KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Semua Belum Usai

    Semua Belum Usai

    BY 14 Jan 2025 Dilihat: 76 kali
    Semua Belum Usai_alineaku

    One – Elegant /Al Awwal E

    Covid 19 – Pandemi dan Karantina

    Langit malam yang indah, berhiaskan sinar rembulan terselubung awan mendung, hadir membawa kesunyian yang sejuk di jagat semesta. Ahnaf terdiam, hari yang terlalu cerah itu menimbulkan bayangan gelap yang berbenturan dengan senyum orang-orang yang terlalu gembira di sekitarnya. Perasaan tidak nyaman itu tumbuh seiring setiap langkah, dipicu oleh intuisi mendalam yang mengenali tipu daya yang meresap di udara, yang ditutupi oleh bangunan-bangunan yang bersih dan tanaman yang terawat. Kesempurnaan yang tampak itu menyimpan rahasia, dan dia bertekad untuk mengungkapnya di tengah pandemi covid-19 yang masih berlangsung.

    “Alkisah dia mengawali tulisannya, berawal dari seorang santri yang telah mendapat kabar bahwa ia sudah pulang ke rumah dan takkan kembali lagi ke pondoknya dan namanya telah tercoret dari absen pondoknya. 

    “Bunda, Saya tidak mau masuk ke pondok cabang.” kata Ahnaf.

    “Kenapa, Mas?” tanya saya dengan nada lirih.

    “Pokoknya Saya tidak mau kembali.”

    “Oh iya, baik.”  jawabku.

    Saya menghela napas panjang, ada suatu masalah yang Ahnaf sembunyikan. Baiklah, Saya akan tetap menghargai keputusannya.

    Keesokan harinya, matahari bersinar cerah, kicauan burung bersahut-sahutan dengan riang gembira menyambut datangnya sinar mentari yang keluar dari peraduannya.

    Saat saya membaca majalah, tiba-tiba Ahnaf menghampiriku dan berkata dengan lirih

    “Bunda, Saya mau dua hari lagi balik ke pondok.” ucapnya.

    “Alhamdulillah. Benarkah ucapanmu itu, Nak.” tanyaku sambil tercengang.

    “Iya, Bunda. Saya mau kembali ke pondok, tapi nanti satu keluarga yang antarkan kesana.” pintanya.

    “Baik, Nak. Kami pasti akan mengantarkan ke sana dengan senang hati.” jawabku.

    Akhirnya, Ahnaf bersedia kembali ke pondok cabang meski namanya telah dicoret di pondoknya.

    Karena besarnya keinginan kami agar putra kami tetap kembali ke pondok, kami melakukan berbagai cara agar putra kami dapat mengenyam pendidikan kembali di pondok dengan cara konfirmasi kepada asatidz IKPM (Ikatan Alumni Pondok Modern) sebagai pembimbing dan penanggung jawab yang mendampingi putra kami. Selain itu, kami tidak henti-hentinya berkoordinasi dengan pengasuh di pondok cabang dimana putra kami ditempatkan dengan segala keterbatasan mengingat saat itu pandemi covid-19 masih berlangsung.

    Akhirnya, Ahnaf dapat diterima kembali di pondok cabang, padahal Ahnaf sempat kabur saat mengikuti tes ujian masuk pondoknya. Tetapi, takdir berkata lain. Pada akhirnya namanya tertulis kembali di absen pondok hingga ceritanya terus berkembang, walaupun Ahnaf merasa tidak betah dan selalu ingin pulang kembali.

    “Semua itu drama, tidak ada yang nyata dari kisah pondok, hanya kita saja yang merasakannya.” gumamnya di dalam hati.

    Anggota kelas Ahnaf tergolong tidak ramah, tetapi apa daya, Ahnaf tidak ingin menjadi anak yang bermasalah. Hingga akhirnya, tiba saatnya kenaikan kelas dua. 

    Alhamdulillah, satu tahun sudah Ahnaf berhasil melaluinya meskipun dengan drama yang tiada henti-hentinya meminta Saya menuruti kemauannya agar keluar dari pondok. Kalau satu tahun di pondok masih belum kerasan, cobalah kembali di tahun berikutnya, insya allah akan kerasan.

    Two – Cloverious / As Tsani C

    Ustadz Wali Kelas Kebanggaanku

    Ujian kenaikan kelas telah usai. Hasil pembelajaran selama satu tahun telah dibagikan kepada masing-masing santri. Puji syukur, Alhamdulillah kami panjatkan, Ahnaf naik kelas 2. Di bawah desahan nafas dan jantungnya yang berdebar, terbentanglah sebuah harapan panjang untuk berjuang melawan beban kebodohan. Setiap lompatan di atas atap menjadi sebuah pernyataan, sebuah pemberontakan terhadap kegelapan yang membara di bawah. Setiap tarikan nafas yang menyakitkan merupakan bukti tekadnya untuk membersihkan jiwa dan raga dari kemalasan itu, terlepas dari pengorbanan pribadinya.

    Pagi itu sangat cerah sekali, Saya melihat koper yang dibawanya dari pondok masih utuh dan belum terjamah. Saya mencoba membukanya dan tanpa sengaja Saya menemukan sebuah buku diary. Saya membolak-balik buku tersebut, Saya amati satu-dua lembar, kemudian Saya membaca satu-persatu isinya sambil tertegun. 

    Kami hanya mementingkan kepedulian kepada teman sebangku kami. Semakin kami peduli maka hadiah akan datang sebagai wujud terima kasih kepada kami. Dengan kami mengingatkan satu sama lain, belajar tekun, pada pendirian diri sendiri. 

    Masih teringat bagaimana kami bisa nonton olah raga di pagi hari, sahur nasi goreng setiap hari Senin dan Kamis, berbuka puasa pada hari Senin dan Kamis, kembaran kaos, sarung Palestine, dan salah satu harapan kami adalah tahun depan kami berada di kelas yang tinggi.

    Itu semua adalah hadiah daripada para penerus kami, wali kelas kami, dan persepuluhan juga, serta tak lupa akan pernikahan teman sendiri yang tak disadari oleh wali kelas kami serta kejadian dimana kami harus merelakan wali kelas ternama kami yang ingin melanjutkan studinya di kairo – Mesir. Sungguh wali kelas yang sangat terkenang sepanjang masa hidup kami di pondok.

    Apalagi saat itu hampir kena masalah gegara berbisik menggunakan Bahasa jawa kasar. Berbisik-bisik lah ! Masa bisa botak? Heran kali lah ku tengok, Ujar wali kelas kami.”

     

    Hmmm … ternyata Ahnaf menyimpan sosok figur yang dia jadikan panutan dan contoh selama ini di pondok. Pantas sekali saat berada di kelas dua ini, Dia begitu semangat dan antusias dalam belajar, rupanya tasjik (motivasi) yang diberikan oleh ustadz wali kelas dan asatidz persepuluhan (pendamping wali kelas) telah menancap dan mendarah daging di dalam sanubarinya. Ahnaf semakin tekun dan rajin belajar dan sudah tidak terdengar lagi ucapannya ingin pulang dan tidak belajar kembali di pondok pesantren.

     

    Three – Begins … Asbetion’s Generation / Ats Tsalis B

    Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Tahun ini adalah tepat tahun ketiga Ahnaf mengenyam pendidikan di pesantren. Di pesantren yang menuntut pengorbanan, mimpi-mimpi yang ditempa dari ketahanan tumbuh dengan kuat. Individu-individu dari berbagai lapisan masyarakat bersatu, didorong oleh kerinduan bersama akan kehangatan dan komunitas, membangun ikatan yang lebih kuat daripada kondisi-kondisi keras di perbatasan, keinginan kolektif mereka mengukir narasi harapan di atas kanvas yang tak kenal ampun.

    Pesantren menjadi saksi bisu kehidupan yang berkelana di hamparannya, latar belakang yang semarak menanti kisah-kisah baru untuk menghiasi permukaannya.  Pesantren ini menyimpan potensi dan menjadi panggung luas yang siap menjadi tuan rumah bagi kisah-kisah keberanian, kehilangan, dan ikatan tak terduga yang terjalin dalam kesulitan. 

    Terbilang dari setengah orang dari kami adalah orang-orang yang cerdas, pintar, dan dapat diandalkan. Hanya sebagian orang saja yang bisa jadi penerus dan pengurus. Sialnya, kami harus kehilangan salah satu dari kami yang Ia bisa dibilang orangnya ceria, sabar, dan radak gila sedikit…

    Tapi, hilangnya Dia merubah diri kami masing-masing menjadi lebih baik. Walau tak ada dia, kita sendiri juga bisa menjadi penegak pondok. Sebagian dari kami tahun depannya ingin menjadi seperti ini. Ini dan ini dan pada di akhir cerita kami ialah pada saat Cerdas Cermat antar kelas kami mendapat Juara 2.

    Meskipun dibilang “BE” tapi akhirnya kami bisa. Karena pada saat itu kami tidak memakai kunci rahasia. Kalau kami memakainya, bisa dianggap curang, karena apa ? Karena kita “BE“. Dibilang kami gak banyak canda, emang gak banyak. Tapi kami lebih fokus dengan harapan kami sendiri, sibuk sendiri-sendiri karena tahun depan akan ada kaderisasi pondok. Bisa gak ya ?????….”

     

    “Bismillahirrahmanirrahim…” ucapku dalam hati.

    Mudah-mudahan impian dan cita-cita Ahnaf menjadi penegak pondok menjadi kenyataan. Nasihat dan Do’a tak henti-hentinya Saya sampaikan agar Ahnaf selalu istiqamah pada jalan kebenaran, menjadi teladan bagi santri-santri yang lain.

    Manager of Four …

    Al Mudabbir Li sannah Ar Rabi’

    “Apa yang kita lihat, kita dengar dan rasakan adalah Pendidikan.” 

    Kalimat yang tak lupa para guru sampaikan di berbagai kegiatan. Implementasi dari kalimat tersebut tampak nyata dengan keseharian para santri. Salah satunya dengan penanaman nilai keikhlasan pada setiap pekerjaan yang santri lakukan.

    Negeri keikhlasan, begitulah warga pondok menyebut tempat ini. Selain taman ilmu, tempat ini adalah taman amal, tempat kita bisa menanam amal sebanyak-banyaknya, lalu menuai berkahnya di kemudian hari. Tentu amal tersebut harus diiringi dengan keikhlasan tanpa pamrih.

    Hal itu pula yang coba ditanamkan kepada para santri sejak dini. Menginjak kelas XI atau Tahun keempat ini Ahnaf mendapat amanah menjadi mudabbir. 

    Mudabbir atau mudabbiroh berasal dari kata Bahasa Arab ‘dabbara-yudabbiru’ yang memiliki arti mengatur. Apabila diartikan secara luas, kata tersebut memiliki makna mengarahkan, mengelola, melaksanakan atau mengurus. Maka apabila diartikan, kata mudabbir atau mudabbiroh yang merupakan fail dari kata ‘dabbara-yudabbiru’ adalah pengurus.

    Mudabbir merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam bergeraknya roda kehidupan para santri di pondok. Mereka adalah kaki tangan untuk mengatur keseharian santri di sektor rayon yang terdiri dari beberapa kamar.

    Istilah mudabbir ini disematkan kepada santri kelas XI sebagai pembimbing atau pengurus di kamar santri. Menjadi mudabbir tentu bukan hal yang mudah, pasalnya mereka dituntut menjadi sosok orangtua bagi para santri di usia mereka yang masih dini.

    Ketika mereka memutuskan menjadi seorang santri, tentu mereka harus siap dengan segala sesuatu yang akan mereka hadapi. Tantangannya tentu berbeda dengan mereka yang belajar di sekolah pada umumnya. Selain mengaji, belajar di kelas, dan mengikuti ekstrakurikuler. Para santri dibekali berbagai pelajaran kehidupan yang sangat berharga bagi masa depan.

    Termasuk menjadi sosok mudabbir, salah satu pengalaman paling berharga yang santri dapat saat mondok. Apa saja tugas mudabbir

    Mereka diberi amanat untuk membimbing para santri di kamarnya masing-masing dengan memecahkan berbagai permasalahan para santri di kamar, mengenali berbagai karakter santri yang datang dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda.

    Di sebuah rumah terdapat Ayah dan Ibu yang mengayomi anak-anak. Begitu pula di sebuah rayon, dibutuhkan sosok Ayah dan Ibu yang mengayomi para santri. Maka, pengganti sosok Ayah dan Ibu di rayon adalah mudabbir.

    Akan banyak keahlian yang mudabbir dapatkan dari pengalamannya. Mereka bisa menjadi sosok ibu, ayah, pemimpin, pembicara, pendengar yang baik, perawat saat santri sakit, pemecah masalah yang unggul, dan banyak hal lainnya.

    Berbekalkan mahfudzot Jarrib Walahidz takun ‘aarifan” yang artinya, “Cobalah! Niscaya kamu akan mengetahuinya.” 

    Walaupun sebelumnya banyak dari mereka yang mengaku tak siap menjadi mudabbir, namun dengan memaksakan diri untuk mencoba, mereka akhirnya mampu mengatasi hal-hal yang mereka hayati dan mulai membiasakan diri dengan posisi mereka sebagai sosok mudabbir. Dari berbagai keahlian yang mereka dapat kala menjadi mudabbir, maka secara tidak langsung, ilmu parenting pun telah mereka pelajari bahkan diaplikasikan secara langsung.

    Menjalani keseharian dengan peran yang berbeda di tiap tempatnya, sudah tidak dijadikan beban berat bagi mudabbir. Kala tugas kelas dan lainnya menumpuk, justru anak-anak kamar lah yang menjadi pelipur lara kejenuhan para mudabbir di luar kamar. 

    Masih dalam untaian coretannya dalam kisah yang dia tuangkan dalam buku diary, Ahnaf menuliskan…

    “Alkisah menceritakan sebuah pengalaman berkesan. Dimulai dari karantinanya kami di tempat yang tak jauh dari rayon-rayon. Di tempat kami dipertemukan yang sedari tadi saling kenal-mengenal satu sama lain. Hingga pada suatu kejadian yang dimana kami kehilangan tiga orang keluarga atau saudara kami, lalu bertambah dua orang yang menjadikan lima saudara kami disebabkan karena hal sepele yang kami pula tidak bisa menahannya sampai satu orang yang terpental ke pondok cabang yang berada di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 

    Semula kami beranggotakan 22 orang di awal tahun hingga 21 orang di akhir tahun ajaran. Sempat dirasa ada rasa keegoisan dari kami. Tapi kami tetap keluarga yang semulanya utuh dari awal maupun berkurang satu orang.

    Dan, pada akhirnya Qad Najahtu jawaban dari kami semua ….

    1444-1445/2023-2024

    Darul Muttaqien People”

    Saya senantiasa memberikan nasihat kepada Ahnaf bahwa betapa pentingnya ikhlas di dalam melaksanakan sesuatu yang telah diamanahkan. Selalu ikhlas dalam membimbing adik-adiknya, jika dilakukan dengan  sepenuh hati, “Ikhlas dikedepankan, maka insya allah akan barakah.”

     

     

    Kreator : Rochmatul Ula

    Bagikan ke

    Comment Closed: Semua Belum Usai

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021