Entah bagaimana saya harus mensyukuri dua buah pertemanan ini. Teman pertama, ia seorang yang sangat mencintai ilmu. Setiap hari ia pasti memperoleh tambahan ilmu. Orang yang satu ini tidak bisa diam terhadap buku. Menjelang tidur, sehabis melakukan pekerjaan di siang hari, atau sehabis menunaikan shalat subuh sebelum berangkat bekerja, ia pasti menyempatkan dirinya membaca buku. Bahkan tidak jarang buku dijadikannya sebagai bantal untuk tidurnya. Saking cintanya pada buku karena di sana tersimpan banyak ilmu.
Di antara koleksi buku pribadinya yang ia simpan, ada satu buku yang saya sangat suka untuk membacanya. Saya meminta ijin kepada teman pertama agar membolehkan saya membaca buku tersebut kapan saja saya mau. Teman pertama saya pun membolehkan. Setiap kali saya membaca buku itu seolah sinar terang kegembiraan menyinari hati saya dan rasa nikmat pun melanda perasaan saya. Alẖamdulillāhirabbil’ālamīn.
Mengetahui kecintaan saya terhadap buku itu, tanpa saya pernah menduganya, teman pertama saya pun memberikan buku itu kepada saya sebagai hadiah. “Silakan buat pa Iman, tapi ada syaratnya, pa Iman harus tamat membaca buku ini.” Dengan gembira saya terima hadiah itu dan tentu saja dengan itikad untuk memenuhi syaratnya yakni menamatkan membaca buku tersebut. Inilah teman kedua yang saya maksud, teman yang sangat dermawan memberikan kegembiraan tanpa minta balasan. Buku terjemahan Samson Rahman Lā Taẖzan, Jangan Bersedih yang ditulis oleh Dr. ‘Aidh Al-Qorni.
Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa buku ini sangat hebat. Bagaimana tidak hebat, dari tahun pertama cetakannya oleh penerbit Qisthi Press pada bulan September tahun 2003, pada bulan April tahun 2007 buku ini sudah mengalami cetakan yang ketiga puluh delapan. Ini menjadi bukti bahwa buku ini sangat digemari.
Sesuai dengan judulnya “jangan bersedih”, dalam buku ini disuguhkan banyak pedoman agar kita tidak bersedih hati dalam menjalani kehidupan ini meski apa pun yang menimpa kita. Sebaliknya kita harus bergembira menjalani hari-hari yang dijalani, terus bekerja dan berkarya memberikan amal terbaik atas karunia usia yang Allah berikan. Tidak tanggung-tanggung, buku ini memberikan suguhan hidangan sebanyak 392 sub judul, dengan isi yang sangat bervariasi sehingga tidak membosankan dan disertai gaya bahasa sastra yang piawai sehingga nikmat rasanya di setiap tulisan-tulisannya.
Meskipun demikian, tentunya ada juga rasa sedih yang bagus yaitu rasa sedih ketika tidak bisa melakukan kebaikan atau rasa sedih ketika terjerumus dalam aktivitas-aktivitas kemaksiatan kepada Allah.
Alhamdulillah, sesuai syarat yang diberikan teman saya saat memberikan buku itu sebagai hadiah, buku itu sudah tamat saya baca.
Catatan dari pengalaman perjalanan ini adalah: salah satu hal yang sangat penting dalam belajar, kuliah atau dalam aktivitas kehidupan kita secara umum adalah dalam hal pertemanan. Disadari atau tidak, teman sangat berpengaruh terhadap diri kita, baik atau buruknya. Semangat belajar, semangat menuntut ilmu, bisa sangat dipengaruhi oleh teman. Sebaliknya, lunturnya semangat belajar, bahkan bisa jadi kuliah atau belajar menjadi kurang bersemangat, disebabkan pertemanan karena berteman dengan teman yang luntur semangat belajarnya.
Pengaruh teman yang sangat penting ini sebagaimana hadits Rasulullah (shalallahu ‘alaihi wasallam), yang diantaranya terdapat dalam kitab Riyadush shalihin bab anjuran mengunjungi orang shalih:
“seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
Jadi teringat salah satu kisah dalam buku “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck” karya Buya Hamka. Disana ada salah satu kisah yang memberikan inspirasi terkait pengaruh teman terhadap perilaku temannya. Hayati yang tadinya gadis lugu, karena berteman dengan teman yang perangainya buruk yang bernama Khadijah maka Hayati pun mendapatkan pengaruh dari perilaku buruknya dalam hitungan beberapa hari ketika Hayati menginap di rumahnya Khadijah. Ya, memang demikian faktanya pengaruh teman sangat berpengaruh besar. Disukai atau tidak memang demikian kejadiannya. Harus pilih-pilih dan harus hitung-hitungan kekuatan apakah kita punya kepribadian yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh keburukan atau kita tipe kepribadian yang masih sangat mudah terpengaruh karena tidak enakan dan tidak bisa menolak tawaran jika tawaran keburukan datang. Kita harus terus berusaha menjadi lebih baik kepribadiannya dan menguatkan kepribadian agar justru bisa memberikan kebaikan kepada teman-teman kita, membantu teman kita agar bisa berada dalam jalan-jalan kebaikan dan bisa sukses dunia akhirat, dan bukan terpengaruh perangai buruknya. Wa ta’aawanuu ‘alal birri wattaqwa, walaa ta’aawanuu ‘alal itsmi wal ‘udwaan…
Kreator : Iman Salman
Comment Closed: Zenno dan buku Laa Tahzan
Sorry, comment are closed for this post.