KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Tetap Melangkah

    Tetap Melangkah

    BY 01 Agu 2024 Dilihat: 120 kali
    Tetap Melangkah_alineaku

    Rintik-rintik hujan belumlah reda, namun jam di tanganku telah menunjukkan pukul 12.30. Bergegas kuambil payung dan segera berangkat. Pukul 13.30 aku harus sudah berada di kampus. Biasanya aku diantar kakak sampai pasar. Tapi siang ini ia sedang tidak di rumah. Segera ku ayunkan kaki setelah berpamitan pada bapak dan ibu. Bila beruntung biasanya aku bertemu teman-teman satu kampus yang searah denganku di persimpangan di jalan masuk kampungku, lumayan aku bisa nebeng mereka menuju kampus. Tapi bila tidak, aku akan naik ojek dan berhenti di pasar lalu naik angkot. Hal seperti ini kujalani setiap hari. 

    Jam kuliahku tidak setiap hari, kugunakan waktu kosongku untuk mengajar di sebuah Sekolah  Menengah Pertama tak jauh dari tempat tinggalku. Sebentar lagi ujian semester tiba, seminggu yang lalu aku sudah menerima surat pemberitahuan tentang administrasi yang harus aku bayar. Namun, hingga hari ini orang tuaku belum bisa memberiku uang. Hasil kebun harganya sangat murah. Jangankan untuk bayar biaya kuliah, untuk makan sehari-hari saja sulit. Seringkali aku terpaksa bon dulu pada bendahara sekolah dan mengembalikannya saat gajian. Sebenarnya aku sangat tidak enak hati karena gajiku yang tak sesuai dengan nominal yang kupinjam. Untungnya bendahara sangat memaklumi keadaanku meski dengan cara mencicilnya beliau tetap bersabar.

    Malam hari kugunakan waktuku untuk les anak-anak SD di kampungku. Meski hanya beberapa orang, bagiku lumayan. Biasanya uang hasil les itu aku gunakan buat keperluan kuliahku seperti foto kopi, atau yang lainnya. Sedang untuk pakaian kuliah, aku tak begitu memprioritaskan. Seringkali mengenakan blus dan rok yang biasa kupakai mengajar.  Jika hari libur, biasanya aku ikut bapak ke kebun untuk memetik buah kopi. Setelah kopi dijual bapak selalu memberiku bagian dari penjualan itu. Katanya buat tambahan uang jajan. 

    Dulu usai lulus SMA, aku sangat menginginkan lanjut kuliah ke Bandung bersama teman akrabku waktu itu. Namun, kondisi ekonomi keluarga kurang mendukung. Akhirnya, aku pun memilih bekerja menjaga toko sembako milik salah satu saudaraku di kampung. Meski gaji tak besar bagiku tak apa, yang penting ada kesibukan. Sambil terus berdo’a semoga ada jalan untuk aku bisa kuliah. 

    Hampir satu tahun aku bekerja di toko, tiba-tiba siang itu kakakku datang menjemput dan mengatakan bahwa di rumah ada tamu. Aku lalu berpamitan pada pemilik toko. Benar saja, Nurman temanku SMA telah duduk di ruang tamu dan sedang asyik ngobrol dengan bapak. Ia memang sudah tak asing lagi dengan keluargaku. Dulu ketika masih SMA, ia kerap bermain ke rumahku. “ Din, ini aku bawakan brosur untukmu. Kita sekolah bareng lagi ya?”. Ucapnya menyambut kehadiranku. Aku hanya tersenyum menerima brosur itu dan membacanya. “ Kata bapak, kamu harus cepat daftar lo?”. Ucapnya lagi. Aku pun kaget dan bertanya ke bapak, “benar begitu, pak?”. “Ia, mengenai biaya nanti bapak pikirkan”. Jawab bapak.

    Betapa gembiranya hatiku saat itu, aku segera mendaftar kuliah dengan diantar Nurman. Sejak saat itu, jadilah aku seorang mahasiswi. Meski tak mudah kuliah dengan biaya pas-pasan, aku berusaha untuk tetap kuat dan sabar menjalaninya. Bisa dibilang mungkin ini yang namanya modal nekad. Tapi aku percaya dengan do’a ibu yang setiap hari dipanjatkan. Aku yakin aku bisa menyelesaikan kuliahku. Nurman yang sekarang jadi kakak tingkatku, selalu memberiku semangat. Aku berusaha belajar dengan giat agar tak mengecewakan bapak dan ibu. Alhamdulillah, di semester ketiga aku mendapatkan beasiswa. Rasa syukur yang tak terkira, segera kusampaikan kabar itu pada bapak dan ibu. Mereka pun tampak bahagia sekali. 

    Satu bulan lagi aku harus berangkat ke Jogjakarta untuk mengikuti program yang diselenggarakan kampus, yaitu Program Pengalaman Praktik Lapangan atau yang disingkat PPL. Sudah menjadi agenda kampus, setiap PPL selalu ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk kesana tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit. Tidak hanya memikirkan ongkos, tapi juga keperluan lainnya. Aku benar-benar pusing bagaimana caranya aku bisa ikut, sementara biaya PPL saja belum kulunasi. Kuceritakan masalahku ini pada teman akrabku di kampus, kemudian dia menawarkan solusi padaku. Ia memintaku untuk membantu memasarkan jualan miliknya. Temanku itu punya bisnis sepatu yang langsung dikirim dari pabriknya di Bandung. Tentu kualitas barangnya sangatlah bagus. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas, aku segera mengiyakan tawarannya itu. Lalu aku diberi katalog sepatu oleh temanku. Kubuka lembar demi lembar katalog tadi, wah gambarnya bagus-bagus. Bahannya kulit asli, model nya juga banyak. “Ini mah bisa laku keras!”. Pikirku dalam hati. Untuk harga jual terserah aku mau ngasih bandrol berapa?, yang penting harga modal dari temanku bisa kembali. Sejak saat itu aku mulai rajin memasarkan jualan milik temanku.  

    Tanpa malu-malu kutawarkan jualan sepatuku itu ke teman-teman mengajar. Alhamdulillah mereka banyak yang berminat, apalagi temanku memberikan kelonggaran pembayarannya boleh di tempo. Saat gajian baru bayar. Tak hanya teman-teman mengajar, teman-teman kuliah, tetangga, serta teman-teman SMA pun jadi sasaran jualanku. Aku bersyukur mereka semua menyambut dengan antusias. Setelah mulai lancar bisnis sepatu, temanku juga mempercayaiku untuk menjualkan pakaian. Sepulang sekolah aku mencoba keliling kampungku menawarkan pakaian-pakaian itu. Lama-lama aku pun mencoba masuk ke kampung lain. Kini seminggu sekali aku berjualan keliling dengan jadwal hari yang berbeda-beda antara kampung satu dengan kampung lainnya. Al hasil kini pelangganku mulai banyak dan sangat mempercayaiku. Tak segan-segan mereka sering memesan barang kebutuhan mereka padaku. Tak hanya pakaian, tapi juga barang-barang rumah tangga lainnya. Hasil penjualan aku tabung. Aku berharap setelah lulus kuliah aku bisa melanjutkan bisnisku dengan modal sendiri. 

    Hampir empat tahun kujalani pahit getir masa kuliah, kini tak lama lagi aku akan diwisuda. Aku sibuk mempersiapkan semuanya. Hingga hari yang dinanti pun tiba. Bapak, ibu dan adikku datang menghadiri acara tersebut. Tangis haru mewarnai suasana saat itu. Terimakasih untuk bapak dan ibu atas do’a dan kerja keras kalian. Terimakasih untuk temanku Mini yang telah mempercayaiku berjualan,Terima Kasih pula untukmu Nurman yang selalu membesarkan hatiku. Terimakasih Tuhan telah mengirimkan orang-orang baik padaku.

     

     

    Kreator : Sri Dewi Rejeki

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tetap Melangkah

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021