KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Misteri
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Sains
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Testosteron, Usia, dan Ilusi Tobat di Hari Tua

    Testosteron, Usia, dan Ilusi Tobat di Hari Tua

    BY 25 Apr 2025 Dilihat: 8 kali
    Testosteron_alineaku

    “Otak manusia tidak selalu berpikir logis—kadang ia hanya mengikuti reaksi kimia dalam tubuhnya sendiri.”

     

    Kita sering mendengar kalimat seperti ini: “Ayo bertobat, kita kan sudah tua, sebentar lagi mati.” Atau versi lainnya: “Sudah waktunya kita lebih rajin ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.” Sekilas terdengar seperti nasihat bijak, tapi kalau kita telisik lebih dalam, ada sesuatu yang menarik di balik fenomena ini. Mengapa orang baru merasa harus lebih religius ketika usia bertambah? Apakah benar ini soal kesadaran spiritual, atau ada sesuatu yang lebih saintifik yang terjadi di otak manusia?

     

    Dalam kajian ilmu saraf dan endokrinologi, fenomena ini sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah, lebih spesifik lagi melalui peran hormon testosteron dalam tubuh manusia.

     

    Turunnya Testosteron, Berubahnya Cara Pandang Hidup

    Testosteron adalah hormon yang banyak berperan dalam membentuk karakter manusia. Pada pria, hormon ini berkaitan erat dengan dorongan untuk berkompetisi, agresivitas, dan semangat mengejar sesuatu, termasuk ambisi duniawi. Pada wanita, meskipun jumlahnya lebih sedikit, testosteron juga berkontribusi dalam aspek energi dan motivasi. Namun, yang menarik adalah seiring bertambahnya usia, kadar testosteron dalam tubuh manusia mengalami penurunan secara alami. Dan inilah yang secara tidak langsung mengubah cara kita melihat hidup.

     

    Saat kadar testosteron tinggi, kita cenderung berpikir bahwa hidup ini penuh tantangan yang harus ditaklukkan. Uang, jabatan, pencapaian, dan berbagai target duniawi menjadi fokus utama. Namun, ketika kadar testosteron menurun, perlahan-lahan dorongan untuk bersaing dan mengejar duniawi melemah. Otak mulai mencari bentuk kepuasan lain yang lebih mudah diakses—dan di sinilah peran spiritualitas mulai masuk.

     

    Kenapa Orang Tua Lebih Religius?

    Penurunan testosteron menyebabkan cara kerja otak mengalami pergeseran. Manusia menjadi lebih reflektif, lebih tenang, dan lebih mudah menerima konsep tentang ketenangan batin, termasuk dalam hal keyakinan dan kehidupan setelah mati. Inilah sebabnya kenapa banyak orang ketika tua tiba-tiba merasa perlu lebih dekat dengan Tuhan. Bukan karena mereka mendadak tercerahkan, tapi karena otaknya bekerja dengan cara yang berbeda dari saat mereka masih muda.

     

    Jadi, ketika ada orang berkata, “Bertobatlah karena kita sudah tua,” itu bukan sekadar panggilan spiritual, tapi juga reaksi biologis yang terjadi dalam tubuh mereka sendiri. Otak mereka mulai menerima gagasan tentang kematian lebih serius karena kadar hormon yang membuat mereka ambisius dan penuh semangat juang sudah berkurang.

     

    Tobat Sejati atau Efek Biologi?

    Lantas, apakah ini berarti pertobatan di usia tua adalah sesuatu yang tidak murni? Tidak juga. Tetapi, memahami bahwa ada aspek biologis yang turut berperan dalam perubahan cara berpikir kita dapat membantu kita memahami diri sendiri lebih baik.

    Kalau benar-benar ingin ‘bertobat’ atau menjalani hidup dengan nilai-nilai yang lebih baik, kenapa harus menunggu kadar testosteron menurun? Kenapa harus menunggu tua dan dekat dengan kematian baru merasa perlu berbuat baik? Kalau memang kita percaya bahwa kehidupan ini lebih dari sekadar materi, bukankah seharusnya kita menyadarinya sejak muda?

     

    “Jangan biarkan kadar testosteron menentukan kapan kamu sadar pentingnya hidup yang lebih bermakna. Kalau memang hidup harus lebih baik, kenapa harus nunggu tua?”

     

     

    Kreator : Kadek Suprapto

    Bagikan ke

    Comment Closed: Testosteron, Usia, dan Ilusi Tobat di Hari Tua

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021