Alya adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang harus bersekolah sambil bekerja demi mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya. Setiap pagi, Alya terbangun lebih awal dari teman-temannya untuk membantu sang ibu mengurus adiknya yang masih kecil. Setelah menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, Alya berangkat ke sekolah dengan langkah yang tegap dan penuh semangat.
Di sekolah, Alya senantiasa berusaha keras agar nilai-nilai akademiknya tetap baik dan ia bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas yang ia impikan. Namun, begitu pulang sekolah, Alya harus menggeluti pekerjaan sebagai pelayan di sebuah warung makan kecil untuk menghasilkan uang tambahan untuk keluarganya.
Pekerjaan itu tidak mudah, ia harus berhadapan dengan beragam pelanggan dan tuntutan mereka yang berbeda-beda, serta menyelesaikan tugas-tugas selama jam sibuk di sore hari. Namun, Alya tidak pernah menyerah atau mengeluh sama sekali. Ia selalu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan tepat waktu dan penuh tanggung jawab, sambil memperhatikan adiknya yang masih kecil di rumah.
Meskipun terasa sangat berat, Alya tidak pernah kehilangan semangat untuk meraih cita-citanya dan membantu keluarganya. Namun, pada suatu hari, Alya sakit dan tidak dapat bekerja di warung makan. Keluarganya sangat mengkhawatirkan situasi keuangan mereka, tetapi Alya selalu mencari cara untuk membantu keluarganya. Setelah meminta saran dari gurunya, Alya memutuskan untuk membuat kue dan menjualnya dari rumah.
Setelah berusaha keras mempromosikan usahanya ke teman-temannya dan tetangga di sekitarnya, Alya mulai memiliki pembeli untuk kue-kue buatannya. Usaha kecil Alya tumbuh dan memberikan keuntungan yang cukup besar. Bahkan, Alya berhasil menghasilkan uang yang cukup untuk membeli sepeda motor sehingga ia bisa membantunya kembali ke warung makan setelah pulang sekolah.
Namun, pada hari ulang tahunnya yang ke-17, Alya mendapat kejutan luar biasa ketika teman-temannya memberikan penghargaan untuk kue-kue buatannya dan dengan bangga mengatakan bahwa Alya telah membuat kontrak dengan restaurant ternama di kota. Alya merasa sangat senang dan bangga dengan usahanya yang penuh perjuangan, dan ia yakin bahwa ia dapat mencapai impian dan membantu keluarganya menjadi lebih sejahtera.
Alya mengulurkan tangannya untuk mengepel lantai toko kecil tempatnya bekerja sambil membersihkan area di sekitar kasir. Dia merasa lelah setelah bekerja selama lebih dari delapan jam, tetapi dia mengingat alasan mengapa dia harus bekerja sekuat tenaga.
Salah satu konsumen yang sering datang ke toko itu masuk ke dalam dan mengulurkan tangan seraya memberi salam. Alya menyapa dengan lembut dan membalas uluran tangan Ibu Sofi.
“Bagaimana kabar, Bu Sofi?” tanyanya.
“Baik-baik saja, Nak,” jawab Bu Sofi dengan senyum lebar.
“Bagaimana keadaan Ibumu? Apakah dia sudah pulih?”
Alya tersenyum.
“Ibu sudah sedikit membaik, Bu. Saya berharap Ibu semakin cepat pulih, jadi saya bisa menyelesaikan sekolah dan mencari pekerjaan yang lebih baik.”
Bu Sofi mengangguk simpatik.
“Kamu hebat, Nak. Saya tahu itu tidak mudah bagimu. Jangan menyerah, ya.”
Alya kembali memberikan senyuman kecil.
“Saya tidak akan menyerah, Bu Sofi. Ibuku adalah kenangan terindah dan saya akan melakukan apapun untuk membuatnya bahagia dan kembali sehat.”
Alya melangkah pulang dengan lelah tetapi puas setelah menutup toko. Dia berkendara naik sepeda motor sambil membawa tas sekolah dan beberapa potong roti yang tersisa sebagai bekal pada keesokan harinya. Ketika dia tiba di rumah, dia melihat ibunya menunggunya dengan senyuman yang memancarkan kehangatan dan kasih sayang.
“Kamu pulang lebih awal hari ini, Nak?” tanyanya.
Alya menepuk pundak ibunya dengan lembut.
“Ibu, apakah Ibu merasa lebih baik?”
“Sedikit, Nak. Terima kasih sudah merawatku.”
“Jangan sampai kamu merasa tidak nyaman. Bagaimana kalau saya mengambilkan mu air hangat dan kemudian mempelajari hal-hal yang baru dipelajari hari ini?”
Tetesan air mata turun meluncur di sepanjang pipi Ibunya.
“Kamu begitu baik padaku, Nak. Terima kasih sudah menjadi anak yang baik dan cemerlang.”
Alya menawarkan senyuman ramah.
“Ini masih jauh dari sempurna, Ibu. Saya masih harus memperjuangkan masa depan kita berdua, tapi aku akan mencoba sekuat tenaga.”
Dalam pelukan Ibunya, Alya tahu betul, tak sekalipun ia akan menyerah dalam segala hal demi Sang Ibu. Dia yakin, pasti suatu saat nanti semua usahanya akan terbayar lunas, dan cita-citanya tercapai.
Dia merasa beruntung memiliki Ibu seperti ini. Ia merasa dicintai bahkan ketika ia sedang berjuang keras. Alya tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya setelah beberapa tahun ke depan, tetapi satu hal yang pasti, ia tak akan pernah berhenti berjuang untuk membuat Ibunya bahagia dan melihat masa depan yang cerah bersama orang yang sangat ia cintai dengan seluruh hatinya.
Kreator : Noor Hafifah
Comment Closed: ALYA
Sorry, comment are closed for this post.