Penulis: Wakijo, S.Pd
1.
Mencari Rumah Kontrakan
Sudah sekitar
empat tahun Fajri tinggal di rumah
kontrakan sederhana di Kampung Solor, Jalan Gunung Mutis nomor 26 Kota Kupang. Ia tinggal di
dekat komplek SD dan SMA Muhammmadiyah Kupang. Namun Fajri
mengajar di pagi hari sebagai guru honorer di
Madrasah Ibtidaiyah Alfitrah
Oesapa, Kecamatan Kupang Tengah, kira-kira
sepuluh kilometer dari arah
timur Kabupaten Kupang. Di sela-sela kesibukan mengajar, Fajri juga kuliah D2
jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sedang pada siang hari Fajri
mengajar sebagai guru les
privat di sekitar rumah kontrakan.
Pada tahun
1990 Fajri mengikuti seleksi penerimaan PNS Guru SD di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Alhamdulillah
setahun kemudian Fajri diterima dan menerima SK penempatan per tanggal 01 April 1991. Fajri ditempatkan di SDN
Oesusu sebagai guru kelas, Kecamatan Takari, sekitar 68 Kilometer dari arah timur Kabupaten Kupang. Karena jarak
antara Kota Kupang dan SDN Oesusu
sangat jauh. Sedang di SDN Oesusu belum ada rumah dinas guru, apalagi tempat ibadah juga jauh. Maka Fajri memutuskan
ingin mencari rumah kontrakan orang Jawa dan
dekat dengan Masjid.
Satu minggu
kemudian Fajri mengajak Sugiri untuk melakukan survey lokasi sekaligus mencari rumah kontrakan. Sugiri adalah
teman kuliah Fajri di Universitas Nusa Cendana
Kupang dulu. Fajri berasal dari Yogyakarta dan Sugiri berasal dari
Magetan, Jawa Timur. Karena belum
mempunyai sepeda motor, Fajri dan Sugiri naik bis umum. Bis itu bernama Daya Timor. Bis jurusan Kupang- Soe, Timor Tengah Selatan.
Perjalanan
bis menempuh waktu kurang lebih tiga jam lamanya. Begitu bis sampai di kilometer 68 kondektur bis memberitahu
kepada kami bahwa SDN Oesusu sudah kelihatan
karena lokasinya dekat kira-kira 50 meter dari jalan raya. Namun kami
berdua sepakat tidak turun tetapi
terus saja sambil memberitahu kepada kondektur bahwa Fajri ingin langsung turun ke Takari. Dalam hati Fajri lain
waktu saja survey dan lapor diri ke SDN Oesusu. Yang penting sudah tahu
alamat atau lokasi sekolahnya.
Begitu bis
sampai di depan pasar Takari, Fajri dan Sugiri setelah membayar langsung turun. Sesampai di depan pasar kami terus
ke warung makan untuk makan siang di warung makan dulu. Selesai membayar uang makan dan
minum Fajri memberanikan diri untuk bertanya
kepada pelayan rumah makan. Pelayan itu seorang
perempuan.
Sikapnya
cukup ramah dan sopan. “Maaf Nona, Beta mau tanya: ‘Apa di sekitar sini ada rumah dari orang Jawa?” Oh, ada Nyong”, di
belakang Pasar Sana.” jawab Pelayan sambil tangannya
menunjuk ke arah selatan seberang jalan, kira-kira 50 meter dari sini. Terima
kasih Nona, permisi, jawab Fajri dengan
senang hati.
Fajri dan
Sugiri tengok kanan-kiri dan tanya sana-sini dan matanya tertuju pada sebuah rumah memanjang ke belakang. Rumahnya
bercat biru muda. Di depan rumah itu ada sebuah gerobak bakso dan beberapa orang duduk-duduk di teras sambil
asyik merokok. Di dekat gerobak bakso
ada seorang lelaki setengah tua duduk bercelana pendek warna hitam dan kaos sport.
Fajri dengan penuh sopan mengucap
salam dan memperkenalkan diri serta menguarakan maksud kedatangannya kepada lelaki setengah
tua itu.
Pak, nopo mriki enten kamar
kosong, kulo ajeng ngontrak?” Kulo rencana nyambut damel dados guru wonten SDN Oesusu.
Pak, apakah masih ada kamar untuk tinggal.
Membayarnya berapa sebulan, saya manut saja?” Di luar dugaan lelaki tua
itu menjawab dengan bahasa Jawa: Nek gelem manggon sak eneke rasah mbayar.
Kae ana kamar kosong nggonana.
Silahkan tinggal di sini, tidak usah membayar. Tetapi tempatnya hanya sederhana dan tinggal bersama mas-mas yang lain.
Mas-Mas itu juga orang jawa. Ada yang berasal dari Jepara, Kudus, Demak. Mereka
di sini jualan pakaian dan barang rumah tangga.
Ternyata
lelaki setengah tua itu menceriterakan
tentang dirinya: Jenengku Wagimin, bojoku
jenenge Sutiyem, anakku jenenge Sutino. Aku karo bojoku asale seko Wonogiri.
Jawa Tengah.” Omah iki, omahku lehku tuku kit tahun 1990an .Aku dodolan bakso. Bojoku dodolan
jamu neng pasar-pasar. Aku Pak Cilike Nurmala .Fajri mendengarkan sambil manggut-manggut.
Pak Wagimin
menyuruh kepada gadis itu. “Nur, dayohe
kae gawekno wedang?”(Nur, Tamunya
itu buatkan minum). Oh, ternyata gadis itu bernama Nur, guman Fajri dalam hati. sambil sedikit mengangguk-angguk. Tetapi
saya tidak tahu siapa nama lengkapnya. Sudah
cukup bagi Fajri untuk mengingat-ingat nama panggilan gadis itu. Tak
lama kemudian gadis yang bernama Nurmala datang membawa dua
gelas kopi dan Sepiring pisang goreng.
Pak
Wagimin dan Nurmala menyuruh kami berdua minum dan makan. Ayo wedange gek diombe?” “Monggo Pak diunjuk wedange mumpung tasih
anget!” suruh Nurmala kepada kami
berdua. Namun tidak Fajri minum karena tidak biasa minum kopi hanya makan
pisang gorengnya. Takut penyakit maagnya kambuh. Hanya temanku,
Sugiri yang minum.
Setelah
beberapa saat kemudian, Fajri memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatanganya kepada Pak Wagimin.
Kemudian Pak Wagimin
menjawab dalam bahasa
Jawa:
Kapan kowe tinggal neng kene, engko kamare neng kana, cerak kamare
Nur (Kapan Kamu tinggal di sini, nanti kamarnya di sana,
dekat kamarnya Nurmala. Insyaa Allah Minggu depan pak” Jawab Fajri dengan mantap karena sudah ada kepastian
tempat apalagi tidak membayar.. Akhirnya
saya pamitan untuk kembali Ke Kupang.
Satu minggu
kemudian, Fajri datang sendirian tanpa ditemani Sugiri karena sudah tahu tempat yang dituju. Fajri membawa tas
berisi pakaian, satu dos berisi buku, satu dos sarimi dan telur sebagai oleh-oleh. Barang bawaan Fajri disuruh dibawa
ke kamar. Numalar dengan ramah ikut
membantu bawaan Fajri. Satu dos sarimi oleh Fajri diletakkan di dekat gerobak bakso dengan
memberitahu Pak Wagimin.
Setelah
selesai menyimpan barang bawaannya di kamar. Fajri kembali di teras rumah untuk berkenalan dan mengobrol dengan
sebagian bapak yang sudah lama tinggal duluan di sini. Bapak-bapak tersebut ternyata para pedagang yang kebanyakan berasal dari Demak Jawa Tengah. Waktu itu pada hari Minggu jam 10 pagi.
Dari kejauhan
tetapi masih terdengar jelas oleh Fajri tampak ada dua perempuan Suku Bugis dan satu orang laki-laki
bernama Mas Sumadi dari Jawa. Katanya bernama
Bibi Shuleha dan Bibi Mesang
dari Suku Bugis. Bibi Shuleha bercanda dan berkata kepada mbak Nurmala: “Fajri orangnya cakep, masih muda, seorang guru lagi”. “
Sangat cocok untuk menjadi pacarnya
lho mbak Nurmala”, Goda Bibi Shuleha lagi. Nurmala berkata dengan nada menyanggah: “Ah, Apa mungkin Bi, saya
kan cuman seorang pelayan warung makan dan penjual jamu, padahal Pak Fajri adalah
seorang guru”.
Bibi Mesang
menambahkan, Namanya jodoh, kalau Allah sudah berkehendak. Tidak memandang perbedaan status sosial dan ekonomi, “Siapa tahu mbak
Nurmala, namanya jodoh kan tidak
tahu. Apalagi Pak Fajri tinggal serumah dengan mbak Nurmala. Kamar mbak Nurmala dan Pak Fajri berdampingan.
Setiap hari ketemu. Pasti Mbak Nurmala lama-lama jatuh cinta”. Mbak Nurmala mendengar kata-kata dari Bibi Shuleha
dan Bibi Mesang hanya senyum-senyum
tersipu malu dan berkata: “Ah, jangan ngelantur dan ngacau terus Bi, saya malu”. Kata orang Jawa:. “Witing tresno jalaran seka kulina (Tumbuh
cinta karena sudah terbiasa ketemu)”,
kata Mas Sumadi,
yang kebetulan pas lewat dan mendengar. Mbak Nurmala
terus lari ke dalam dan masuk kamar karena terus digoda oleh orang-orang di sekitaran
rumah pamannya.
Betul juga
kata-kata perempuan tetangga tempo hari yang lalu. Tiap hari mbak Nurmala melayani makan dan minum Fajri setiap hari
ketika berangkat dan pulang mengajar, selalu
saja mas-mas para penjual pakaian menggoda Nurmala bahwa Pak Fajri
memang pantas jadi suami mbak Nurmala. Dan diam-diam ternyata
Pak Fajri selalu memperhatikan dan mencintai Nurmala.
Fajri pelan-pelan mulai mendekati Nurmala.
Fajri mulai mencari
perhatian. Fajri sering ikut ke dapur membantu mencuci piring dan menyapu.
Rumah sedang
sepi karena biasanya tiap malam Sabtu, Bibi dan Mas-Mas Demak sudah pergi semua ke Pasar Camplong dan Paman Wagimin
tidur siang. Apalagi semua pekerjaan rumah
sudah diberesi oleh Nurmala. Fajri sudah pulang mengajar. Kesempatan yang baik
ini mereka menyempatkan bertemua empat mata, berjabat
tangan dan berkenalan. Mereka berkenalan di
depan televisi.
“Nama
lengkapmu Nurmala to Dik?”, Tanya Fajri singkat. ‘Ya”, Jawab Nurmala dengan singkat juga. “Tanya balik Nurmala La,
kamu namanya lengkapnya siapa Pak Fajri?” Mereka duduk berdekatan, tetapi masing-masing tidak mengeluarkan
sepatah kata apapun. Mereka diam dan bingung tidak tahu mau berkata apa. Hati mereka berkecamuk. Badannya
panas..dingin. Napas agak sesak menahan cinta yang mendalam.Akhirnya
mereka saling bertatap muka dengan cukup lama.
Fajri dari
kejauhan memperhatikan Nurmala yang ternyata seorang perempuan berkulit putih. Badannya tidak tinggi juga tidak
pendek. Rambutnya hitam lurus memanjang sampai
bahu. Sorot matanya
tajam, ramah dan murah senyum.
Nurmala ternyata diam-diam
memperhatikan Fajri juga. Pernah suatu kali tanpa sengaja Fajri dan
Nurmala berpandangan. Buru-buru Nurmala
menyembunyikan wajahnya dan bergegas ke dapur.
Setiap hari
Fajri memperhatikan gerak-gerik Nurmala. Ia seorang gadis yang ramah dan periang, Setiap akan pergi ke pasar sering
berpakaian jarik lurik, baju putih lengan pendek. Bibirnya selalu merekah memerah karena memakai gincu. Rambut
diikat atau diekor dua dengan pita
merah. Ia berjalan lenggak-lenggok manis menggendong tenggok berisi beberapa botol
jamu untuk dijajakan di sejumlah pasar. Seperti
pasar Takari, pasar Camplong, dan pasar Batuputih. “Jamu Nyong…, jamu Nona….,jamu segar bikin sehat dan kuat…” begitulah setiap kali Nurmala
menawarkan jamu dagangannya kepada calon pelanggan.
Fajri mulai
cemburu ketika ada orang lain mendekat dan menggoda. Ada orang yang di pasar, baik yang akan membeli jamu maupun
tidak membeli selalu menggodanya. Hati dan Perasaan Fajri mulai was-was,
gelisah, cinta, rindu cemburu berkecamuk bercampur jadi satu,
dan ingin
selalu dekat kepada Nurmala kemanapun pergi. Ketika akan pergi mengajar di sekolah
pikiran dan perasaan Fajri
mulai tidak fokus mengajar di kelas.
Karena saking
cintanya kepada Nurmala, Fajri pas waktu liburan sekolah, ia pergi ke pasar yang biasa Nurmala berjualan Jamu.
Ia mengikuti Nurmala secara diam-diam di pasar. Fajri tanpa sengaja ketemu Pak Edison, si penjual obat. “Cari
siapa Pak Fajri? Kok Tidak meengajar?
Mau beli jamu?” Itulah beberapa pertanyaan Pak Son kepada Fajri. Fajri lantas menjawab: “Ya, saya akan membeli jamu”.
Dimana ya mbak Nurmala si Penjual jamu itu, Pak
Edison? “Oh, di sana itu di dekat penjual baju orang Sabu.”, Jawab Pak Edison
singkat. Pak Edison adalah sama-sama
Fajri mengontrak rumah di Kampung
Solor Kupang.
Seperti
biasa, orang-orang di kampung pergi bersama ke sungai ingin mandi dan mengambil air bersih dengan jerigen kemudian dibawa pulang
untuk keperluan mencuci piring di
rumah. Mereka pergi ke sungai membawa perlengkapan mandi dan ember. Begitu sampai di sungai, orang-orang menggali
pasir sampai keluar air. Di sekitar galian diberi batu atau plastik dilubangi. Kalau air sudah mengumpul dan mengendap
kotorannya kemudian diciduk dengan
gayung dan dimasukkan ke jerigen atau ember.
Mereka mandi berkelompok- kelompok.
Biasanya berkelompok dua sampai tiga orang. Kelompok laki-laki terpisah dengan kelompok perempuan. Orang-orang di sana
sudah terbiasa mandi di sungai karena semua orang
tidak mempunyai sumur karena tidak ada sumber air di daratan. Air dari PDAM
belum ada. Suasana seperti ini tidak
ketinggalan juga dilakukan oleh Fajri dan Nurmala. Mereka terkadang pergi berdua atau pergi bersama
tetangga atau teman. Ada orang yang dijumpai di sepanjang jalan menuju sungai melihat kami berdua. Mereka
bercanda bernada menggoda kepada
Nurmala, padahal Fajri berada di sampingnya. Mereka berkata: “Mbak Nurmala dan Pak Fajri sangat cocok menjadi harim (pacar) dan pasangan yang serasi.
Memang Fajri dan Nurmala kemanapun
pergi selalu berdua dan karuan saja kalau banyak yang melihat dan kemudian
menggodanya.
Pada
suatu hari, ketika akan pergi mandi dan mengambil air di sungai dan jalan lagi sepi, Fajri dan Nurmala sesekali
bergandengan tangan dan mencium tangan dan pipinya. Fajri mencurahkan isi hatinya kepada Nurmala
bahwa ia mencintanya sepenuh hati, pribadi yang polos, periang,
sederhana, jujur, dan baik hati, serta rajin sholat.
Nurmala mendengar
pujian Fajri tersebut tidak menjawab dan tak terasa air matanya menderai membasahi pipinya. Dalam hatinya
berkecamuk antara menerima cinta dan malu karena
anak dari orang yang miskin.
Lalu Nurmala
berkata kepada Fajri: “ Mas, Apakah nanti kamu tidak menyesal mendapatkan istri seperti saya?” Fajri menjawab Tidak ada sedikitpun saya menyesal karena
saya
betul-betul mencintaimu apa adanya dan saya juga anak orang miskin juga.
Derajat. pangkat, perbedaan status
sosial dan ekonomi tidaklah menjadi penghalang bagiku. Cintaku padamu sudah terpatri menyatu di lubuk hatiku.
Malam harinya
ketika dalam kamar, Suasana seisi rumah sibuk dengan obrolannya masing-masing usai berjualan dari Pasar Takari tadi pagi.
Mereka ada yang ngobrol-ngobrol di kamar,
ada yang di depan televisi, ada juga yang ngobrol di teras rumah.
Mereka serasa
tak menghiraukan suasana hati Fajri dan Nurmala. Paman Wagimin dan Bibi Sutiyem sudah istirahat di kamarnya,
karena seharian Paman sibuk berjualan bakso dan Bibi berjualan jamu di Pasar depan rumah. Di dalam kamar Fajri
asyik menulis surat untuk menuangkan paresaan cinta dan puisi kepada Nurmala
Selesai
menulis, surat saya lemparkan ke atas
kamarnya. Kamar Fajri dan Nurmala berdampingan. Kamar berdinding bebak dan
bagian atasnya belum berplafon sehingga
mudah mendengar dan melempar sesuatu.
Akhirnya surat diterima
dan dibaca Nurmala
dengan seksama dan berulang-ulang. Fajri mendengar dengan jelas. Nurmala
membaca isi surat dan puisi Fajri
sambil menangis meneteskan air mata haru bercampur sedih.
Selesai
membaca surat kembali dilipat rapi lalu ia letakkan di bawah bantal kemudia Ia berbaring di tempat tidur. Matanya menerawang jauh. Ia tidak bisa tidur pada hal waktu sudah menunjukkan
pukul sebelas malam. Begitu
juga Fajri.
Nampaknya Fajri lagi membayangkan sosok Nurmala yang manis dan baik hati. Ia adalah
sosok wanita yang rajin bekerja, pandai merayu dan pada saat berjualan jamu,
selalu memperhatikan kebersihan dan rajin beribadah. Berikut isi surat cinta Fajri kepada Nurmala.
Nurmala…..
Pertama kali bertemu Hatiku berdegup gemuruh Gemuruh ombak di laut Gemuruh
longsor tebing
Nurmala…
Senyummu merekah manis Kusimpan
indah terbawa mimpi
Nurmala…
Sorot matamu merona rembulan purnama
Indah mempesona
Masuk merasuk lubuk hatiku
Nurmala….
Bicara dan hatimu lembut Bening Suci
Bagai embun
pagi
Nurmala
Kucinta kumiliki sepenuh
hati
Angin, bukit,
rembulan, embun menjadi
saksi PadaMu aku memuji.
Keesokan
harinya Nurmala membalas merespon positif surat cintaku. Ia menulis surat dengan rapi di atas kertas putih keunguan.
Ia menulis dengan singkat, tetapi cukup jelas dan tegas. Kemudian surat dari Nurmala ia sisipkan di bawah pintu
kamar dari Fajri. Berikut isi surat balasan Nurmala kepada Fajri.
Yang tersayang Mas Fajri.
Kuterima cinta dengan
setulus hati pula.
Kalau Mas Fajri Serius
mencintai dan ingin menikahi aku tolong berkirim surat kepada kedua orang tuaku di Wonogiri. Ayah dan Ibuku bernama
Suharno dan Suliyem. Alamat rumah
Dusun Gemutren, Pule, Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah. Sekian dan salam balik cinta
dariku, NURMALA.
Pada waktu
yang tepat Fajri dan Nurmala memberanikan diri menghadap kepada Paman Wagimin dan Bibi Sutiyem untuk melamar dan
menikahi Nurmala. Syukur Alhamdulillah Paman
dan Bibi merestua hubungan kami berdua dan mengabulkan keinginan kami berdua. Paman dan Bibi siap membantu biaya
pernikah kami berdua. Kami berdua disarankan untuk berkirim surat kepada kedua orangtua Nurmala di Jawa.
Satu bulan
kemudian, surat balasan dari orangtua Nurmala datang. Dengan tidak sabar kami berdua ingin segera membuka isi surat
tersebut. Dengan gugup dan gemetar kami membuka
dan membacanya dengan seksama.
Alhamdulilah
kedua orang tua Nurmala tidak keberatan dan merestui hubungan cinta kami berdua. Orangtua Nurmala juga membuat
surat untuk Paman dan Bibi. Inti isi suratnya
menerima dan merestui hubungan kami berdua. Bahkan orangtua Nurmala
sudah menetapkan hari dan tanggal
pernikahan kami berdua kepada
Paman dan Bibi.
Akhirnya pada
hari dan tanggal yang sudah ditetapkan dari kedua orangtua Nurmala, yaitu pada hari Sabtu tanggal 15 Agustus
1992, kami berdua menikah dengan resmi di rumah Paman dan Bibi Nurmala. Kami mengucapkan ijab dan kabul di
hadapan petugas Kantor Urusan Agama
(KUA) Perwakilan Fatuleu di Takari jam sepuluh pagi. Pernikahan kami dilaksanakan cukup sederhana tapi penuh
hikmat. Paman hanya mengundang keluarga dan tetangga terdekat
untuk membuat masakan
untuk dibagikan para tamu dan tetangga.
Selesai kami menikah,
banyak para saudara dari Paman dan Bibi serta tetangga sekitar datang mengucapkan selamat atas pernikahan
kami dan teriring doa semoga kami menjadi keluarga yang sakinah. mawadah,
dan warahmah serta mendoakan semoga segera mendapatkan momongan yang sholeh dan sholehah.
Akhirnya
Fajri dan Nurmala sudah resmi menjadi suami dan istri. Mereka tidak lagi tidur di kamar yang berbeda. Mereka sudah
tidur berdua dalam satu kamar. Kamar mereka sudah ditata dengan rapi. Di dinding-dinding kamar berjejer
foto mereka berdua ketika masih pacaran
dulu, dan foto mereka berdua dan sanak saudara, teman
ketika menikah.
Pagi keesokan
harinya dengan kendaraan bus umum, Fajri dan Nurmala pergi berbulan madu di Pantai Lasiana Kupang Tengah.
Mereka berdua bercengkrama bahagia. Mereka tampak asyik mandi berdua di pantai tersebut. Tidak terasa hari sudah sore. Fajri dan Nurmala
Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]
Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…” “Halo…., Assalamu alaikum !” “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]
Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi, tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]
Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: SI GADIS PENJUAL JAMU
Sorry, comment are closed for this post.