Bab 7 Naik Daun
Setelah kembali dari kampung halaman, aku kembali pada rutinitas belajar di kampus dan nge-band. Untuk sementara permasalahan dengan Bapak, tidak begitu kupikirkan. Ini disebabkan karena nama grup band The Virgin semakin meroket. Kita banyak mendapatkan undangan untuk mengisi event-event di kampus maupun SMA yang ada di kota Semarang mulai berdatangan. Baik itu di ajang Pentas Seni maupun Festival Musik Pelajar. Perkembangan ini tentu saja sangat menggembirakan.
Selain mendapatkan undangan untuk mengisi acara secara live di berbagai event, The Virgin juga mendapatkan undangan wawancara di radio, baik di radio kampus maupun radio swasta di kota Semarang. Apalagi saat The Virgin mendapatkan undangan wawancara dari Radio Ternama FM, kami senang dan bangga sekali. Radio ini merupakan radio favoritku selama aku kuliah. Tiada hari terlewatkan tanpa Radio Ternama FM, karena semua program acara dan lagu-lagunya keren.
“Ndes, undangan dari Radio Ternama!” seru Whempy kegirangan saat kami berkumpul di studio musik.
“Tenane?” sahutku tidak percaya.
“Lho, ya, tenan to. Ini undangannya,” jawabnya sambil mengeluarkan sebuah amplop yang ukurannya cukup besar dari tas.
“Wuih, keren. Awakke dewe naik daun sak iki, Ndes!” timpal Aan.
“Naik daun, memangnya kita uler?” sahut Andi.
“Hahaha.. Kita kan naik Scarry, bukan naik daun,” ujar Toni.
“Hahaha.. Bener juga kamu, Ton,” jawabku.
“Wis, wis. Scarry aja digawa-gawa. Scarry sangat berjasa bagi kita semua. Piye iki undangan wawancarane? Tekani, rak?” ujar Whempy lagi.
“Jelas datang laaah!!” sahut kami bersamaan.
“Gila aja, sampai kita nggak datang. Ternama radio favoritku lho,” sahutku.
“Iya. Sekelas Ternama aja pengen ngundang The Virgin. Kalau kita nggak datang, rugi besar. Sekalian promosi grup band kita,” jawab Toni.
“Oke. Kalau begitu, besok sore jam empat ngumpul di sini, ya. Kita berangkat sama-sama ke Ternama FM,” kata Whempy.
“Kita naik apa ke Ternama?” tanya Aan.
“Naik Scarry dong,” sahut Whempy.
“Oke,” jawab kami bersamaan.
Keesokan harinya, kami berkumpul di tempat dan waktu yang telah kami sepakati. Dandanan dan pakaian kami layaknya anak band yang lagi ngetrend saat itu. Memakai celana jins, kaos hitam dan juga jaket kulit, rasanya sudah paling keren, ala remaja masa kini.
Setelah perjalanan selama kurang lebih 20 menit, tibalah kami di Radio Ternama. Radio ini terletak di salah satu jalan utama di kota Semarang yang sering macet saat jam-jam sibuk. Tapi syukurlah lalu lintas kota Semarang sore ini tidak terlalu ramai, sehingga perjalanan terasa lancar dan menyenangkan.
Begitu selesai memarkir Scarry, seorang petugas keamanan tampak menghampiri.
“Selamat sore. Dari grup band The Virgin, ya?”
“Ya, Pak. Kami dari The Virgin,” jawab Toni.
“Silahkan masuk saja. Sudah ditunggu,” sambung Pak Satpam.
Kemudian kami berjalan mengikuti Pak Satpam memasuki Radio Ternama. Begitu membuka pintu, udara dingin ruangan ber-AC dan bau harum langsung kami rasakan. Di depan ada mbak-mbak resepsionis cantik yang tersenyum dan menyapa.
“Dari mana ya?”
“Ini band The Virgin, Mbak Dessy.” sahut Pak Satpam.
“Oh ya, silahkan masuk ke studio saja langsung. Sudah ditunggu. Tolong tamunya diantar ya, Pak Udin,” jawab wanita tersebut yang ternyata bernama Dessy itu.
Pak Udin menganggukkan kepala dan membawa kami ke studio yang letaknya ada di sebelah kanan ruang tamu.
Di dalam studio tampak seorang penyiar sedang on air. Pak Satpam memberikan isyarat dengan tangan pada penyiar itu. Si penyiar kemudian memainkan sebuah musik dan keluar dari tempatnya siaran.
“Halo, senang sekali bisa ketemu The Virgin. Mari, silakan duduk semuanya,” sapanya ramah. Kami lalu duduk di sofa yang ada di dekat tempat siaran.
“Kami juga senang sekali, bisa diundang Radio Ternama,” ujar Toni.
“Iya. Ternama ini, radio favorit saya, lho,” sahutku.
“Oh ya?” sambung Adel.
“Iya dong,” sahut Whempy, Andi dan Aan bersamaan.
“Kita kenalan dulu ya. Biar semakin akrab. Saya Adel. Kebetulan saya yang akan mewawancarai kalian,” kata Adel lagi. Suaranya enak didengar dan pembawaanya juga ceria dan mudah bergaul. Cocok sebagai penyiar radio.
“Saya Toni. Ini Nina, vokalis The Virgin. Yang pakai kaos hitam ini Whempy penabuh drum kita. Dan, yang pakai jaket coklat itu Aan dan yang duduk di sebelahnya Andi,” jawab Toni memperkenalkan kami satu per satu.
“Halo, semuanya. Kita langsung masuk sesi wawancara, yuk?” kata Adel.
“Oke,” jawab kami semua.
Kami mengikuti Adel ke tempat siaran yang terletak di sebelah sofa. Ruangan ini seperti ruangan yang dipisahkan oleh pembatas kaca yang terdapat beberapa microphone. Kami berlima duduk berhadapan dengan Adel di dalam ruangan. Begitu musik selesai, suara Adel langsung menyapa para pendengar.
“Hai, Hai. Sobat Ternama. Masih bersama Adel di sini. Dan, sore ini kita kedatangan tamu istimewa. Tamu kita kali ini adalah sebuah grup band yang sudah sering kita dengar prestasinya. Sebuah grup band yang lagi naik daun, yang berasal dari kota Semarang tercinta. Inilah THE VIRGIN. Tepuk tangan dong,” suara Adel benar-benar terdengar merdu di telinga. Tidak heran Adel termasuk salah satu penyiar favorit radio ini. Kami menyambut dengan tepuk tangan meriah.
“Oke, Sobat Ternama, kita kenalan dulu yuk, sama The Virgin.”
“Halo, Sobat Ternama, saya Toni. Saya di The Virgin pegang keyboard,” kata Toni.
“Saya Nina. Saya vokal,” ujarku.
“Yang pegang gitar saya, Andi,” ujar Andi.
“Saya pegang drum, saya Whempy,” sahut Whempy.
“Pegang drum aja, ya?” goda Adel sambil tertawa.
“Yaa, nggak dong. Yang main drum maksudnya,” jawab Whempy tersenyum.
“Dan saya pegang bass, saya Aan. Halo semuanya,” sapa Aan.
“Haloo juga,” sahut Adel.
“Oke. Tentunya warga Semarang sudah sering mendengar prestasinya The Virgin. Karena akhir-akhir ini sering meraih prestasi di kota Semarang. Bahkan di kota-kota lainnya, di Jawa Tengah. Sebenarnya band The Virgin ini awal dibentuk tahun berapa sih? Siapa nih, yang jawab?”
“Toni aja yang jawab,” jawab kami serempak.
“Kalau tepatnya saya lupa. Tapi, tahun terbentuknya tahun 1992. Awalnya saya sama Nina sering ngobrol. Kami sama-sama ingin buat grup band yang memainkan lagu-lagu rock. Kebetulan Nina dan saya kan teman kuliah. Kemudian Whempy tertarik untuk gabung. Saat itu karena kita belum punya pemain gitar dan bass, akhirnya Whempy mengajak Aan sama Andi. Kebetulan Aan sama Andi ini kakak adik,” terang Toni.
“Jadi kalian sama-sama punya keinginan untuk membuat grup band yang memainkan musik rock ya?” sambung Adel.
“Iya. Karena kebetulan hobi kami sama, yaitu bermain musik,” sahut Toni.
“Kok yang dipilih musik rock? Kok nggak musik pop, gitu?” tanya Adel lagi.
“Ya, karena musik rock itu semangat lagunya. Saya bisa merasakan energi yang luar biasa, saat saya menyanyikan lagu rock,” ujarku.
“Kalau yang lain gimana? Gimana, mas Whempy,” kata Adel.
Whempy kemudian mendekat ke microphone.
“Apalagi saya, gebukan drum di musik rock itu sangat bertenaga, ya. Jadi saat memainkan lagu-lagu beraliran rock membuat saya lebih bersemangat,” jawab Whempy.
“Oke. Keren-keren. Baiklah, supaya para pendengar lebih bersemangat. Kita dengarkan sebuah persembahan lagu dari Mr. Big dengan lagunya yang berjudul Wild World,” sambung Adel. Tak lama kemudian lagu Wild World dari Mr. Big mengalun merdu di studio.
Acara wawancara di Radio Ternama selesai jam 18.00. Kami pulang dengan perasaan gembira. Karena ini berarti cita-cita untuk mempunyai album sendiri semakin mendekati kenyataan.
Keterangan:
- Tenane : yang benar
- Ya tenan to : ya benar lah
- Awakke dewe : kita
- Uler : ulat
- Wis. Wis. Scarry aja digawa-gawa : Sudah. Sudah. Scarry jangan dibawa-bawa.
- Piye iki undangan wawancarane? : Gimana ini undangan wawancaranya?
- Tekanni rak? : Datang atau tidak?
- on air : siaran
- microphone : pengeras suara
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Kreator : Klara Rosita
Comment Closed: Tersesat di Jalan Yang Benar Bab 7
Sorry, comment are closed for this post.