KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Cerpen » SI GADIS PENJUAL JAMU

    SI GADIS PENJUAL JAMU

    BY 03 Nov 2022 Dilihat: 63 kali

    Penulis: Wakijo, S.Pd

    1.        Mencari Rumah Kontrakan

    Sudah sekitar empat tahun Fajri tinggal di rumah kontrakan sederhana di Kampung Solor, Jalan Gunung Mutis nomor 26 Kota Kupang. Ia tinggal di dekat komplek SD   dan SMA Muhammmadiyah Kupang. Namun Fajri mengajar di pagi hari sebagai guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah Alfitrah Oesapa, Kecamatan Kupang Tengah, kira-kira sepuluh kilometer dari arah timur Kabupaten Kupang. Di sela-sela kesibukan mengajar, Fajri juga kuliah D2 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sedang pada siang hari Fajri mengajar sebagai guru les privat di sekitar rumah kontrakan.

    Pada tahun 1990 Fajri mengikuti seleksi penerimaan PNS Guru SD di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Alhamdulillah setahun kemudian Fajri diterima dan menerima SK penempatan per tanggal 01 April 1991. Fajri ditempatkan di SDN Oesusu sebagai guru kelas, Kecamatan Takari, sekitar 68 Kilometer dari arah timur Kabupaten Kupang. Karena jarak antara Kota Kupang dan SDN Oesusu sangat jauh. Sedang di SDN Oesusu belum ada rumah dinas guru, apalagi tempat ibadah juga jauh. Maka Fajri memutuskan ingin mencari rumah kontrakan orang Jawa dan dekat dengan Masjid.

    Satu minggu kemudian Fajri mengajak Sugiri untuk melakukan survey lokasi sekaligus mencari rumah kontrakan. Sugiri adalah teman kuliah Fajri di Universitas Nusa Cendana Kupang dulu. Fajri berasal dari Yogyakarta dan Sugiri berasal dari Magetan, Jawa Timur. Karena belum mempunyai sepeda motor, Fajri dan Sugiri naik bis umum. Bis itu bernama Daya Timor. Bis jurusan Kupang- Soe, Timor Tengah Selatan.

    Perjalanan bis menempuh waktu kurang lebih tiga jam lamanya. Begitu bis sampai di kilometer 68 kondektur bis memberitahu kepada kami bahwa SDN Oesusu sudah kelihatan karena lokasinya dekat kira-kira 50 meter dari jalan raya. Namun kami berdua sepakat tidak turun tetapi terus saja sambil memberitahu kepada kondektur bahwa Fajri ingin langsung turun ke Takari. Dalam hati Fajri lain waktu saja survey dan lapor diri ke SDN Oesusu. Yang penting sudah tahu alamat atau lokasi sekolahnya.

    Begitu bis sampai di depan pasar Takari, Fajri dan Sugiri setelah membayar langsung turun. Sesampai di depan pasar kami terus ke warung makan untuk makan siang di warung makan dulu. Selesai membayar uang makan dan minum Fajri memberanikan diri untuk bertanya kepada pelayan rumah makan. Pelayan itu seorang perempuan.


    Sikapnya cukup ramah dan sopan. “Maaf Nona, Beta mau tanya: ‘Apa di sekitar sini ada rumah dari orang Jawa?” Oh, ada Nyong”, di belakang Pasar Sana.” jawab Pelayan sambil tangannya menunjuk ke arah selatan seberang jalan, kira-kira 50 meter dari sini. Terima kasih Nona, permisi, jawab Fajri dengan senang hati.

    Fajri dan Sugiri tengok kanan-kiri dan tanya sana-sini dan matanya tertuju pada sebuah rumah memanjang ke belakang. Rumahnya bercat biru muda. Di depan rumah itu ada sebuah gerobak bakso dan beberapa orang duduk-duduk di teras sambil asyik merokok. Di dekat gerobak bakso ada seorang lelaki setengah tua duduk bercelana pendek warna hitam dan kaos sport. Fajri dengan penuh sopan mengucap salam dan memperkenalkan diri serta menguarakan maksud kedatangannya kepada lelaki setengah tua itu.

    Pak, nopo mriki enten kamar kosong, kulo ajeng ngontrak?” Kulo rencana nyambut damel dados guru wonten SDN Oesusu. Pak, apakah masih ada kamar untuk tinggal. Membayarnya berapa sebulan, saya manut saja?” Di luar dugaan lelaki tua itu menjawab dengan bahasa Jawa: Nek gelem manggon sak eneke rasah mbayar. Kae ana kamar kosong nggonana. Silahkan tinggal di sini, tidak usah membayar. Tetapi tempatnya hanya sederhana dan tinggal bersama mas-mas yang lain. Mas-Mas itu juga orang jawa. Ada yang berasal dari Jepara, Kudus, Demak. Mereka di sini jualan pakaian dan barang rumah tangga.

    Ternyata lelaki setengah tua itu menceriterakan tentang dirinya: Jenengku Wagimin, bojoku jenenge Sutiyem, anakku jenenge Sutino. Aku karo bojoku asale seko Wonogiri. Jawa Tengah.” Omah iki, omahku lehku tuku kit tahun 1990an .Aku dodolan bakso. Bojoku dodolan jamu neng pasar-pasar. Aku Pak Cilike Nurmala .Fajri mendengarkan sambil manggut-manggut.

    Pak Wagimin menyuruh kepada gadis itu. “Nur, dayohe kae gawekno wedang?”(Nur, Tamunya itu buatkan minum). Oh, ternyata gadis itu bernama Nur, guman Fajri dalam hati. sambil sedikit mengangguk-angguk. Tetapi saya tidak tahu siapa nama lengkapnya. Sudah cukup bagi Fajri untuk mengingat-ingat nama panggilan gadis itu. Tak lama kemudian gadis yang bernama Nurmala datang membawa dua gelas kopi dan Sepiring pisang goreng.

    Pak Wagimin dan Nurmala menyuruh kami berdua minum dan makan. Ayo wedange gek diombe?” Monggo Pak diunjuk wedange mumpung tasih anget!” suruh Nurmala kepada kami berdua. Namun tidak Fajri minum karena tidak biasa minum kopi hanya makan pisang gorengnya. Takut penyakit maagnya kambuh. Hanya temanku, Sugiri yang minum.

    Setelah beberapa saat kemudian, Fajri memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatanganya kepada Pak Wagimin. Kemudian Pak Wagimin menjawab dalam bahasa Jawa:


    Kapan kowe tinggal neng kene, engko kamare neng kana, cerak kamare Nur (Kapan Kamu tinggal di sini, nanti kamarnya di sana, dekat kamarnya Nurmala. Insyaa Allah Minggu depan pak” Jawab Fajri dengan mantap karena sudah ada kepastian tempat apalagi tidak membayar.. Akhirnya saya pamitan untuk kembali Ke Kupang.

     

    2.        Tinggal di Kampung Takari.

    Satu minggu kemudian, Fajri datang sendirian tanpa ditemani Sugiri karena sudah tahu tempat yang dituju. Fajri membawa tas berisi pakaian, satu dos berisi buku, satu dos sarimi dan telur sebagai oleh-oleh. Barang bawaan Fajri disuruh dibawa ke kamar. Numalar dengan ramah ikut membantu bawaan Fajri. Satu dos sarimi oleh Fajri diletakkan di dekat gerobak bakso dengan memberitahu Pak Wagimin.

    Setelah selesai menyimpan barang bawaannya di kamar. Fajri kembali di teras rumah untuk berkenalan dan mengobrol dengan sebagian bapak yang sudah lama tinggal duluan di sini. Bapak-bapak tersebut ternyata para pedagang yang kebanyakan berasal dari Demak Jawa Tengah. Waktu itu pada hari Minggu jam 10 pagi.

    Dari kejauhan tetapi masih terdengar jelas oleh Fajri tampak ada dua perempuan Suku Bugis dan satu orang laki-laki bernama Mas Sumadi dari Jawa. Katanya bernama Bibi Shuleha dan Bibi Mesang dari Suku Bugis. Bibi Shuleha bercanda dan berkata kepada mbak Nurmala: “Fajri orangnya cakep, masih muda, seorang guru lagi”. “ Sangat cocok untuk menjadi pacarnya lho mbak Nurmala”, Goda Bibi Shuleha lagi. Nurmala berkata dengan nada menyanggah: “Ah, Apa mungkin Bi, saya kan cuman seorang pelayan warung makan dan penjual jamu, padahal Pak Fajri adalah seorang guru”.

    Bibi Mesang menambahkan, Namanya jodoh, kalau Allah sudah berkehendak. Tidak memandang perbedaan status sosial dan ekonomi, “Siapa tahu mbak Nurmala, namanya jodoh kan tidak tahu. Apalagi Pak Fajri tinggal serumah dengan mbak Nurmala. Kamar mbak Nurmala dan Pak Fajri berdampingan. Setiap hari ketemu. Pasti Mbak Nurmala lama-lama jatuh cinta”. Mbak Nurmala mendengar kata-kata dari Bibi Shuleha dan Bibi Mesang hanya senyum-senyum tersipu malu dan berkata: “Ah, jangan ngelantur dan ngacau terus Bi, saya malu”. Kata orang Jawa:. “Witing tresno jalaran seka kulina (Tumbuh cinta karena sudah terbiasa ketemu)”, kata Mas Sumadi, yang kebetulan pas lewat dan mendengar. Mbak Nurmala terus lari ke dalam dan masuk kamar karena terus digoda oleh orang-orang di sekitaran rumah pamannya.


    3.        Aku Berkenalan Nurmala

    Betul juga kata-kata perempuan tetangga tempo hari yang lalu. Tiap hari mbak Nurmala melayani makan dan minum Fajri setiap hari ketika berangkat dan pulang mengajar, selalu saja mas-mas para penjual pakaian menggoda Nurmala bahwa Pak Fajri memang pantas jadi suami mbak Nurmala. Dan diam-diam ternyata Pak Fajri selalu memperhatikan dan mencintai Nurmala. Fajri pelan-pelan mulai mendekati Nurmala. Fajri mulai mencari perhatian. Fajri sering ikut ke dapur membantu mencuci piring dan menyapu.

    Rumah sedang sepi karena biasanya tiap malam Sabtu, Bibi dan Mas-Mas Demak sudah pergi semua ke Pasar Camplong dan Paman Wagimin tidur siang. Apalagi semua pekerjaan rumah sudah diberesi oleh Nurmala. Fajri sudah pulang mengajar. Kesempatan yang baik ini mereka menyempatkan bertemua empat mata, berjabat tangan dan berkenalan. Mereka berkenalan di depan televisi.

    “Nama lengkapmu Nurmala to Dik?”, Tanya Fajri singkat. ‘Ya”, Jawab Nurmala dengan singkat juga. “Tanya balik Nurmala La, kamu namanya lengkapnya siapa Pak Fajri?” Mereka duduk berdekatan, tetapi masing-masing tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Mereka diam dan bingung tidak tahu mau berkata apa. Hati mereka berkecamuk. Badannya panas..dingin. Napas agak sesak menahan cinta yang mendalam.Akhirnya mereka saling bertatap muka dengan cukup lama.

    Fajri dari kejauhan memperhatikan Nurmala yang ternyata seorang perempuan berkulit putih. Badannya tidak tinggi juga tidak pendek. Rambutnya hitam lurus memanjang sampai bahu. Sorot matanya tajam, ramah dan murah senyum. Nurmala ternyata diam-diam memperhatikan Fajri juga. Pernah suatu kali tanpa sengaja Fajri dan Nurmala berpandangan. Buru-buru Nurmala menyembunyikan wajahnya dan bergegas ke dapur.

    Setiap hari Fajri memperhatikan gerak-gerik Nurmala. Ia seorang gadis yang ramah dan periang, Setiap akan pergi ke pasar sering berpakaian jarik lurik, baju putih lengan pendek. Bibirnya selalu merekah memerah karena memakai gincu. Rambut diikat atau diekor dua dengan pita merah. Ia berjalan lenggak-lenggok manis menggendong tenggok berisi beberapa botol jamu untuk dijajakan di sejumlah pasar. Seperti pasar Takari, pasar Camplong, dan pasar Batuputih. “Jamu Nyong…, jamu Nona….,jamu segar bikin sehat dan kuat…” begitulah setiap kali Nurmala menawarkan jamu dagangannya kepada calon pelanggan.

    Fajri mulai cemburu ketika ada orang lain mendekat dan menggoda. Ada orang yang di pasar, baik yang akan membeli jamu maupun tidak membeli selalu menggodanya. Hati dan Perasaan Fajri mulai was-was, gelisah, cinta, rindu cemburu berkecamuk bercampur jadi satu,


    dan ingin selalu dekat kepada Nurmala kemanapun pergi. Ketika akan pergi mengajar di sekolah pikiran dan perasaan Fajri mulai tidak fokus mengajar di kelas.

    Karena saking cintanya kepada Nurmala, Fajri pas waktu liburan sekolah, ia pergi ke pasar yang biasa Nurmala berjualan Jamu. Ia mengikuti Nurmala secara diam-diam di pasar. Fajri tanpa sengaja ketemu Pak Edison, si penjual obat. “Cari siapa Pak Fajri? Kok Tidak meengajar? Mau beli jamu?” Itulah beberapa pertanyaan Pak Son kepada Fajri. Fajri lantas menjawab: “Ya, saya akan membeli jamu”. Dimana ya mbak Nurmala si Penjual jamu itu, Pak Edison? “Oh, di sana itu di dekat penjual baju orang Sabu.”, Jawab Pak Edison singkat. Pak Edison adalah sama-sama Fajri mengontrak rumah di Kampung Solor Kupang.

    Seperti biasa, orang-orang di kampung pergi bersama ke sungai ingin mandi dan mengambil air bersih dengan jerigen kemudian dibawa pulang untuk keperluan mencuci piring di rumah. Mereka pergi ke sungai membawa perlengkapan mandi dan ember. Begitu sampai di sungai, orang-orang menggali pasir sampai keluar air. Di sekitar galian diberi batu atau plastik dilubangi. Kalau air sudah mengumpul dan mengendap kotorannya kemudian diciduk dengan gayung dan dimasukkan ke jerigen atau ember. Mereka mandi berkelompok- kelompok. Biasanya berkelompok dua sampai tiga orang. Kelompok laki-laki terpisah dengan kelompok perempuan. Orang-orang di sana sudah terbiasa mandi di sungai karena semua orang tidak mempunyai sumur karena tidak ada sumber air di daratan. Air dari PDAM belum ada. Suasana seperti ini tidak ketinggalan juga dilakukan oleh Fajri dan Nurmala. Mereka terkadang pergi berdua atau pergi bersama tetangga atau teman. Ada orang yang dijumpai di sepanjang jalan menuju sungai melihat kami berdua. Mereka bercanda bernada menggoda kepada Nurmala, padahal Fajri berada di sampingnya. Mereka berkata: “Mbak Nurmala dan Pak Fajri sangat cocok menjadi harim (pacar) dan pasangan yang serasi. Memang Fajri dan Nurmala kemanapun pergi selalu berdua dan karuan saja kalau banyak yang melihat dan kemudian menggodanya.

    Pada suatu hari, ketika akan pergi mandi dan mengambil air di sungai dan jalan lagi sepi, Fajri dan Nurmala sesekali bergandengan tangan dan mencium tangan dan pipinya. Fajri mencurahkan isi hatinya kepada Nurmala bahwa ia mencintanya sepenuh hati, pribadi yang polos, periang, sederhana, jujur, dan baik hati, serta rajin sholat.

    Nurmala mendengar pujian Fajri tersebut tidak menjawab dan tak terasa air matanya menderai membasahi pipinya. Dalam hatinya berkecamuk antara menerima cinta dan malu karena anak dari orang yang miskin.

    Lalu Nurmala berkata kepada Fajri: Mas, Apakah nanti kamu tidak menyesal mendapatkan istri seperti saya?” Fajri menjawab Tidak ada sedikitpun saya menyesal karena


    saya betul-betul mencintaimu apa adanya dan saya juga anak orang miskin juga. Derajat. pangkat, perbedaan status sosial dan ekonomi tidaklah menjadi penghalang bagiku. Cintaku padamu sudah terpatri menyatu di lubuk hatiku.

    Malam harinya ketika dalam kamar, Suasana seisi rumah sibuk dengan obrolannya masing-masing usai berjualan dari Pasar Takari tadi pagi. Mereka ada yang ngobrol-ngobrol di kamar, ada yang di depan televisi, ada juga yang ngobrol di teras rumah.

    Mereka serasa tak menghiraukan suasana hati Fajri dan Nurmala. Paman Wagimin dan Bibi Sutiyem sudah istirahat di kamarnya, karena seharian Paman sibuk berjualan bakso dan Bibi berjualan jamu di Pasar depan rumah. Di dalam kamar Fajri asyik menulis surat untuk menuangkan paresaan cinta dan puisi kepada Nurmala

    Selesai menulis, surat saya lemparkan ke atas kamarnya. Kamar Fajri dan Nurmala berdampingan. Kamar berdinding bebak dan bagian atasnya belum berplafon sehingga mudah mendengar dan melempar sesuatu. Akhirnya surat diterima dan dibaca Nurmala dengan seksama dan berulang-ulang. Fajri mendengar dengan jelas. Nurmala membaca isi surat dan puisi Fajri sambil menangis meneteskan air mata haru bercampur sedih.

    Selesai membaca surat kembali dilipat rapi lalu ia letakkan di bawah bantal kemudia Ia berbaring di tempat tidur. Matanya menerawang jauh. Ia tidak bisa tidur pada hal waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Begitu juga Fajri.

    Nampaknya Fajri lagi membayangkan sosok Nurmala yang manis dan baik hati. Ia adalah sosok wanita yang rajin bekerja, pandai merayu dan pada saat berjualan jamu, selalu memperhatikan kebersihan dan rajin beribadah. Berikut isi surat cinta Fajri kepada Nurmala.

    UNTUKMU NIRMALA:

    Nurmala…..

    Pertama kali bertemu Hatiku berdegup gemuruh Gemuruh ombak di laut Gemuruh longsor tebing

     

    Nurmala…

    Senyummu merekah manis Kusimpan indah terbawa mimpi

     

    Nurmala…

    Sorot matamu merona rembulan purnama

    Indah mempesona

    Masuk merasuk lubuk hatiku

     

    Nurmala….

    Bicara dan hatimu lembut Bening Suci

    Bagai embun pagi

     

    Nurmala

    Kucinta kumiliki sepenuh hati

    Angin, bukit, rembulan, embun menjadi saksi PadaMu aku memuji.

     

    Keesokan harinya Nurmala membalas merespon positif surat cintaku. Ia menulis surat dengan rapi di atas kertas putih keunguan. Ia menulis dengan singkat, tetapi cukup jelas dan tegas. Kemudian surat dari Nurmala ia sisipkan di bawah pintu kamar dari Fajri. Berikut isi surat balasan Nurmala kepada Fajri.

    Yang tersayang Mas Fajri.

    Kuterima cinta dengan setulus hati pula.

    Kalau Mas Fajri Serius mencintai dan ingin menikahi aku tolong berkirim surat kepada kedua orang tuaku di Wonogiri. Ayah dan Ibuku bernama Suharno dan Suliyem. Alamat rumah Dusun Gemutren, Pule, Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah. Sekian dan salam balik cinta dariku, NURMALA.

     

    4.        Fajri Menikahi Nurmala

    Pada waktu yang tepat Fajri dan Nurmala memberanikan diri menghadap kepada Paman Wagimin dan Bibi Sutiyem untuk melamar dan menikahi Nurmala. Syukur Alhamdulillah Paman dan Bibi merestua hubungan kami berdua dan mengabulkan keinginan kami berdua. Paman dan Bibi siap membantu biaya pernikah kami berdua. Kami berdua disarankan untuk berkirim surat kepada kedua orangtua Nurmala di Jawa.

    Satu bulan kemudian, surat balasan dari orangtua Nurmala datang. Dengan tidak sabar kami berdua ingin segera membuka isi surat tersebut. Dengan gugup dan gemetar kami membuka dan membacanya dengan seksama.


    Alhamdulilah kedua orang tua Nurmala tidak keberatan dan merestui hubungan cinta kami berdua. Orangtua Nurmala juga membuat surat untuk Paman dan Bibi. Inti isi suratnya menerima dan merestui hubungan kami berdua. Bahkan orangtua Nurmala sudah menetapkan hari dan tanggal pernikahan kami berdua kepada Paman dan Bibi.

    Akhirnya pada hari dan tanggal yang sudah ditetapkan dari kedua orangtua Nurmala, yaitu pada hari Sabtu tanggal 15 Agustus 1992, kami berdua menikah dengan resmi di rumah Paman dan Bibi Nurmala. Kami mengucapkan ijab dan kabul di hadapan petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Perwakilan Fatuleu di Takari jam sepuluh pagi. Pernikahan kami dilaksanakan cukup sederhana tapi penuh hikmat. Paman hanya mengundang keluarga dan tetangga terdekat untuk membuat masakan untuk dibagikan para tamu dan tetangga.

    Selesai kami menikah, banyak para saudara dari Paman dan Bibi serta tetangga sekitar datang mengucapkan selamat atas pernikahan kami dan teriring doa semoga kami menjadi keluarga yang sakinah. mawadah, dan warahmah serta mendoakan semoga segera mendapatkan momongan yang sholeh dan sholehah.

    Akhirnya Fajri dan Nurmala sudah resmi menjadi suami dan istri. Mereka tidak lagi tidur di kamar yang berbeda. Mereka sudah tidur berdua dalam satu kamar. Kamar mereka sudah ditata dengan rapi. Di dinding-dinding kamar berjejer foto mereka berdua ketika masih pacaran dulu, dan foto mereka berdua dan sanak saudara, teman ketika menikah.

    Pagi keesokan harinya dengan kendaraan bus umum, Fajri dan Nurmala pergi berbulan madu di Pantai Lasiana Kupang Tengah. Mereka berdua bercengkrama bahagia. Mereka tampak asyik mandi berdua di pantai tersebut. Tidak terasa hari sudah sore. Fajri dan Nurmala

    Mau jadi penulis Sebariskata dan berpeluang gajian ? Sangat terbuka untuk penulis umum

    Bagikan ke

    Comment Closed: SI GADIS PENJUAL JAMU

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021