TINDAKAN BENAR DIAWALI DARI BERPIKIR BENAR

Manusia adalah satu-satunya makhluk di planet ini yang diberkahi kemampuan berpikir yang luar biasa. Dengan kemampuan berpikir yang melampaui semua makhluk lainnya, manusia telah membangun peradaban yang dinamis sepanjang sejarah. Kehidupan manusia terus berkembang menuju era yang semakin modern, dari zaman batu menuju zaman logam, dari zaman kuno menuju zaman pertengahan, hingga akhirnya ke era modern dan digital yang penuh dengan teknologi canggih. Peradaban manusia senantiasa maju ke depan, tanpa pernah kembali ke masa lampau. dan tidak ada ceritanya peradaban kembali ke masa lampau.

Kemajuan dan kemunduran peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh cara dan pola pikir mereka. Baik secara individu maupun kolektif, tindakan manusia selalu didasari oleh pemikiran. Pikiran adalah pemandu utama bagi setiap tindakan manusia. Pemikiran kemudian menjadi kepercayaan dan akan tercermin dalam kehidupan yang dijalaninya.

Sebagai contoh, ketika manusia percaya bahwa pasti ada sesuatu yang luar biasa, mengendalikan kehidupan manusia. Kekuatan luar biasa itu bersemayam di batu, di pohon, atau bahkan di tubuh hewan. Maka pemikiran itu melahirkan penyembahan terhadap batu, pohon atau hewan tertentu. Tetapi manusia lain berpikir bahwa alam semesta dan kehidupan terjadi dengan sendirinya, maka pemikiran itu melahirkan kehidupan atheis. Apapun yang dilakukan manusia, tidak ada yang perlu dipertanggungjawabkan. Setelah meninggal, manusia akan menjadi tanah seperti juga makhluk lainnya.

Perbedaan cara pandang dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik Masyarakat yang diakui oleh sekelompok orang atau masyarakat kemudian menjadi suatu ideologi yang kemudian di institusionalisasi dalam bentuk negara mempengaruhi corak konstitusi, praktek social, undang-undang dan menjadi panduan resmi bagi masyarakat atau negara. 

Sebagai contoh, ideologi liberal dengan dasar pemikiran pentingnya mengutamakan kebebasan individu, hak asasi dan kebebasan berpendapat. Pemikiran ini mempengaruhi sistem politik demokrasi liberal, ekonomi pasar bebas, dan hak-hak sipil yang sangat kuat. Pemikiran liberal ini mendukung pemahaman bahwa setiap orang memiliki hak untuk menentukan dirinya sendiri. Buah dari pemikiran liberal terlihat dari pemberian kebebasan bagi setiap orang untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan dirinya sendiri. Menurut paham liberal, kita patut menghormati seseorang yang mengidentifikasi dirinya sebagai hewan seperti Shirokuma yang mengidentifikasi dirinya sebagai beruang kutub, atau Wolfie blackheart yang mengidentifikasi dirinya sebagai serigala. Demikian pula hak asasi diberikan kepada seseorang yang secara fisik bertubuh laki-laki tetapi ia mengekspresikan diri sebagai perempuan dan sebaliknya, dan seterusnya sehingga sampai saat ini teridentifikasi beragam orientasi seksual yang dikenal sebagai LGBT+ yang meminta hak untuk diterima dalam kehidupan Masyarakat, di antaranya heteroseksual, homoseksual, biseksual, pasneksual, aseksual, demiseksual, skoliseksual, queer, dan sebagainya. 

Berbeda dengan pemikiran liberal, pemikiran sosialis menekankan pentingnya kesetaraan sosial dan ekonomi, serta kepemilikan kolektif atas alat-alat produksi di atas hak individu. Pemikiran ini di institusionalisasi dalam bentuk negara-negara dengan kebijakan redistribusi kekayaan yang kuat, pelayanan sosial yang luas, dan kepemilikan negara atas sektor-sektor penting. Hak-hak individu dibatasi, tetapi hak sosial lebih luas. Di antara negara yang menganut paham ini adalah Vietnam, Laos, Korea Utara dan Kuba.

Selain itu, pemikiran konservatif perkara tentang pentingnya menjaga nilai-nilai tradisional, kestabilan sosial, dan keteraturan. Dalam bentuk institusionalisasi negara, pemikiran ini mempengaruhi kebijakan yang mendukung keluarga tradisional, agama, dan struktur sosial hierarkis. Di antara negara yang menganut paham konservatif adalah Arab Saudi, Iran, Pakistan, sebagian Amerika Serikat, Rusia dan Polandia.

Berbagai corak pemikiran yang ada telah membentuk landasan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam konteks ini, ungkapan “anda adalah apa yang anda pikirkan” menjadi relevan, mencerminkan betapa pentingnya pemikiran dalam membentuk identitas dan tindakan kita. Seperti yang dinyatakan oleh filsuf Prancis abad ke-17, René Descartes, dalam deklarasi nya “Cogito, ergo sum” yang berarti “aku berpikir, maka aku ada,” kita dapat memahami bahwa eksistensi dan pemahaman diri kita sangat terkait dengan proses berpikir.

Permasalahannya terletak pada seberapa tinggi kekuatan berpikir yang mampu memastikan bahwa manusia tetap berada dalam jalur pemikiran yang benar. Sehingga, apa yang dipikirkan dapat menghasilkan kebenaran, membuahkan tindakan yang tepat, dan menjadikan pemikiran yang benar sebagai pemandu dalam menjalani kehidupan menuju tujuan yang tepat. 

Kenyataannya, sering kali akal pikiran menganggap kebenaran hanya berdasarkan pengalaman indrawi. Sebagai contoh, paham geosentris muncul dari pengamatan bahwa Bumi tampaknya menjadi pusat alam semesta, dengan semua benda langit mengelilinginya. Namun, paham ini kemudian dibantah oleh teori heliosentris yang menunjukkan bahwa Bumi sebenarnya mengelilingi Matahari. Contoh ini merupakan bagian dari sejarah pemikiran manusia yang mengajarkan bahwa meskipun pemikiran kita bisa salah, sering kali baru disadari setelah menimbulkan konsekuensi atau kesalahan yang merugikan. Dalam kehidupan sehari-hari, akal pikiran juga seringkali menipu dan menimbulkan salah paham, sehingga penting untuk selalu menguji dan memverifikasi pemikiran kita untuk menghindari kesalahan yang lebih besar.

Jika demikian, maka secerdas apapun seorang manusia dengan akal pikirannya, tetaplah memiliki kelemahan. Selain itu hasil pemikiran manusia tidaklah dapat dinyatakan sebagai kebenaran mutlak karena hasil pemikiran pada suatu zaman bisa jadi akan diperbaharui, diperbaiki, bahkan ditinggalkan dengan munculnya pemikiran baru yang ditemukan di masa depan, seiring perkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu manusia memerlukan sesuatu di luar sana, yang melebihi kemampuan manusia, yaitu dzat yang Maha Benar, dzat yang Maha membimbing menuju jalan pemikiran yang benar. 

Apabila menggunakan metode berpikir deduktif, premis 1: sekecil apapun yang dibuat oleh manusia untuk tujuan tertentu, selalu melalui proses. Tidak ada manusia yang bertujuan membuat charger, handphone, televisi, robot, yang bisa jadi dengan sendirinya hanya dengan menaruh bahan-bahan di depannya, melainkan harus dirangkai secara cermat. Kesalahan sekecil apapun berpengaruh terhadap fungsi benda tersebut. Sebutkanlah satu saja kreasi manusia yang bisa dibuat dan jadi dengan sendirinya hanya dengan memikirkannya, tanpa proses, atau bahkan tanpa memikirkannya tiba-tiba jadi sesuatu. Premis 2: alam semesta dan segala isinya termasuk diri manusia yang berwujud presisi tentu ada yang mengkreasinya melalui suatu proses. Sebagai contoh bahwa jarak dari bumi ke bulan sekitar 384.400 kilometer, dan jarak dari bumi ke matahari sekitar 149,6 juta kilometer (93 juta mil) diatur sedemikian rupa secara presisi. Dengan ukuran yang tepat, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan tujuan tertentu bagi kehidupan, adalah penciptaan luar biasa. Teori Big Bang menemukan bahwa berdasarkan pengukuran laju perluasan alam semesta (konstanta Hubble) alam semesta yang teratur ini telah berumur 13,8 milyar tahun, secara deduktif maupun induktif menunjukkan bahwa Yang Maha Pencipta itu ada. Bahkan sangat sulit untuk membuktikan bahwa Dia tidak ada. Lemahnya akal pikiran manusia lah yang menuntun tindakan untuk menegasi keberadaan Tuhan.

Jika sudah sampai pada pemikiran ini, maka tentu Tuhan akan memperkenalkan Dirinya kepada manusia, melalui cara yang manusia sanggup menerimanya. Tentu Dia memiliki maksud dan tujuan mengkreasi semuanya, dan akan memberi informasi tentang bagaimana cara manusia memperlakukan (menyembah)-Nya, bagaimana seharusnya manusia berinteraksi dengan sesama manusia, bagaimana manusia seharusnya berinteraksi dengan alam yang sama-sama sebagai kreasi Yang Maha Agung. Termasuk memberi bocoran informasi tentang apa yang akan kita alami setelah kematian. Hal yang jauh diluar kemampuan berpikir manusia. Inilah kebenaran yang mutlak, karena kekuatan-Nya jauh melebihi kemampuan manusia. 

Paham materialisme, kapitalisme, ribelalisme, sekularisme telah menanamkan pemikiran bahwa sesuatu yang tidak empiris, sesuatu yang tidak terindra seperti keberadaan Tuhan itu tidak ada. Tuhan memperkenalkan diri melalui manusia yang diutus dan melalui kitab-Nya dianggap suatu keanehan, padahal segala sesuatu yang terjadi setiap hari semuanya adalah keajaiban. Keajaiban pohon mengangkut air dari akar ke pucuk, keajaiban lambung menggiling makanan tanpa diperintah oleh orang yang makan, keajaiban DNA, keajaiban pengaturan tumbuhnya bulu alis dengan rambut yang berbeda, dan keajaiban lain yang tidak akan sanggup kita menghitungnya.

Maka jangan andalkan lemahnya pikiran manusia untuk menyelesaikan masalah individu apalagi masalah masyarakat, bangsa dan negara. Carilah petunjuk kebenaran mutlak dari Yang Maha Pencipta. Dia paling tau tentang manusia sebagai makhluk kreasi-Nya jika memang kita benar-benar mencari bahagia.

Ciamis, 27 Juli 2024

Kreator : Iis Rodiah