anak SMP.
Namun, sebelum kubaca lebih jauh, segera kubereskan terlebih dahulu kamar yang berantakan tadi. Ingin segera kubuka tiap lembar tulisan anakku, ingin tahu bagaimana isi hati anakku saat itu. Maklumlah anak perempuan biasanya ada melow, dan sebagai Ibunya tentu penasaran ingin tahu perasaan anak gadisnya yang sudah mulai kritis dan suka protes bahkan mengingat semua yang aku ucapkan padahal aku sendiri kadang lupa apa yang pernah kusampaikan sama dia,” he…he… geli juga.”
Sambil santai kubuka tiap lembar tulisan anakku dengan perasaan yang bertanya-tanya. ”Apa sih isi tulisannya?” dan “Baikkah? Atau sedihkah? Atau…….?”
Banyak asumsi dalam benaku yang bercampur dalam kepenasaran.
Pada tanggal 26 Desember 2022 jam 02.30 dini hari Jehan bangun untuk bersiap-siap berangkat ke Jakarta. Jehan memulai perjalanan dari Bandung ke Jakarta bersama Ayah dan Ibu. Sesampainya di Rest Area Jakarta Jehan bersiap-siap untuk mandi. Di depan pintu kamar mandi Jehan melihat Tulisan, “DILARANG MANDI.”
“Ibu di sini gak boleh mandi, Lihat tuh tulisannya.” Ucap Jehan, dengan membawa pakaian yang sudah disiapkan.
“Ya udah mandinya nanti aja di At-Tin.” jawab Ibu.
Adzan subuh berkumandang, Jehan menunggu Ayah dan Ibu untuk sholat. Setelah selesai sholat kami melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Masjid At Tin Jakarta, Jehan mandi di sana dan ganti pakaian mengenakan Gamis dan kerudung hitam.
“Makan dulu yuk!” ucap Ibu kepada Jehan.
“Makan dimana?”
“oh…itu!”jawab Jehan.
Kami pun makan dengan Lontong sayur.
“Ibu nunggu bis juga? Mau ke Saung Awi?” tanya Ibu kepada orang yang ada di hadapannya.
“Iya, Bu. Ke Saung Wira yang ada di Ciawi.” Jawabnya. “ iya bu ke saung Wira he…he…”
“Oh, ya Saung Wira yang di Ciawi.” tambah Ibu.
“Kelas berapa bu anaknya?” tanya Ibu lagi.
“Kelas 7, namanya Janneta.” Jawabnya.
Setelah Jehan dan Ibu makan, Jehan membuka ponsel dan mengirimkan
pesan kepada Panitia untuk memberitahu bahwa Jehan sudah tiba di At-Tin sejak tadi.
Setelah lama menunggu panitia pun datang dan mengkondisikan barang-barang
peserta lainnya untuk dimasukkan ke dalam Bis.
Jehan pun berpamitan kepada Ayah dan Ibu. Setelah berpamitan, Jehan naik dan masuk ke dalam bis. Di dalam bus Jehan duduk bersama Anisa, Selama perjalanan Jehan berbagi cerita dengan Anisa.
Semua Peserta turun dari Bis menuju Villa yang sudah ditentukan. Begitu sampai di Villa kita hanya boleh menaruh barang dan segera menuju ke Aula untuk acara Pembukaan dan Perkenalan hingga jam 17.30 hanya diberi jeda untuk Shalat dan makan. Selesai acara Pembukaan dan Perkenalan kita semua makan sore dan menunggu adzan maghrib berkumandang.
“Mau mandi ajalah.” ucap Jehan dalam hati.
Jehan pun mandi. Selesai mandi, Jehan kembali ke kamar yang nomor urutnya 01 dan di kamar terdiri empat peserta yaitu Jehan, Anisa, Aqila dan Salma.
Setelah itu, Jehan menunggu yang lain Sholat Maghrib dan Jehan duduk di sofa, Karena kebetulan Jehan saat itu sedang berhalangan, tidak sholat.
Selesai sholat Maghrib Jehan masuk kamar, di dalam kamar Jehan, Anisa dan Salma berbagi cerita sembari menunggu Adzan Isya berkumandang.
“Eh… Kak Salma orang mana?” tanya Anisa pada Salma.
“Aku orang Cimahi.”1 jawab Salma.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar …..”Adzan Isya berkumandang.
“Ayo Teman-teman Sholat Isya dulu ya!” teriak Kakak Panitia dari luar kamar.
“Eh… ayo Salma, Sholat!” ajak Anisa pada Salma.
Mereka pun berangkat ke Aula untuk Sholat Isya berjamaah.
Menunggu mereka kembali, Jehan mempersIbuk dirinya dengan menulis.
Walaupun di depan ada Kak Qila, namun karena Jehan belum akrab dengannya, Jehan terus sibuk menulis, hingga ia tertidur.
“Je…bangun Jehan!” terdengar suara Kak Qila yang membangunkan.
“Ayo Jehan, ke Aula lagi di bagian Halaqoh.” katanya.
Jehan dan Kak Qila pun menuju Aula dan berkumpul dengan halaqoh-nya sembari membawa buku yang telah dibagikan.
“Assalamualaikum Wr. Wb.” ucap kakak panitia yang menjadi Musyrifah halaqoh.
“Waalaikum salam Wr.Wb.” jawab peserta yang ad di Halaqoh.
“Jadi, sekarang kita ta’aruf ya, dIbuka bukunya, kalian catat nama dan asal sekolah jangan lupa tanda tangan ya…” katanya.
Dikarenakan sudah pukul 09.00 acara halaqoh selesai dan waktunya tidur kita semua meninggalkan halaqah dan beristirahat.
Esok harinya, tanggal 27-12-2022 pada pukul 03.15 dini hari, semua peserta dibangunkan untuk sholat tahajud dan subuh.
“Jehan bangun Je, disuruh ke Aula!” suara Kak Qila yang membangunkan Jehan.
“Bawa Qur’an?” tanya Jehan.
“Ga usah Almasuratan doang, tar juga balik lagi.” jawab Kak qila.
Setelah Al Matsurat, dilanjutkan dengan kegiatan Tahfidz 1 dimulai dari jam 05.30 sampai dengan 06.30. Semua peserta menghafalkan Surat As Sajdah.
Selesai Tahfidz 1 kita senam pagi dan sarapan, setelah sarapan semua peserta dibolehkan untuk mandi, dan istirahat sampai jam 08.30.
“Temen-temen yang sholat, ayo sholat dhuha, ya!” teriak Kak Aura dari luar kamar, selesai sholat dhuha kita semua mulai halaqoh Tahfidz 2 kembali dari jam 09.00 sampai dengan jam 11.00, setelah itu kita sholat dzuhur dan makan serta dilanjutkan Tahfidz 3 sampai jam 14.00 selesai tahfidz 3 kita lanjut sholat ashar, selepas sholat ashar kita diperintahkan untuk ke Aula, semua peserta bermain game ‘konsentrasi.’
Ikhwan di lapangan dan akhwat di Aula.
“Join dong.” ucp Jehan pada ka Syifa, ka Qila dan Wina.
“Iya sini!” jawab Wina.
Sebelum Game dimulai kita semua perkenalan ulang.
“Eh sebelah ka Wina siapa?, ka Jahe?”tanya Dinda anak SD, semua tertawa .
“Jehan.” jawab Jehan pada Dinda, Game selesai.
Jehan dan yang lain keluar untuk membeli seblak, dari situ Jehan sudah banyak teman akrab. Setelah membeli seblak kita duduk di depan Villa akhwat sembari cerita-cerita.
“Ih, Prince aku cakep banget.” ucap ka Qila.
“Prince? Siapa?” tanya Jehan.
“Ini loh jadi si Qila suka sama orang yang mirip Prince, tuh… yang itu!” jawab Kak Syifa sembari menunjuk orang-orang yang dimaksud.
“Eh kalian tahu yang mirip Zai ga?” tanya Jehan.
“Yang mana?” jawab ka Qila,
“Itu tuh, itu!” jawab Jehan sembari menunjuk-nunjuk.
“Eh, iya mirip, ka Syifa lihat deh mirip Zai dari samping.” ucap ka Qila pada ka Syifa.
“Iya… ya.” jawab ka Syifa.
Setelah selesai makan seblak, Jehan bersiap-siap mandi sore yang lain bersiap-siap untuk sholat maghrib. Sembari menunggu yang lain sholat Jehan di luar mengobrol dengan ka Qila.
“Kak Qil.” bisik Jehan
“Kenapa Je?”jawab ka Qila.
“Itu lihatin, coy! Ganteng bet dah cowok aku abis wudhu…” ucah Jehan.
“Aduh…. si Jehan, ya …Allah.” jawah ka Qila.
“Ha….ha….ha…..” kami berdua tertawa.
Setelah sholat maghrib kita hanya memurojaah hafalan dengan teman, murojaah selesai dikarenakan sudah masuk waktu Isya dan santri yang sholat semuanya ke Aula untuk melaksanakan sholat Isya berjamaah setelah itu diadakan mentoring dengan halaqah masing-masing.
Selesai materi mentoring kita membahas tentang pentas seni yang akan ditampilkan pada malam Sabtu.
“Ayo Pensinya mau apa? Nari? Hadroh?” tanya Musyrifah (The Upi).
“Nari aja nari…” jawab ka Syifa.
“Nih kalau nari kayak gini.” ucap The Upi sambil memperlihatkan video nari.
“Oh… ga jadilah, hadroh aja.” seru anak-anak yang ada di halaqoh.
Selesai mentoring ka Qila, Jehan dan ka Syifa pergi ke kantin kejujuran untuk membeli pop mie.
“Qil anterin ke Ustadzah Lutvia, yuk?” ajak ka Syifa.
“Ayo!” Jawabnya.
Sesampainya …
“Assalamu’alaikum Ustadzah, boleh nanya? Punya promag enggak?” tanya Kak Syifa.
“Oh sebentar ya.” jawab Teh Upi.
“Ustad Adil ada promag gak?” tanya Teh Upi kepada Ustad Adil.
“Bentar, kalau mau saya beliin aja.” jawabnya.
“Tadi makan apa?” tanya Ustadz Adil.
“Makan mie, Ustadz. Sekarang mau makan mie lagi noh!” jawab ka Qila.
“Ih… jangan makan mie. Roti aja ya? Kalau gak ya nasi.” jawab Ustadz Adil.
Kak Syifa hanya diam .
“Mau apa nasgor atau roti?” tanya Ustadz.
“Roti aja Ustadz.” jawab ka Syifa.
Kami pun menunggu di Teras sambil membuat Pop Mie.
“Ih…. suara motor tuh, pasti Ustadz Adil.” kata ka Syifa.
“Aduh… ka syifa ini.”keluh Jehan.
“Ini rotinya, sama promagnya.” ucap Ustadz Adil sambil menyodorkan Roti dan promag kepada ka Syifa.
‘Iya Ustadz makasih.” sambil menyodorkan uang kepada Ustadz Adil.
Pukul 09.30 malam kita kembali ke kamar dan tidur.
Pada pukul 03.15, kami dibangunkan untuk sholat tahajud dan sholat subuh, lalu dilanjutkan dengan Tahfidz 4 hingga pukul 06.00. Seperti biasa, setelah Tahfidz, kami senam di lapangan. Namun, kali ini senam digabung dengan ikhwan. Senam dimulai dan dipimpin oleh Mamang. Tetapi Jehan masih belum bergerak; matanya sibuk mencari seseorang yang sering ia sebut sebagai ‘Zai KW.’
“Kak Qil, Zai mana sih?” tanya Jehan.
“Sabar, Je, mungkin belum keluar. Oh… itu tuh, Je… itu Zai!” jawab Kak Qila.
“Ih, Kak, ganteng banget, calon imam, ha… ha…,” celoteh Jehan.
“Ya Allah, Je… Je…,” timpal Kak Qila yang sudah capek mendengarnya.
Senam pun selesai.
“Sekarang yang ngambil makan ikhwan dulu ya!” teriak panitia.
“Tuh, Je, si Zai enggak ambil kacang ijo, sama kayak aku,” ucap Kak Qila.
“Ya udah, enggak apa-apa,” jawab Jehan.
“Sekarang giliran akhwat yang ambil makan ya…” teriak panitia lagi.
Setelah makan, kami dipersilakan untuk istirahat dan mandi hingga pukul 08.30, lalu dilanjutkan dengan sholat dhuha dan Tahfidz 5. Sebelum Tahfidz dimulai, Jehan berbicara kepada Musyrifah.
“Teteh, Jehan mau ziyadah, boleh?” tanya Jehan.
“Boleh, tapi teteh dhuha dulu. Kamu mau ikut?” tanya Teh Upi.
“Ikut aja, Teh, gabut soalnya,” jawab Jehan.
Jehan dan Teh Upi menuju mushola. Saat tiba di mushola, Jehan mendengar lantunan ayat Al-Furqan yang dibacakan oleh ikhwan. Ternyata, itu adalah ikhwan yang biasa disebut Kak Qila sebagai ‘Prince.’ Setelah Teh Upi selesai sholat, Jehan mulai setoran. Selesai setoran, Jehan kembali menuju asrama akhwat. Saat melewati asrama ikhwan, salah satu santri berucap, “Ustadz, eh…”
“Eh,” celetuk Teh Upi karena salah bicara saat mengobrol dengan Jehan.
“Eh… eh… eh,” sahut sekelompok ikhwan. Kami semua pun tertawa.
Tahfidz sudah dimulai.
“Kak Qil, sini deh, tadi tuh… ya tadi gitu,” ucap Jehan kepada Kak Qila.
“Aa… Prince aku rajin banget!” jawab Kak Qila.
Tahfidz 5 selesai, dilanjutkan dengan sholat dzuhur dan lomba ranking. Di tengah lomba, Jehan mundur karena gagal.
“Ih, Kak Qil, lihat deh si Zai, sama kayak aku, ha… ha… jodoh!” ucap Jehan.
“Ya Allah, nih bocah,” balas Kak Qila.
Setelah game selesai, kami lanjut dengan sholat ashar dan Al-Matsurat. Setelah Al-Matsurat, ada kegiatan lagi, yaitu akhwat fun cooking di aula dan ikhwan panahan di lapangan.
Dalam kegiatan fun cooking, kami membuat dimsum. Umi dan Abi menjelaskan cara membuatnya, kemudian kami semua mempraktikkannya.
“Ih, bikinan aku jelek banget sih,” ucap Aliya.
“Deh, diem. Ini aku malah nggak berbentuk,” sahut Jehan.
“Wah, yang punya kamu kok bagus sih, yang aku enggak,” ucap Wina.
“Yeey, selesai,” ucap semua anak halaqah Teh Upi.
Selesai membuat dimsum, peserta akhwat dipersilakan makan terlebih dahulu sambil menunggu maghrib. Jehan duduk di teras bersama Kak Qila dan Najwa.
“Allahu Akbar… Allahu Akbar.” Adzan maghrib berkumandang, dan semua peserta bersiap-siap untuk sholat di aula.
Jehan dan beberapa yang berhalangan sibuk bermain latto-latto. Setelah sholat maghrib, Jehan dan yang lainnya pergi ke aula karena dimsum sudah jadi, dan ikhwan dipersilakan makan di tempat yang biasa digunakan akhwat.
“Kak Qil, itu lihat, Kak Zai liatin ke sini, coi!” ucap Jehan pada Kak Qila.
“Weh, iya, Je, liatin kamu, heh,” jawab Kak Qila.
Selesai makan, semua peserta shalat isya dan dilanjutkan dengan acara nobar film islami.
“Je, sini Je, di sini!” ajak Kak Qila dan Kak Syifa pada Jehan dan Wina.
Film pun dimulai. Di tengah-tengah menonton:
“Ih, itu siapanya sih?” tanya Kak Qila yang entah bertanya pada siapa.
Tiba-tiba dari sebelah ada yang menjawab, “Cucunya!” Ternyata yang menjawab adalah Zai KW.
“Hah, Kak Qil,” ucap Jehan terkejut.
“Hah, kenapa?” tanya Kak Qila.
“Eh, enggak apa-apa, enggak jadi,” jawab Jehan. Kami pun lanjut menonton.
“Argh!” teriak Jehan.
“Siapa itu yang teriak?” tanya Daus.
“Yang itu kali!” jawab Zai KW.
Film selesai, semua peserta kembali ke kamar dan tidur.
≈≈≈◎≈≈≈
Dengan sanyam-senyum sendiri membaca tulisan anak bontotku, akhirnya aku tahu bagaimana dan apa kondisi hati anakku saat mengikuti FQC. Walaupun agak berdebar juga membacanya maklumlah anak mulai melangkah ke masa pubertas namun alhamdulillah semua itu msih wajar dan anaku bisa mengikuti kegiatan dengan baik.
Kreator : siti sofia
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: sebuah catatan yang mendebarkan
Sorry, comment are closed for this post.