Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”
“Halo…., Assalamu alaikum !”
“Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.”
“Iya, Lisa….. Ada apa ?
“Papa mengundang Bapak, untuk datang ke rumah.”
“Kapan ?”
“Nanti malam katanya. Bisa tidak pak ?”
“Jam berapa ?”
“Papa bilang, jam berapa saja pak Ustadz bisanya.”
“Kalau begitu, sampaikan pada papa kamu, saya baru bisa datang jam sepuluh malam !”
“Siap, pak. Nanti saya sampaikan, Terima kasih, pak ! Assalamu alaikum !”
“Wa alaikum salam, warahmatullah wabarakaatuh !
Sambal meletakan HP ustadz Hamdi tertegun, dia sedikit bingung. Kenapa tiba-tiba orang tua Lisa memintanya untuk datang, padahal dua hari yang lalu ketika dia ke rumahnya untuk mengajari Lisa mengaji, dia tidak mengatakan apa-apa. Beberapa pertanyaan mulai timbul dibenaknya saat itu.
Pada malam harinya, sesuai janji yang telah disampaikan melalui Lisa ustadz Hamdi mendatangi rumah Pak Guntur orang tua Lisa.
“Assalamu alaikum !” Ucap Ustadz Hamdi setelah ada di depan pintu rumah pak Guntur
“Wa alaikum salam !” Jawab pak Guntur sambil membukakan pintu.
“Silahkan masuk, pak !” Pak Guntur mempersilahkan
“Terima kasih !”
“Mau minum apa ? Teh, kopi…., atau susu ?” Pak Guntur menawarkan
“Teh saja, pak. “ Jawab ustadz Hamdi
“Ma……, tolong buatkan teh manis buat pak ustadz !” Minta pak Guntur pada istrinya
“Iya, pa…. “ Jawab istrinya dari dalam
“Maaf pak, bapak meminta saya datang diluar hari privat anak Bapak, ada apa ya ?” Ustadz Hamdi mulai membuka pembicaraan.
“Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada pak ustadz.” Jawab pak Guntur
“Tentang apa, pak ?
“Tentang penjelasan bapak pada anak-anak saya.”
Saat itu isteri pak Guntur datang dengan membawa baki
berisikan teh dan sepiring kue
“Silahkan, diminum airnya, pak Ustadz !” Ucapnya sambil meletakan air dan kue untuk dia dan untuk suaminya.
“Terima kasih, bu !” Jawab ustadz Hamdi
“Mamah di dalam aja, ya !” Pinta pak Guntur pada isterinya, seakan-akan dia tidak mau istrinya tahu tentang apa yang akan ditanyakan pada ustadz Hamdi
“Iya, pa ….” Jawab isterinya. Dia membalikan tubuhnya menuju ruang tengah.
Sementara ustadz Hamdi sedikit merenung, mengingat-ingat akan apa yang pernah disampaikan kepada Lisa, murid privatnya.
“Mengenai apa ya, pak ?” Ustadz Hamdi melanjutkan pertanyaanya.
“Mengenai adzab dan nikmat kubur.” Jawab pak Guntur.
“Oh….,” Ustadz Hamdi mengangguk-anggukan kepalanya. “Apa yang ingin bapak tanyakan ?” Tanyanya
“Apa benar adzab dan nikmat kubur itu ada ?” Tanya pak Guntur
“Benar, dan sebagai seorang muslim kita harus meyakini kebenarannya.” Ustadz Hamdi meyakinkan.
“Apa bisa dibuktikan ?”
“Bisa….”
“Bagaimana cara membuktikannya ?”
“Dengan cara menggalinya.”
“Pernah melakukan ?”
“Melakukanya secara langsung, belum pernah. Tapi, ada seseorang yang sangat saya percayai, dia menyaksikan pembongkaran dua kuburan di sebuah kebun, yang kebunya dijual oleh pemiliknya. Kuburan yang pertama berusia sekitar 7 tahun, dan yang kedua berusia 18 tahun. Ketika digali kuburan yang berusia 7 tahun, tulang belulangnya telah hancur dan terkumpul di tengah, sementara yang berusia 18 tahun tulang belulangnya masih berbentuk kerangka manusia.” Jelas ustadz Hamdi.
“Yang berusia 7 tahun hancur, yang 18 tahun kerangkanya masih utuh ?”
“Iya…..,”
“Apa analisa Anda mengenai kedua kuburan itu ?”
“Yang tulang belulangnya hancur dan berkumpul di tengah, itu artinya orang itu mengalami penyiksaan di dalam kuburnya, karena dalam sebuah keterangan dinyatakan bahwa bumi menjepit tubuh manusia itu dari kepala ke kaki. Sementara penghuni kuburan yang kedua tidak mengalami penyiksaan, artinya dia mendapatkan kenikmatan di dalam kuburnya. Apakah itu bukan sebuah bukti ?” Ustadz Hamdi balik bertanya.
“Nanti dulu….., siapa tahu struktur tanahnya berbeda.” Bantah pak Guntur.
“Kedua orang itu dimakamkan berdampingan, apa mungkin struktur tanahnya berbeda ?”
“Apa ada bukti lain yang lebih bisa meyakinkan saya ?”
Ditanya seperti itu ustadz Hamdi sedikit merenung, dia mencoba mengingat-ingat makam-makam orang besar yang pernah digali kuburannya
“Ulama kita yang bernama Imam Nawawi yang berasal dari Banten, ketika makamnya digali tubuhnya masih utuh, tidak rusak sama sekali.” Ucapnya setelah beberapa saat.
“Dimana Beliau dimakamkan ?”
“Di Mekkah, Saudi Arabia.”
“Ada lagi …?”
“Paman Rasulullah SAW yang bernama Hamzah, ketika pemakaman dimana beliau dimakamkan terkena longsor mayatnya keluar dari makamnya, tubuhnya masih nampak utuh, bahkan darah yang menempel di tubuhnya masih segar. Padahal usia pemakaman sudah ratusan tahun. Apa masih belum yakin ?” Tanya ustadz Hamdi di akhir pembicaraan.
“Dari mana pak ustadz tahu mengenai peristiwa terbongkarnya makam paman Rasulullah ?” Pak Guntur malah balik bertanya.
“Silahkan bapak buka youtube cari informasi mengenai peristiwa tersebut !”
Pak Guntur diam sejenak sambil menatap wajah ustadz Hamdi, seolah-olah tengah mengukur kejujuran orang yang sedang di depannya tersebut.
“Ok, sementara penjelasan ustadz saya terima. Silahkan minum dulu tehnya, mumpung masih hangat.” Pintanya
“Terima kasih !” Ucap ustadz Hamdi, sambil mengambil gelas di depanya, lalu meminumnya
“Ee…, sebenarnya masih banyak yang ingin saya diskusikan dengan bapak. Kalau bisa pekan depan bapak datang lagi ke sini !” Ucap pak Guntur setelah makan kue yang disediakan isterinya.
“Insya Allah, pak. Tapi…, kemungkinan biasanya sekitar jam sepuluhan ke atas lagi.”
“Tidak apa-apa, pak. Malah saya lebih senang kalau ngobrolnya malam-malam, Biar tetangga ga pada tahu.” Katanya sambil mendekatkan mulutnya ke telinga ustadz Hamdi.
Ustadz Hamdi hanya tersenyum melihat sikap pak Guntur seperti itu.
“Kalau begitu, sekarang saya mau pamit dulu.” Ucap ustadz Hamdi, setelah menghabiskan air minumnya.
“Ok, terima kasih atas segala penjelasanya ! Ma…., Lisa …., pak ustadz mau pulang !” Panggil pak Guntur
Beberapa saat kemudian Istri dan anaknya keluar dari ruang tengah.
“Terima kasih, pak Ustad !” Kata istri pak Guntur
“Terima kasih, pak !” Sambung Lisa sambil menyalami guru Agama di sekolahnya itu.
“Sama-sama…., Mari….., Assalamu alaikum !” Ucap ustadz Hamdi.
“Wa alaikum salam !” Jawab ketiganya berbarengan. Mereka mengiringi ustadz Hamdi sampai pintu pagar depan.
Kreator : Baenuri
Comment Closed: Pembuktian
Sorry, comment are closed for this post.